"Dia menggendongku karena pakaianku robek. Aku sangat ketakutan saat itu hingga nggak bisa berjalan sendiri! Dia hanya membawaku ke mobil, lalu Eri yang mengantarku pulang!"Terlepas dari apakah Henry percaya atau tidak, yang dia katakan adalah kebenaran.Setelah mendengar penjelasan Miana, sorot mata Henry menjadi dingin dan berkata, "Nggak ada berita tentang apa yang kamu bilang di jalan layang semalam!"Maksudnya, dia tidak percaya.Miana merasa agak sedih.Henry dan wanita simpanannya selalu bersama hingga muncul berita tentang hubungan mereka berdua yang masuk ke tren tagar. Mereka bahkan memiliki anak, tetapi Henry tidak pernah memberikan penjelasan apa pun padanya.Sementara Miana, dia sudah menjelaskan kejadian yang membuatnya trauma, tetapi Henry tetap tidak percaya dengannya.Apakah Henry bersikap seperti itu memang karena tidak mencintainya?"Kenapa diam? Kamu sudah nggak tahu cara menutupi kebohonganmu?" Henry menyimpulkan bahwa ada hubungan ambigu antara Miana dan Giyan. S
Henry mengangkat alisnya, "Apa maksudmu?"Miana tersenyum dan berkata, "Maksudnya sesuai dengan kata-katanya, pokoknya kamu ingat saja! Sekarang, apa kamu sudah tenang? Lepaskan dasi ini dan biarkan aku pergi!" Miana berbicara dengan tenang, seolah-olah tidak ada yang terjadi di antar mereka.Henry tidak menjawabnya, dia membuka pintu dan keluar dari mobil.Wiley berdiri di kejauhan karena takut mendengar sesuatu yang tidak seharusnya dia dengar, tetapi perhatiannya masih tertuju pada sini.Melihat Henry keluar dari mobil, dia segera menghampiri dan memanggil dengan hormat, "Pak Henry.""Periksa apa yang terjadi di jalan layang Sinra semalam, periksa juga catatan rawat inap Miana dua hari ini." Dia bukan tidak percaya pada Miana, tetapi lebih bersedia percaya pada bukti yang ada di depan mata.Wiley merasa aneh, tetapi dia tetap menjawab "Baik" dengan serius.Ketika Wiley pergi untuk menelepon, Henry sedang bersandar di pintu mobil dan merokok.Entah mengapa, dia selalu teringat dengan
"Nyonya, ada hal penting yang ingin dibicarakan Pak Henry, apa Nyonya bisa datang sebentar ke perusahaan?" Begitu suara Wiley terdengar, Miana mengangkat alisnya dan menjawab, "Aku ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Kalau mendesak, suruh Pak Henry datang mencariku di firma, kalau nggak, tunggu sampai urusanku selesai."Di masa lalu, jika Wiley meneleponnya untuk datang ke kantor menemui Henry, dia pasti akan mengemasi barang-barangnya dan langsung pergi menuju ke sana.Bagi Miana, Henry selalu menjadi yang terpenting.Namun, sekarang dia akan bercerai dengan Henry, jadi dia tentu tidak akan menuruti perkataan Henry lagi.Sudah mustahil membuatnya meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Henry!"Baiklah." Wiley terpaksa menutup telepon, kembali ke kantor CEO dan melaporkannya dengan jujur.Henry agak terkejut bahwa Miana menolak untuk menemuinya.Dia ingat bahwa dulu Miana paling suka datang ke kantornya.Setiap kali datang, Miana selalu membawa biskuit, kue, teh susu da
Setiap kali Janice mengirim pesan, isinya selalu mengenai kehamilannya atau betapa Henry mencintainya.Miana merasa kesal karena terlalu sering melihat pesan seperti itu.Padahal bukan dirinya yang bersikeras tidak mau bercerai dengan Henry.Jelas-jelas Henry-lah yang tidak mau.Setelah dipikir-pikir, Miana merasa Henry tidak begitu mencintai Janice seperti yang dikatakan Janice.Bahkan, setelah mengetahui Janice hamil pun, Henry tidak meminta bercerai dengannya.Jika seorang pria benar-benar mencintai seorang wanita, bagaimana mungkin pria itu tega membiarkan wanita itu disebut sebagai wanita simpanan.Saat Miana memikirkan semua itu, ponselnya berdering lagi.Miana berhenti berpikir dan melihat nomor di layar ponselnya, lalu menghela napas pelan dan mengangkatnya."Hari ini ulang tahunku, aku ingin mengajakmu makan di Restoran Icy di Century Plaza," ujar Janice dengan suara yang lembut dan enak didengar.Miana tersenyum dan berkata, "Nggak perlu makannya, nanti aku akan meminta seseo
