"Firma Hukum Lacia sedang mencari mitra senior, apa kamu tertarik untuk bergabung?" tanya Giyan dengan suara lembut.Miana menoleh, menatapnya sambil berpikir untuk sesaat, lalu menggeleng kecil dan berkata, "Nggak tertarik."Jika dia menjadi mitra senior di firma hukum milik Giyan, keluarga Senora pasti akan mengejarnya dengan pisau, itu terlalu berbahaya."Aku akan menyimpan posisi itu untukmu, kapan pun kamu siap, datang saja." Giyan tidak memaksanya.Dia menawarkan posisi itu hanya ingin hidup Miana menjadi lebih baik. Jika Miana tidak bersedia, dia akan mencari cara lain."Oke!" Miana merasa terharu, matanya sedikit menjadi merah.Melihat Miana sedih, Giyan menyalakan musik dan tidak berbicara lagi.Mendengar melodi yang tidak asing, Miana tidak bisa mengendalikan emosinya, air matanya pun mengalir deras di pipinya.Miana tahu betul betapa baiknya Giyan padanya.Namun, mereka sudah melewatkan kesempatan itu. Sekarang, mereka hanya bisa terus melangkah maju, tidak bisa kembali sepe
Foto itu menunjukkan wanita yang dikenalnya menatap pria dengan tatapan sangat lembut.Seketika, raut wajah Henry langsung menjadi masam.Melihat perubahan ekspresi itu, Janice segera bertanya dengan suara pelan, "Henry, siapa yang mengirim pesan itu? Apa isinya?"Dia hanya melihat pesan itu sekilas dan tidak melihat dengan jelas foto tersebut. Namun, dia tahu itu adalah foto Miana dengan pria lain. Makanya, dia sengaja menunjukkan kepada Henry.Jika Miana berselingkuh, Henry pasti akan bercerai!Setelah berpikir seperti itu, Janice pun mendapatkan sebuah rencana.Untuk mempercepat perceraian mereka, dia akan memanas-manasi situasi sedikit.Setelah mengirim foto itu ke ponsel sendiri, Henry dengan cepat menghapus foto itu di ponsel Janice. "Hanya pesan sampah, aku sudah bantu kamu menghapusnya."Janice terkejut sesaat tetapi segera kembali tenang. "Oh, baiklah, terima kasih."Henry mengembalikan ponselnya dan berkata dengan suara dingin, "Aku keluar merokok dulu."Janice menggenggam po
"Jangan tegang, rileks sedikit, kalau nggak aku nggak bisa memeriksanya." Suara dokter lembut. "Pertama kali menjadi ibu memang seperti ini, jangan terlalu khawatir tentang bayi di dalam perut, mereka lebih kuat dari yang kita bayangkan! Nggak akan mudah keguguran."Setelah mendengar kata-kata dokter, tubuh Miana pun rileks.Dokter memeriksanya dengan cermat. Meraba perutnya sambil bertanya beberapa hal, lalu berkata, "Pakai celanamu dan turun, aku akan meresepkan obat untukmu."Sambil berbicara, dokter melepas sarung tangan dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah mencuci tangan dan mengeringkannya, dia baru duduk di meja kerja.Miana mengenakan kembali celananya dan turun dari ranjang. Dia merasa perutnya masih sakit, jadi dia duduk di kursi sambil memegang perutnya. Dengan hati-hati, dia bertanya, "Dok, apakah bayiku baik-baik saja?"Pada saat ini, suara lembut seorang pria terdengar dari pintu, "Mia, ponselmu tertinggal di mobil."Miana menoleh dan melihat Giyan berdiri di pintu,
Henry mengangkat alisnya, berkata dengan dingin, "Nggak bisa!"Giyan mengatup-ngatupkan bibirnya, melihat Miana sejenak, lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa.Dia bukan takut pada Henry, tetapi khawatir jika dia berbicara lebih banyak, Henry akan mencari masalah dengan Miana.Melihat situasi Miana saat ini sudah cukup membuat hatinya sakit.Dia tidak ingin menambah masalah pada Miana.Giyan masuk ke lift, pandangannya tertuju pada Miana, meskipun enggan, dia harus pergi.Setelah Giyan pergi, Henry berjalan menuju Miana dengan marah.Amarahnya membuatnya sangat agresif.Miana sedang menelepon Sherry, berbicara tentang proyek besar yang diperkenalkan oleh Giyan. Sherry pun tidak bisa menahan diri untuk mengungkit tentang Giyan.Sherry bertanya, "Kamu benar-benar nggak mempertimbangkan untuk bersama dengannya setelah bercerai?"Giyan begitu menawan dan jauh lebih baik daripada Henry. Wanita mana pun yang bersamanya pasti akan bahagia.Miana memijat keningnya dan berkata, "Aku dan dia nggak
