"Minta maaf!" ujar Henry dengan suara rendah sambil menyentuh wajahnya yang terkena tamparan.Sebenarnya, dia ingin menghukum Miana dengan keras.Namun, keinginannya itu menghilang ketika dia melihat raut wajah Miana begitu sedih.Dalam alam bawah sadarnya, dia tidak ingin membuat Miana sedih.Miana menggigit bibirnya.Padahal dia tidak bersalah, mengapa harus minta maaf! Dia sungguh enggan melakukannya!"Minta maaf! Jangan sampai aku ulangi lagi!" ujar Henry dengan penuh penekanan.Yang Henry inginkan bukan sekadar kata maaf, tetapi kepatuhan dari Miana.Sherry segera menarik Miana menjauh, lalu membungkuk kepada Henry. "Aku minta maaf atas nama Mia. Maafkan aku!"Entah Henry akan memaafkan Mia atau nggak.'Tindakan Sherry itu membuat Miana terharu hingga matanya berkaca-kaca.Dia tahu bahwa Sherry takut Henry akan mempersulitnya, jadi menggantikan dirinya untuk meminta maaf.Namun, dia cukup mengenal sifat Henry. Jika Henry ingin mempersulit Sherry, Sherry mungkin tidak bisa melepask
Bagaimanapun, Miana masih membutuhkan obat khusus dari Henry.Jika membuat Henry marah, dia pasti tidak akan bisa mendapatkan obat itu dan neneknya hanya akan terus menderita. Memikirkan hal tersebut membuat hatinya sakit."Ya, ayo pergi," ujar Henry dan berbalik pergi.Janice menatap tajam Miana sebelum buru-buru mengikuti Henry berjalan pergi.Miana menatap punggung dua orang itu, hatinya seperti tercekik.Henry sungguh memanjakan Janice!Sherry segera menarik Miana ke meja makan. Setelah duduk, dia berkata dengan ekspresi misterius, "Mia, aku punya kejutan untukmu nanti."Miana menenangkan pikirannya, menuangkan dua cangkir teh dan memberikan satu cangkir kepada Sherry, lalu bertanya, "Kejutan apa?"Sejak menikah dengan Henry, hidupnya bagaikan air laut yang tenang, tidak pernah ada ombak.Oleh karena itu, dia tidak pernah menantikan adanya sebuah kejutan.Sherry masih sengaja merahasiakannya. "Coba tebak!"Setelah menyesap teh, Miana menggeleng dan berkata, "Aku nggak tahu harus me
Miana tertegun sejenak sebelum merespons. Dia bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri, "Untukku?"Giyan mengangguk dan berkata, "Ulang tahunmu beberapa hari lagi, aku besok harus keluar kota untuk perjalanan bisnis, pasti nggak sempat kembali untuk merayakan ulang tahunmu, jadi aku memberikan hadiahnya lebih awal."Miana tersenyum tipis dan berkata, "Terima kasih masih ingat hari ulang tahunku. Aku terima niat baikmu, tapi aku nggak bisa menerima hadiah ini."Celine menyukai Giyan, jadi dia harus menjaga jarak dengannya, jika tidak, Celine pasti akan mencari masalah dengannya.Selain itu, dia sekarang adalah istri Henry. Meskipun tidak dipublikasikan, dia sangat sadar akan statusnya dan tidak memiliki hubungan yang ambigu dengan siapa pun.Mendengar ucapan itu, Giyan merasa hatinya seperti tertusuk pisau tajam, sangat sakit. Meskipun begitu, dia tidak mengekspresikannya. "Hanya barang yang kubuat sendiri, bukan hadiah mahal, terimalah."Dia mendesain dan membuatnya sendiri.Selama ber
Sherry melirik Henry yang duduk tidak jauh dari mereka dan merasa agak kesal.Dia tadi melihat dengan jelas, mata Miana berbinar-binar.Miana menyukai hadiah anting-anting itu, tetapi tidak berani menerimanya karena ada Henry.Henry si berengsek ini sungguh menjengkelkan!Setelah masalah hadiah ini berlalu, ketiganya mulai makan.Suasana di antara mereka terasa sedikit sunyi.Miana makan sambil memikirkan sesuatu.Tak lama kemudian, dia mendadak merasa mual.Dia segera meletakkan sendoknya, menutup mulutnya sambil berkata, "Aku ke toilet sebentar!" Miana segera bangkit dan pergi dengan tergesa-gesa.Giyan menatap punggung Miana dengan ekspresi lembut, tetapi juga ada sedikit kesedihan.Sherry diam-diam melirik punggung Miana yang menjauh.Dia tentu tahu mengapa Miana bisa mual seperti itu.Dia ingin pergi mengecek kondisi Miana, tetapi takut Giyan akan curiga.Setelah berpikir-pikir, Sherry memutuskan untuk tidak pergi melihat Miana.Dia ingat bahwa Miana tidak ingin ada orang lain yan
Miana tertegun sejenak baru tersadar. Wajahnya sedikit memerah dan terasa panas. "Aku nggak sengaja menggigit bibirku tadi."Namun, sebenarnya yang dia gigit itu bibirnya Henry."Nih, laplah." Sherry memberikan tisu kepadanya.Sepasang mata hitam Giyan tidak memancarkan emosi apa pun, sulit menebak apa yang sedang dia pikirkan.Miana mengambil tisu itu dan menyeka bibirnya. Dia agak kesal saat teringat perilaku Henry di luar toilet tadi.Henry menganggapnya sebagai apa?Wanita yang bisa dicium sesuka hatinya?Tanpa memedulikan orang lain akan menghinanya?Jika wanita itu Janice, Henry pasti tidak akan bertindak seperti ini!"Oh ya, Mia, Giyan mengenalkan proyek besar padaku, kalau kamu ada waktu, bantu aku, ya! Aku sedikit kewalahan kalau sendirian," ujar Sherry dengan penuh semangat.Miana meletakkan tisu, mengangguk kepada Sherry. "Oke, kebetulan aku beberapa hari ke depan agak santai."Janice sekarang bekerja di Firma Hukum Astera, pasti akan merebut kasus-kasus yang ditanganinya.D
Giyan diam-diam mempekerjakan guru khusus untuk mengajari Miana.Miana belajar banyak hal, mulai dari seni musik, catur, kaligrafi, hingga seni bela diri.Di mata Giyan, Miana selalu luar biasa.Jika bukan karena pertemuannya dengan Henry tahun itu, Miana pasti sudah menjadi Nyonya Ferno sekarang.Sayang sekali, ....Sherry tahu tentang masa kecil Miana, jadi dia tidak terkejut mendengar Miana berterima kasih kepada Giyan.Terkadang, dia benar-benar bersyukur Miana bertemu dengan Giyan, sehingga Miana tumbuh tanpa kekurangan cinta, tanpa kekurangan persahabatan.Kemudian dia juga bersyukur bisa bertemu dengan Miana, yang membuatnya bisa bertahan hidup."Aku nggak punya bakat apa-apa, hanya saja, kamu sudah mengeluarkan uang untuk. Aku nggak bisa mengecewakanmu, dan aku nggak ingin menyia-nyiakan uangmu, jadi aku belajar dengan keras." Mengenang masa lalu, satu-satunya momen bahagia Miana pada saat itu adalah saat bersama Giyan.Jika dia tidak bertemu dengan Henry pada tahun itu dan jat
Ucapan Henry seketika membuat Miana tersipu malu.Sherry memiringkan kepalanya dan menatap Miana dengan ekspresi menggoda. "Oh, ternyata darah di bibirmu tadi itu karena kamu menggigitnya."Sekarang dia mengerti mengapa wajah Miana begitu merah saat dia bertanya sebelumnya.Mendengar itu, Janice diam-diam menggertakkan giginya karena sangat marah.Sebelumnya, dia hanya menduga-duga apa yang dilakukan mereka di toilet dan masih bisa menghibur dirinya sendiri bahwa mungkin itu hanya sekadar pemikirannya. Sekarang, mendengar Henry mengatakannya sendiri, dia sangat cemburu.'Miana, wanita jalang ini!''Dia benar-benar menggoda Henry di toilet!'Nggak tahu malu!'Henry menekan sudut bibirnya dengan jari-jari panjangnya, menatap Miana sambil sedikit tersenyum dan berkata, "Kenapa diam? Nggak mau bertanggung jawab?"Miana menggertakkan giginya, lalu berkata kepada Sherry, "Kamu kembali ke studio dulu, kirimkan semua data proyek kerja samanya ke emailku. Setelah kubaca, aku akan meneleponmu da
Sebelumnya menyuruhnya masuk ke mobil, sekarang menyuruhnya keluar dari mobil. Apa sih maunya!Henry mengatupkan bibirnya, membungkuk dan menggendong Miana keluar. Kemudian, dia berkata kepada Wiley, "Kamu antar Janice kembali ke kantornya."Mendengar itu, Miana langsung mengerti maksud Henry.Janice bilang takut kedinginan karena angin di luar kencang, jadi Henry menyuruh Wiley mengantar Janice.Haruskah Miana memuji Henry karena begitu perhatian?Menyadari raut wajah Miana yang terlihat pucat, Wiley ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu.Apa Pak Henry nggak tahu, melakukan ini akan membuat istrinya sedih?'Wiley selalu merasa Henry makin mendekati kehancuran."Henry, kamu nggak pergi bersamaku?" Janice sangat cemburu melihat Miana digendong Henry.Dia lebih suka kedinginan di luar bersama Henry daripada naik mobil dan pergi sendirian!Mendengar Janice berbicara, Miana meliriknya dan matanya bertemu dengan tatapan yang seperti ingin membunuhnya. Miana menaikkan sedikit sudut bibi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer