Miana tiba-tiba berdiri dan langsung menyiramkan air dari gelas ke wajah Henry. "Aku sudah tiga tahun menikah denganmu, tidur di ranjang yang sama setiap malam. Sebelum datang ke sini, aku masih membayangkan, sekalipun aku nggak bisa menunjukkan bukti, kamu akan percaya kalau aku nggak bersalah! Ternyata aku terlalu banyak berkhayal! Tentang masalah ini, kalau kamu ingin melihat kebenaran, jangan melakukan trik apa pun di belakang! Aku pasti akan menemukan kebenarannya untukmu!"Dia merasa, seharusnya dia tidak datang ke sini mencari Henry, seharusnya dia langsung pergi ke rumah sakit dan memukul Janice.Henry menyeka air di wajahnya, menatap Miana dengan mata hitamnya, dan mencibir, "Kalau kamu begitu hebat, kenapa datang ke sini dan mengamuk?"Siapa yang memberi wanita ini keberanian untuk menyiramnya dengan air?Miana menatap Henry, hatinya sudah hancur berkeping-keping.Kali ini, dia benar-benar putus asa.Setelah masalah ini selesai, dia harus bercerai dengan Henry, membiarkan Hen
Henry mengatupkan bibirnya sebelum menjawab dengan datar, "Oke.""Setelah Miana minta maaf padaku, aku akan pergi ke kantor polisi untuk mencabut laporanku terhadapnya. Henry, bagaimana menurutmu?" Nada suara Janice jelas terdengar memelas.Henry melirik Miana dan berkata, "Aku mengerti, selesaikan seperti itu saja.""Henry ...." Jani ragu-ragu berkata, tampak serbasalah."Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Henry, suarnya berat.Miana tidak bisa tidak melirik Henry.Pakaian basah menempel erat di dadanya, membuat Henry terlihat begitu menggoda dan seksi.Miana tiba-tiba teringat saat pertama kali bertemu Henry bertahun-tahun yang lalu. Dia langsung terpesona oleh ketampanan Henry yang luar biasa dan jatuh cinta.Sekarang, jika dipikir-pikir lagi, dia merasa dirinya dulu sangat dangkal.Janice ragu sejenak sebelum berkata, "Miana memblokir nomor teleponku, aku nggak bisa menghubunginya."Henry menyipitkan mata dan berkata, "Aku akan membawanya ke sana.""Henry, bagaimana kalau Miana ng
Menurut Henry, lagi pula, sebelum kebenaran dari kejadian ini terungkap, semua bukti mengarah pada Miana, maka dia adalah dalang di balik kejadian ini.Selama Janice menuntutnya, dia harus menerima hukuman hukum.Sekarang hanya menyuruhnya meminta maaf pada Janice, apa yang perlu diperdebatkan?Miana menggertakkan giginya dan berkata perlahan, "Henry, pernahkah kamu berpikir, kalau kamu terus menyakitiku hingga suatu hari nanti aku benar-benar terluka, aku mungkin akan pergi."Henry tidak menganggapnya serius dan berkata, "Kalau kamu bisa pergi, kamu sudah pergi sejak lama! Nggak perlu menunggu tiga tahun!" Nada bicaranya penuh dengan ejekan.Hati Miana terasa sangat sakit.Henry benar, dia memang tidak rela pergi!Meskipun telah disakiti oleh Henry berkali-kali, dia tetap berusaha keras menggunakan berbagai alasan untuk meyakinkan dirinya agar tetap tinggal.Dulu dia pikir itu adalah ketulusan cintanya, sekarang dia sadar bahwa dia bodoh!Ketulusan cintanya sama sekali tidak berharga
"Miana, aku tahu kamu membenciku, tapi aku benar-benar ingin bicara denganmu! Kamu nggak perlu khawatir aku akan melakukan sesuatu padamu!" Nada bicara Janice sangat serius.Sudut bibir Miana naik sedikit dan dia berkata, "Baiklah, datanglah ke kantor Henry sekarang, kita bertiga bicara bersama!"Miana hanya tidak mau menggunakan cara licik, jika tidak, Janice tidak akan bisa menindasnya seperti sekarang."Kamu pergi mencari Henry? Untuk apa kamu mencarinya!" Suara Janice tiba-tiba naik beberapa oktaf, terdengar sangat panik."Tentu saja aku mencari suamiku untuk melakukan hal-hal mesra antara suami dan istri. Kenapa kamu begitu panik!" Setelah mengatakan ini, Miana menutup telepon.Jelas tidak ada niat baik saat Janice meneleponnya.Miana tidak akan pergi menemui Janice secara diam-diam.Setelah menyimpan ponselnya, Miana mencuci muka dan mengeringkan tangannya sebelum meninggalkan toilet.Tiba di depan pintu kantor, dia mendengar suara Henry dari dalam ketika dia hendak membuka pintu