Kalimat terakhir, Henry mengucapkannya hampir sambil menggertakkan gigi.Miana awalnya berniat mengeluarkan resep obat dan memberi tahu Henry tentang saran dokter. Namun, setelah mendengar ucapan Henry, dia langsung menyimpan resep itu ke dalam tas. Dia menahan dirinya untuk tidak menangis dan berkata sambil tersenyum sempurna."Aku merasa mual dan ingin muntah akhir-akhir ini, aku pikir aku hamil, jadi datang untuk memeriksanya. Ternyata bukan hamil, hanya masalah lambung. Dokter menyarankan untuk minum obat dan beristirahat selama beberapa hari."Suaranya lembut dan menyenangkan. Senyumannya cerah dan menawan. Semua ini membuatnya sulit terlihat seperti sedang berbohong.Henry tertawa dingin dan bertanya "Hanya masalah lambung, apa perlu diantar dan ditemani seorang pria?"Bagaimanapun, dia masih keberatan dengan kehadiran Giyan.Miana memiringkan kepala, menatapnya sambil bertanya, "Kamu sedang cemburu?"Dia tentu tahu Henry tidak mungkin cemburu.Dia sengaja berkata demikian untuk
"Pak Henry," sapa Wiley dengan hormat."Hasil investigasi kecelakaan mobil Janice sudah keluar?" tanya Henry dengan nada serius.Seorang perawat yang sedang mendorong meja troli, diam-diam meliriknya.'Astaga!''Pria ini tampan sekali!'"Polisi masih menyelidiki," ujar Wiley."Segera kirim seseorang untuk menyelidikinya, beri aku hasilnya dalam setengah jam!""Apa Pak Henry berpikir kalau kecelakaan Nona Janice ada yang mengaturnya?" Bekerja dengan Henry selama bertahun-tahun membuat Wiley bisa menebak pikirannya hanya dari satu kalimat."Aku hanya menyuruhmu menyelidiki, belum tahu hasilnya." Henry tentu saja mendengar percakapan Janice dan Yosef tadi, makanya dia menyuruh Wiley untuk menyelidiki kecelakaan itu.Karena Yosef ingin menyelidiki kebenarannya, dia harus mendahuluinya dan membuktikan bahwa bukan Miana yang melakukannya.Saat memikirkan itu, Henry terkejut.Miana melakukannya atau tidak, apa hubungannya dengan dia?"Kalau begitu, aku akan segera menyuruh orang untuk menyeli
"Istirahatlah yang baik," ujar Henry sebelum menutup telepon.Setelah meletakkan ponselnya, dia mengambil dokumen untuk dibaca.Namun, setelah sekian lama, satu dokumen pun belum selesai dibacanya. Pikirannya terus terganggu oleh percakapan yang didengarnya di luar kamar Janice.Kemudian, suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Dia menunduk melihat dokumen di tangannya dan berkata, "Masuk!"Wiley membuka pintu dan masuk."Pak Henry."Henry mengangkat pandangannya, melihat ke arah Wiley."Sopir truk kecil itu bilang dia dibayar seseorang untuk melakukan itu!" Setelah mengatakan ini, Wiley tidak berani melanjutkannya dan merasa gelisah.Kesannya terhadap Miana, bukan tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu..Namun, sopir itu bersikeras mengatakan bahwa Miana yang menyuruhnya, bahkan memberikan bukti transfer pembayaran.Itu merupakan bukti yang kuat.Wiley masih harus mencari cara untuk mendapatkan bantuan jika dia ingin membantu Miana.Melihat ekspresi Wiley, Henry langsung p
Miana dicegat setelah masuk ke lobi perusahaan."Halo Nona, ada yang bisa saya bantu?""Aku mencari Pak Henry." Miana berusaha membuat suaranya terdengar lebih ramah."Apakah Nona sudah membuat janji?" Resepsionis memandangnya dengan curiga, mengira dia salah satu wanita yang mencoba mendekati bos mereka, jadi nada suaranya menjadi dingin dan penuh penghinaan.Setelah mendengar ini, Miana tahu bahwa jika dia tidak langsung menelepon Henry, dia tidak akan bisa menemuinya. Dia tidak membalas resepsionis itu, segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Henry.Panggilan pertama, panggilannya dimatikan.Miana mencoba sekali lagi.Hasilnya sama saja, dimatikan.Miana menahan amarahnya dan menelepon Wiley.Wiley segera mengangkatnya. "Halo Nyonya Jirgan, ada yang bisa saya bantu?""Aku sekarang ada di lobi perusahaan, jemput aku." Miana langsung menutup telepon tanpa memberi kesempatan Wiley untuk berbicara.Setelah menerima telepon, Wiley buru-buru melapor ke kantor CEO."Pak Henry, Nyonya a
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,