Amanda adalah penggemar berat Miana, sangat mengaguminya.Baginya, Miana yang terbaik.Bahkan, menjadi ketua tim saja masih tidak belum cukup, dengan kemampuan Miana, seharusnya menjadi mitra senior."Orang yang akan dipromosi belum tentu aku, jadi ucapan seperti itu, kamu cukup bilang padaku saja, jangan pada orang lain, atau nanti kita akan ditertawakan!" Miana menghilangkan senyuman di wajahnya dan berkata dengan serius.Hubungan Miana dengan orang-orang di firma hukum ini tidak terlalu baik.Jika perkataan itu didengarkan orang lain, lalu pada akhirnya dia tidak dipromosikan menjadi ketua tim, orang-orang pasti akan menjadikannya bahan tertawaan."Aku tentu bilang begini ke kamu saja, nggak akan bilang ke yang lain, tapi bagaimana dengan makan malam nanti? Kak Miana ikut?" Amanda telah menjadi asisten Miana selama dua tahun, mereka sering berbicara santai saat tidak bekerja, hubungan mereka sangat baik.Miana melihat jam, lalu berkata, "Aku harus pergi sebentar, kalau malam ini ada
Henry mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Kakek, sama sekali nggak ada ruang untuk bernegosiasi dalam masalah ini?"Dia tentu percaya bahwa kakeknya bisa melakukan hal tersebut untuk mendapatkan kembali gelang itu."Nggak ada!" Sikap Eddy begitu tegas.Dia sudah memberikan gelang itu pada Miana dan hanya boleh menjadi milik Miana.Wiley yang berdiri di samping menundukkan kepalanya sambil mendengarkan dengan saksama.Sebenarnya, dia juga merasa tidak pantas jika Henry memberikan gelang milik Miana kepada Janice.Terlebih lagi, masalah ini sampai menjadi berita yang viral.Namun, dia hanya seorang pekerja, tidak memiliki hak untuk menyatakan pendapatnya."Bagaimana kalau kita tunggu Miana datang dan mendiskusikannya lagi?" tanya Henry dengan suara yang sedikit serak.Dia teringat bertahun-tahun yang lalu, Janice diam-diam memberinya setumpuk uang dan uang itu kemudian menjadi penyelamatnya selama pelariannya dari bahaya.Janice telah menyelamatkan hidupnya.Sekarang, Janice ha
Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu terlalu memikirkan apa yang harus dilepaskan atau didapatkan saat ini.Eddy mendengkus, mengeluarkan saputangan dari sakunya dan mulai menyeka gelang itu dengan hati-hati.Melihat itu, Janice merasa terhina dan ingin segera pergi dari sini, jadi dia berkata, "Karena gelangnya sudah kukembalikan, aku pergi dulu."Nada bicaranya dan sorot matanya yang menatap Henry begitu lembut."Aku akan mengantarmu," ujar Henry."Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri. Kamu lebih baik temani Kakek," ujar Janice, yang sebenarnya berharap Henry akan mengantarnya pulang. Namun, dia tahu bahwa selama tua bangka ini tidak setuju, Henry hanya akan memperburuk keadaan jika mengantarnya.Dia sedang hamil dan masih bergantung pada keluarga Jirgan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Dia tahu bahwa menyinggung tua bangka ini tidak akan membawa keuntungan apa pun baginya.Dia sekarang hanya bisa menerima semua penghinaan itu, tetapi kelak pasti akan mem
Janice menatap Henry dengan sedih dan berkata dengan terisak, "Henry, ini bukan salah Miana, aku yang nggak sengaja menabraknya dan terjatuh, jadi nggak perlu meminta maaf padaku!"Miana tetap diam mendengar saat mendengar ucapan Janice yang penuh kepura-puraan itu.Dia membiarkan dan tidak peduli dengan Janice yang ingin berakting seperti itu, selama Janice tidak menyusahkannya!Henry melirik Miana dan bertanya, "Kamu berjalan nggak melihat jalan, ya?"Miana terlalu malas untuk berdebat dengan Henry dan menjawab, "Ya, aku lain kali pasti akan melihat jalan!"Jelas-jelas Janice yang menabrak, mengapa dia yang disalahkan berjalan tanpa melihat jalan?Henry membencinya, jadi dia bernapas pun dianggap salah.Ekspresi Eddy sudah masam cukup lama, dia menatap tajam Janice yang berada di lantai.'Ucapannya yang ambigu itu memang sengaja untuk membuat Henry salah paham.''Betapa liciknya!''Bagaimana mungkin Miana bisa mengalahkannya!'Merasakan tatapan Eddy, Janice pun terkejut.'Kenapa aku
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,