Tidak lama kemudian, Wiley masuk.Henry mengangkat kepalanya dan melihat ke belakang Wiley, mengerutkan kening dan bertanya, "Di mana Miana?"Wiley ragu sejenak sebelum menjawab, "Aku sudah menyuruh orang mencari di toilet wanita, tapi nggak ada."Begitu mendengar itu, raut wajah Henry langsung menjadi masam. "Telepon dia! Suruh dia kembali sekarang! Atau dia akan menanggung akibatnya!"Wiley melirik Henry, diam-diam merasa kasihan pada Miana.Apa yang dilakukan Nyonya hingga membuat Pak Henry begitu marah?'"Cepat telepon!" desak Henry dengan suara dingin.Pada saat ini, Miana sedang duduk di taman di lantai bawah perusahaan, menerima telepon.Dokter yang merawat neneknya memberi tahu bahwa ada yang mengirim obat untuk persediaan seminggu. Mereka telah memberikannya kepada neneknya. Kondisi neneknya kini terlihat membaik.Mendengar hal ini, air mata yang baru saja berhenti kembali mengalir."Aku akan segera menemui Nenek, terima kasih, Dok.""Kamu nggak perlu berterima kasih padaku, b
Miana menoleh dan berkata dengan datar, "Kenapa?"Dulu, dia mencintai Henry dan ingin selalu berada di sisinya sepanjang waktu.Setelah mendengar apa yang dikatakan Henry tadi, bagaimana mungkin dia mau berdekatan dengan Henry!Jika bisa, dia ingin menjaga jarak sejauh mungkin.Wiley terkejut dan tidak tahu harus menjawab apa.Haruskah dia jujur bahwa Pak Henry sedang marah?"Pak Henry nggak sibuk? Kenapa belum masuk ke mobil? Kalau nggak, kami berangkat saja dulu?" Miana berkata dengan datar, "Aku masih punya urusan nanti, jadi harus cepat."Dengan obat untuk satu minggu, neneknya akan merasa lebih baik selama seminggu.Hanya karena alasan itu, dia harus meminta maaf pada Janice dan dia bersedia melakukannya.Adapun masalah Janice menjebaknya, dia akan mencari perhitungan setelah kebenaran terungkap.Tidak ada kata terlambat untuk membalas dendam!Wiley melirik keluar mobil dengan cemas.Dia berpikir, untungnya Henry tidak mendengar ucapan Miana. Jika tidak, dia yakin Miana pasti akan
Jika Janice mendapat masalah, dia yang melakukannya.Jika Kakek marah dan ingin mengirim Janice ke luar negeri, itu karena dia yang mengadu.Apa pun yang terjadi dengan Janice semuanya karena dia.Miana merasa Henry terlalu memihak Janice.Henry agak kesal dan berseru, "Miana! Lebih baik kamu jelaskan padaku yang sebenarnya!"Miana menekan amarahnya, tetapi senyum di wajahnya memudar. "Henry, aku sudah bilang aku nggak menelepon kakek. Kalau kamu nggak percaya, apa lagi yang bisa aku jelaskan!"Begitu berhubungan dengan Janice, Henry seperti kehilangan akal sehat, sama sekali tidak bisa berpikir jernih sedikit pun.Wiley segera menaikkan sekat pembatas mobil dan menyalakan mesin.Dia juga tidak setuju dengan cara Henry memperlakukan Miana.Namun, dia bahkan tidak bisa meyakinkan Henry, apalagi membantu Miana.Terkadang, dia merasa kasihan pada Miana.Henry sudah kesal karena masalah Janice. Sekarang, mendengar Miana membantahnya, kemarahan di hatinya langsung meledak. Dia meraih leher
"Janice sendirian dan sedang hamil, apa salahnya aku membantunya?" Henry tidak menghiraukan perkataan Miana.Menurutnya, Janice pernah menyelamatkannya dan sekarang mengalami kesulitan, jadi sudah seharusnya dia membantu Janice.Namun, Miana selalu mempermasalahkan bantuan yang diberikannya pada Janice. Dia merasa Miana terlalu picik, membuatnya tidak senang.Melihat ekspresi acuh tak acuh Henry, Miana tahu bahwa tidak ada gunanya bicara lebih banyak.Karena orang yang berpura-pura tidur tidak akan pernah bisa dibangunkan!"Kalau begitu, ayo kita urus surat cerai, lalu terserah kamu ingin membantunya atau menikahinya." Dia akan pergi dengan tangan kosong, memberi mereka ruang, tidak ada wanita lain sebaik dia di kalangan ini. Henry seharusnya senang.Henry memandang Miana dan mendengus dingin. "Miana ...."Pada saat ini, nada dering ponsel membuat Henry menelan kata-katanya.Miana membalas tatapan itu, tersenyum kecil dan berkata, "Kakak iparmu menelepon, angkat saja."Miana sangat tah
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer