"Kamu dan Henry sudah menikah tiga tahun lamanya, sudah waktunya kalian punya anak, bagaimana kalau kamu berhenti bekerja dan fokus untuk mempersiapkan kehamilanmu di rumah? Setelah melahirkan, kamu baru kembali bekerja. Bagaimana?" Eddy sangat berharap Miana punya anak, dengan begitu, Henry pasti akan kembali fokus pada keluarganya.Miana tersenyum kecil, menggeleng, tetapi sebelum dia dapat berbicara, terdengar suara lain, "Ayah, kudengar kamu mengalihkan saham Grup Eskaria kepada Miana, aku nggak setuju dengan ini!"Mendengar suara itu, Miana mengangkat matanya dan melihat ibu mertuanya, Felica Monefa, masuk dengan marah. Dari penampilannya, terlihat seperti baru saja kembali dari luar kota.Eddy berkata dengan ekspresi masam, "Terserah aku mau memberikan sahamku pada siapa! Apa gunanya kamu nggak setuju!"Felica berjalan mendekat dan berdiri di depan Miana, menatapnya dengan tajam dan berkata, "Miana, kalau kamu menerima saham ini, kamu harus bercerai dengan Henry!"Dia tahu betul
Mendengar ucapan Eddy, Felica seketika seperti kehilangan semua tenaganya, tampak sangat lemas."Kematian Zeno adalah salahku! Akulah yang membunuhnya!" serunya.Eddy merasa jengkel dengannya dan berteriak, "Cepat pergi dari sini! Kamun nggak bisa menghentikan keputusan yang telah kubuat!"Henry baru dibawa kembali ke keluarga Jirgan saat usianya hampir sepuluh tahun. Banyak hal terjadi pada saat dia tumbuh dewasa, inilah yang membuat Henry tidak memercayai siapa pun dan menolak kedekatan orang lain.Saat pertama kali melihat Miana, Eddy merasa Miana bisa masuk ke dalam hati Henry.Setelah menikah selama tiga tahun, Henry tetap tidak menunjukkan perhatiannya pada Miana, tetapi setidaknya dia pulang setiap malam untuk tidur.Henry tidak menolak Miana dan bersedia dekat dengan Miana.Namun kini, dengan kehamilan Janice yang tiba-tiba, perhatian Henry terhadap Janice menjadi berlebihan. Tidak aneh jika ada rumor mengenai mereka berselingkuh, bahkan Eddy sendiri merasa hubungan keduanya ti
Sebelum datang mengembalikan gelang itu, Janice menghubungi ibu mertuanya. Dia berpikir ibu mertuanya pasti sudah berada di sana. Jika Henry kembali ke sana, semua rencana ibu mertuanya akan berantakan.'Nggak boleh, Henry nggak boleh pergi!'Henry menoleh, pandangannya jatuh pada tangan Janice, tatapannya dingin dan menusuk. "Sudah kubilang, kalau kamu nggak enak badan, istirahatlah di rumah! Jangan berkeliaran di luar! Kamu yang memilih untuk mengandung anak itu, jadi kamu harus bertanggung jawab atas anak itu! Mengerti?"Suaranya tidak besar, tetapi penuh tekanan.Janice sangat ketakutan sehingga menarik tangannya dan menggigit bibirnya. Kemudian, air mata mulai berlinang di matanya dan dia berkata, "Aku hanya khawatir Miana akan bertengkar denganmu, jadi aku datang untuk mengembalikan gelang itu padamu, bukan karena aku nggak peduli dengan kesehatan tubuhku.""Ke depannya, langsung telepon aku kalau kamu ingin tahu sesuatu, jangan mempersulit Wiley!" ujar Henry dengan lugas, tidak
"Kakek baik-baik saja ...." Henry melirik Felica sebentar lalu menyelanya, "Biarkan Wiley mengantarmu pulang."Dengan kondisi Kakek seperti ini, pengalihan saham sudah pasti tidak mungkin dilakukan."Aku akan pulang setelah Kakek sadar, kalau nggak, aku nggak akan bisa tenang." Miana masih mengkhawatirkan kondisi Eddy, dia tidak akan tenang sebelum melihat Eddy baik-baik saja dengan matanya sendiri.Henry menatap Miana sejenak, mengatup-ngatupkan bibirnya dan tidak berkata apa-apa.Lingkungan tempat dia dibesarkan membentuk kepribadiannya yang dingin terhadap semua orang.Dia juga tidak akan bersikap ramah pada Miana hanya karena Miana adalah istrinya."Setelah Kakek sadar pun, dia nggak akan bisa melakukan pengalihan saham, cepat pergi!" seru Felica dengan ketus sambil mengernyit.Miana mengabaikan Felica.Dia sekarang berada di kantornya Henry. Selama Henry tidak mengusirnya, dia tidak perlu menghiraukan siapa pun.Melihat Miana mengabaikannya, Felica sangat marah, tetapi karena ada
