Miana dicegat setelah masuk ke lobi perusahaan."Halo Nona, ada yang bisa saya bantu?""Aku mencari Pak Henry." Miana berusaha membuat suaranya terdengar lebih ramah."Apakah Nona sudah membuat janji?" Resepsionis memandangnya dengan curiga, mengira dia salah satu wanita yang mencoba mendekati bos mereka, jadi nada suaranya menjadi dingin dan penuh penghinaan.Setelah mendengar ini, Miana tahu bahwa jika dia tidak langsung menelepon Henry, dia tidak akan bisa menemuinya. Dia tidak membalas resepsionis itu, segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Henry.Panggilan pertama, panggilannya dimatikan.Miana mencoba sekali lagi.Hasilnya sama saja, dimatikan.Miana menahan amarahnya dan menelepon Wiley.Wiley segera mengangkatnya. "Halo Nyonya Jirgan, ada yang bisa saya bantu?""Aku sekarang ada di lobi perusahaan, jemput aku." Miana langsung menutup telepon tanpa memberi kesempatan Wiley untuk berbicara.Setelah menerima telepon, Wiley buru-buru melapor ke kantor CEO."Pak Henry, Nyonya a
Miana tiba-tiba berdiri dan langsung menyiramkan air dari gelas ke wajah Henry. "Aku sudah tiga tahun menikah denganmu, tidur di ranjang yang sama setiap malam. Sebelum datang ke sini, aku masih membayangkan, sekalipun aku nggak bisa menunjukkan bukti, kamu akan percaya kalau aku nggak bersalah! Ternyata aku terlalu banyak berkhayal! Tentang masalah ini, kalau kamu ingin melihat kebenaran, jangan melakukan trik apa pun di belakang! Aku pasti akan menemukan kebenarannya untukmu!"Dia merasa, seharusnya dia tidak datang ke sini mencari Henry, seharusnya dia langsung pergi ke rumah sakit dan memukul Janice.Henry menyeka air di wajahnya, menatap Miana dengan mata hitamnya, dan mencibir, "Kalau kamu begitu hebat, kenapa datang ke sini dan mengamuk?"Siapa yang memberi wanita ini keberanian untuk menyiramnya dengan air?Miana menatap Henry, hatinya sudah hancur berkeping-keping.Kali ini, dia benar-benar putus asa.Setelah masalah ini selesai, dia harus bercerai dengan Henry, membiarkan Hen
Henry mengatupkan bibirnya sebelum menjawab dengan datar, "Oke.""Setelah Miana minta maaf padaku, aku akan pergi ke kantor polisi untuk mencabut laporanku terhadapnya. Henry, bagaimana menurutmu?" Nada suara Janice jelas terdengar memelas.Henry melirik Miana dan berkata, "Aku mengerti, selesaikan seperti itu saja.""Henry ...." Jani ragu-ragu berkata, tampak serbasalah."Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Henry, suarnya berat.Miana tidak bisa tidak melirik Henry.Pakaian basah menempel erat di dadanya, membuat Henry terlihat begitu menggoda dan seksi.Miana tiba-tiba teringat saat pertama kali bertemu Henry bertahun-tahun yang lalu. Dia langsung terpesona oleh ketampanan Henry yang luar biasa dan jatuh cinta.Sekarang, jika dipikir-pikir lagi, dia merasa dirinya dulu sangat dangkal.Janice ragu sejenak sebelum berkata, "Miana memblokir nomor teleponku, aku nggak bisa menghubunginya."Henry menyipitkan mata dan berkata, "Aku akan membawanya ke sana.""Henry, bagaimana kalau Miana ng
Menurut Henry, lagi pula, sebelum kebenaran dari kejadian ini terungkap, semua bukti mengarah pada Miana, maka dia adalah dalang di balik kejadian ini.Selama Janice menuntutnya, dia harus menerima hukuman hukum.Sekarang hanya menyuruhnya meminta maaf pada Janice, apa yang perlu diperdebatkan?Miana menggertakkan giginya dan berkata perlahan, "Henry, pernahkah kamu berpikir, kalau kamu terus menyakitiku hingga suatu hari nanti aku benar-benar terluka, aku mungkin akan pergi."Henry tidak menganggapnya serius dan berkata, "Kalau kamu bisa pergi, kamu sudah pergi sejak lama! Nggak perlu menunggu tiga tahun!" Nada bicaranya penuh dengan ejekan.Hati Miana terasa sangat sakit.Henry benar, dia memang tidak rela pergi!Meskipun telah disakiti oleh Henry berkali-kali, dia tetap berusaha keras menggunakan berbagai alasan untuk meyakinkan dirinya agar tetap tinggal.Dulu dia pikir itu adalah ketulusan cintanya, sekarang dia sadar bahwa dia bodoh!Ketulusan cintanya sama sekali tidak berharga