Henry mengangkat alisnya, sepasang mata hitam pekatnya tertuju pada wajah Miana.'Inikah yang diinginkan Miana?'Miana menatap tatapan Henry dengan mata menyala-nyala dan berseru, "Aku nggak pernah berpikir seperti itu!"Mendengar Kakek berkata seperti itu, Henry pasti mengira itu adalah keinginannya.Tiga tahun lalu, saat baru menikah dengan Henry, dia pernah berpikir ingin mempublikasikan hubungan mereka.Dia mencintai Henry, tentu saja dia ingin dunia tahu bahwa mereka telah bersama.Namun, pada malam pernikahan, Henry berkata, "Aku nggak ingin siapa pun tahu tentang pernikahan kita! Urus dirimu sendiri dan jangan melakukan hal yang nggak diperlukan!"Setelah itu, Henry pergi keluar.Malam itu, Henry tidak pernah kembali.Malam pernikahan mereka, Miana sendirian di kamarnya.Sejak itu, dia tidak pernah berpikir untuk mempublikasikannya lagi.Sekarang, dia berencana untuk bercerai, jadi makin tidak perlu memberi tahu orang-orang tentang pernikahan mereka.Dengan begitu, mereka berdua
Tubuh Miana membentur meja rapat, terasa sangat sakit.Miana merasa kesakitan hingga matanya memerah.Henry menekannya dan mengangkat dagunya. Sorot mata Henry terlihat seperti sedang haus darah. "Setelah tidur denganmu malam itu, keesokan harinya, orang tuamu datang mengetuk pintu hotel bersama orang-orang. Mereka membawa foto-foto yang diam-diam diambil, lalu mengancamku untuk menikahimu, kalau aku menolak, mereka akan mempublikasikan foto-foto itu!""Aku setuju untuk menikahimu, lalu keluarga Senora meminta mahar senilai seratus miliar. Selama tiga tahun pernikahan ini, aku menginvestasikan nggak kurang dari seratus miliar ke perusahaan milik keluarga Senora. Aku juga membiayai pengobatan nenekmu. Aku menggunakan alasan melakukan penelitian terhadap tubuhnya yang sedang sakit untuk mengurangi setengah biayanya.""Setelah menikah, bukankah setiap istri harus memasak, mencuci pakaian, dan mengurus kehidupan sehari-hari suaminya? Terlebih lagi, keluargamu telah mengambil begitu banyak
Bagaimana jika Henry bertindak kasar dan melukai anak di dalam perutnya?Melihat sikap Miana yang berlagak suci, api amarah di hati Henry makin membara. "Miana, kita belum bercerai! Kenapa aku nggak boleh menyentuhmu!"Miana menarik napas dalam-dalam, menatap Henry dengan mata membelalak dan berseru, "Karena aku merasa kamu kotor!"'Dia sudah memiliki anak dengan Janice, sekarang dia masih ingin menyentuhku!'Henry menyipitkan matanya, lalu menggigit daun telinga Miana yang sedikit empuk itu dan berkata, "Biarpun kamu bilang aku kotor, aku tetap akan melakukannya denganmu!"Miana panik dan segera berkata, "Kalau karena kehamilan Janice, kamu nggak bisa merasa puas, aku bisa bantu kamu mencarikan wanita lain, aku pastikan wanita itu bersih!" Setelah mengatakan ini, pikirannya dipenuhi adegan dua orang tidur di ranjang yang sama.Apa yang dilakukan Henry padanya, Henry juga melakukannya pada Janice!Memikirkannya saja sudah membuat Miana merasa jijik!Kemarahan Henry terus bertambah dan
"Nggak ada yang tahu siapa bos baru itu, sangat misterius, tapi nggak perlu khawatir, kita akan bertemu dengannya besok!""Aku juga dengar, bos baru itu mengakuisisi Firma Hukum Lacia sebagai hadiah untuk tunangannya! Memberikan firma hukum sebagai hadiah! Betapa beruntungnya menjadi tunangan bos itu!""Kak Miana, kamu sangat cantik, kamu pasti bisa menemukan suami yang kaya di masa depan."Miana mengatupkan bibirnya. Amanda benar, dia memang telah menemukan suami yang kaya.Hanya saja, suaminya tidak mencintainya."Oh ya, Kak Miana, kita nanti akan makan malam di Red Mansion, jam enam sore. Aku terlalu asyik bergosip denganmu, hampir lupa hal paling penting!"Miana sedikit iri dengan optimisme dan keceriaan Amanda. Amanda telah bekerja di firma hukum selama dua tahun dan setiap hari dia selalu penuh energi.Dia sendiri, jelas-jelas baru berusia 25 tahun, tetapi sudah merasakan kerasnya kehidupan, umur mentalnya sudah sangat tua."Kak Miana, suasana hatimu sedang buruk? Kenapa nggak be
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut
"Apa kamu bilang?" tanya Miana terkejut.Amanda mengambil napas panjang, kemudian berkata dengan tegas, "Henry meminta aku menjadi pengacaranya untuk memenangkan Nevan!"Miana sekarang mendengar dengan jelas dan menyadari situasinya. Wajah dinginnya menegang seketika. "Bilang padanya untuk mencari pengacara lain untuk merebut anakku. Dia pengadilan nanti, aku akan meminta sidang disiarkan secara langsung, dan lihat bagaimana aku mempermalukannya di depan seluruh penduduk Kota Jirya!"Henry berani sekali mencoba merebut anaknya!"Aku sudah menolaknya, tapi dia mengancam akan menghancurkan karirku di dunia hukum di Kota Jirya!" Amanda sekarang adalah seorang pengacara terkenal dengan penghasilan besar, jadi dia tidak takut pada Henry.Dengan Miana sebagai pendukungnya, apa yang perlu dia takutkan?"Beritahu dia, silakan lakukan itu! Lihat bagaimana aku akan mempermalukannya!" Miana berbicara dengan dingin. "Kalau dia masih mencarimu, suruh dia datang langsung padaku!"Miana ingin melihat
Giyan berjalan ke sofa dan duduk di samping Miana.Dia merasa senang dan seluruh tubuhnya rileks.Ada perasaan bahagia yang mendalam saat Miana berada di sisinya.Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Miana membuka mata, secara refleks mengulurkan tangan untuk meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa dia memukul seseorang.Dia tertegun."Sudah bangun?"Detik berikutnya, matanya bertemu dengan sepasang mata yang penuh cinta."Giyan, kenapa kamu ada di tempat tidurku?" Dia ingat berbaring di sofa semalam dan tertidur.Setelah itu, dia tidak ingat apa-apa lagi."Kamu ketiduran di sofa, jadi aku menggendongmu ke kamar. Saat menaruhmu di tempat tidur, kamu memeluk pinggangku dan nggak mau melepaskannya, jadi aku akhirnya tidur di sini," jelas Giyan dengan suara lembut. "Kamu tidur larut sekali, jadi tidurlah sebentar lagi. Aku akan bangun dulu untuk menyiapkan sarapan. Nanti, kalau sudah siap, aku akan membangunkanmu."Baru saja Miana hendak berbicara, ponselnya berdering.Dia cepat-cepat mer
Mobil itu sengaja tidak dipasang pelat nomor.'Heh, mereka kira tanpa pelat nomor, pemilik mobil itu nggak akan bisa dilacak?'Mobil penghuni kompleks ini sudah terdaftar, sementara mobil orang luar yang ingin masuk harus menunjukkan KTP dan dicatat kedatangannya. Oleh karena itu, baik penghuni maupun bukan, biasanya informasi pemilik mobil sudah tercatat dan dapat dilacak.Namun, karena niat orang ini menabrak Sherry, dia mungkin menggunakan informasi palsu.Ada juga kemungkinan bahwa pemilik rumah di kompleks ini telah memberi tahu penjaga sehingga mobil bisa langsung masuk.Apa pun situasinya, Miana akan menemukan informasi pemilik mobil dalam waktu singkat.Saat Miana bersiap melanjutkan penyelidikannya, terdengar ketukan di pintu.Dia menutup laptopnya dan menyahut, "Ya, sebentar!"Dia berdiri dan berjalan menuju pintu.Setelah membuka pintu, dia melihat pria berwajah lembut yang membuatnya merasa tenang."Masaknya sudah selesai? Cepat sekali! Ayo, kita turun makan," ujar Miana sa
Sherry yang sangat peduli pada penampilan, bagaimana mungkin bisa menerima kenyataan bahwa dia kehilangan satu kakinya.Dengan wajah dingin, Miana mengikuti petugas medis masuk ke kamar perawatan.Setelah memastikan segala sesuatunya, barulah Miana merasa tenang meninggalkan Sherry pada petugas medis.Dia memandang Farel dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan ketus, "Ikut aku ke luar, ada sesuatu yang mau kutanyakan padamu!"Farel mendekati sisi ranjang, lalu membungkuk untuk melihat Sherry yang terbaring di sana.Melihat kondisi Sherry yang begitu lemah saat ini, Farel merasa seakan-akan Sherry bisa menghilang kapan pun dari hadapannya.Dengan ekspresi yang tetap dingin, Miana menatap Farel dan berkata, "Kamu nggak bisa melindunginya, nggak ada gunanya kamu menyesal dan bersedih sekarang! Keluar! Ada yang mau kutanyakan padamu!"Farel terpaksa mengalihkan pandangannya, dan mengikuti Miana keluar dari kamar perawatan."Kenapa kamu ada di sana? Apa yang terjadi saat itu?" tanya Mian