"Miana, aku tahu kamu membenciku, tapi aku benar-benar ingin bicara denganmu! Kamu nggak perlu khawatir aku akan melakukan sesuatu padamu!" Nada bicara Janice sangat serius.Sudut bibir Miana naik sedikit dan dia berkata, "Baiklah, datanglah ke kantor Henry sekarang, kita bertiga bicara bersama!"Miana hanya tidak mau menggunakan cara licik, jika tidak, Janice tidak akan bisa menindasnya seperti sekarang."Kamu pergi mencari Henry? Untuk apa kamu mencarinya!" Suara Janice tiba-tiba naik beberapa oktaf, terdengar sangat panik."Tentu saja aku mencari suamiku untuk melakukan hal-hal mesra antara suami dan istri. Kenapa kamu begitu panik!" Setelah mengatakan ini, Miana menutup telepon.Jelas tidak ada niat baik saat Janice meneleponnya.Miana tidak akan pergi menemui Janice secara diam-diam.Setelah menyimpan ponselnya, Miana mencuci muka dan mengeringkan tangannya sebelum meninggalkan toilet.Tiba di depan pintu kantor, dia mendengar suara Henry dari dalam ketika dia hendak membuka pintu
Tidak lama kemudian, Wiley masuk.Henry mengangkat kepalanya dan melihat ke belakang Wiley, mengerutkan kening dan bertanya, "Di mana Miana?"Wiley ragu sejenak sebelum menjawab, "Aku sudah menyuruh orang mencari di toilet wanita, tapi nggak ada."Begitu mendengar itu, raut wajah Henry langsung menjadi masam. "Telepon dia! Suruh dia kembali sekarang! Atau dia akan menanggung akibatnya!"Wiley melirik Henry, diam-diam merasa kasihan pada Miana.Apa yang dilakukan Nyonya hingga membuat Pak Henry begitu marah?'"Cepat telepon!" desak Henry dengan suara dingin.Pada saat ini, Miana sedang duduk di taman di lantai bawah perusahaan, menerima telepon.Dokter yang merawat neneknya memberi tahu bahwa ada yang mengirim obat untuk persediaan seminggu. Mereka telah memberikannya kepada neneknya. Kondisi neneknya kini terlihat membaik.Mendengar hal ini, air mata yang baru saja berhenti kembali mengalir."Aku akan segera menemui Nenek, terima kasih, Dok.""Kamu nggak perlu berterima kasih padaku, b
Miana menoleh dan berkata dengan datar, "Kenapa?"Dulu, dia mencintai Henry dan ingin selalu berada di sisinya sepanjang waktu.Setelah mendengar apa yang dikatakan Henry tadi, bagaimana mungkin dia mau berdekatan dengan Henry!Jika bisa, dia ingin menjaga jarak sejauh mungkin.Wiley terkejut dan tidak tahu harus menjawab apa.Haruskah dia jujur bahwa Pak Henry sedang marah?"Pak Henry nggak sibuk? Kenapa belum masuk ke mobil? Kalau nggak, kami berangkat saja dulu?" Miana berkata dengan datar, "Aku masih punya urusan nanti, jadi harus cepat."Dengan obat untuk satu minggu, neneknya akan merasa lebih baik selama seminggu.Hanya karena alasan itu, dia harus meminta maaf pada Janice dan dia bersedia melakukannya.Adapun masalah Janice menjebaknya, dia akan mencari perhitungan setelah kebenaran terungkap.Tidak ada kata terlambat untuk membalas dendam!Wiley melirik keluar mobil dengan cemas.Dia berpikir, untungnya Henry tidak mendengar ucapan Miana. Jika tidak, dia yakin Miana pasti akan
Jika Janice mendapat masalah, dia yang melakukannya.Jika Kakek marah dan ingin mengirim Janice ke luar negeri, itu karena dia yang mengadu.Apa pun yang terjadi dengan Janice semuanya karena dia.Miana merasa Henry terlalu memihak Janice.Henry agak kesal dan berseru, "Miana! Lebih baik kamu jelaskan padaku yang sebenarnya!"Miana menekan amarahnya, tetapi senyum di wajahnya memudar. "Henry, aku sudah bilang aku nggak menelepon kakek. Kalau kamu nggak percaya, apa lagi yang bisa aku jelaskan!"Begitu berhubungan dengan Janice, Henry seperti kehilangan akal sehat, sama sekali tidak bisa berpikir jernih sedikit pun.Wiley segera menaikkan sekat pembatas mobil dan menyalakan mesin.Dia juga tidak setuju dengan cara Henry memperlakukan Miana.Namun, dia bahkan tidak bisa meyakinkan Henry, apalagi membantu Miana.Terkadang, dia merasa kasihan pada Miana.Henry sudah kesal karena masalah Janice. Sekarang, mendengar Miana membantahnya, kemarahan di hatinya langsung meledak. Dia meraih leher
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,