Share

Bab 2. Bos Pemaksa

Author: Vi_Novi
last update Last Updated: 2025-02-03 10:20:56

“Maaf, Nona. Bukan bermaksud lancang, hanya saja, persepsi Nona salah besar. Saya melakukan penolakan itu atas dasar perintah Mr. Alejandro. Jika bukan karena permintaan Mr. Alejandro, saya tidak akan berani melakukannya.” Xaviera, dengan sikap tenangnya menghadapi Isabel.

“Yang dikatakan sekertarisku memang benar.” Suara berat Alejandro yang tiba-tiba saja menyahut, mengalihkan atensi Xaviera dan Isabel. Pria dengan rahang tegasnya yang ditumbuhi bulu halus dan rambut hitam pekat itu melangkah melewati pintu ruangannya dan berdiri di hadapan kedua wanita tersebut.

Xaviera menundukkan kepalanya. Tak ingin mengganggu kedua orang itu, segera saja Xaviera duduk kembali di kursinya dan menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya.

“Kenapa menolak undanganku? Padahal aku sangat merindukanmu. Sudah empat tahun kita tidak bertemu, apa kau tidak merindukanku juga?” Suara Isabel terdengar merdu dan manja saat bertanya pada Alejandro, jelas sangat berbeda dengan Xaviera sebelumnya.

“Tidak ada alasan khusus. Aku sangat sibuk kemarin.” Alejandro menjawab datar, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun pada wajahnya. Tangannya yang berada di saku celananya, seolah menunjukkan dominasi.

Isabel menyelipkan rambutnya yang tergerai ke belakang telinganya, sambil sesekali menggigit kecil bibirnya. “Kalau begitu ... bagaimana diganti menjadi nanti malam saja?” tawarnya menatap Alejandro penuh harap.

“Tidak bisa. Aku sibuk. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan,” jawab Alejandro, sikapnya masih dingin. Ia mengeluarkan satu tangannya dan melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya.

“Tapi, kita sudah lama sekali tidak bertemu. Tidak bisakah kau mengosongkan jadwalmu hari ini saja? Demi aku ...,” pinta Isabel terdengar memohon.

“Tidak.” Sementara Alejandro dengan sangat tegas menolaknya. Ia yang sebelumnya hanya mengarahkan matanya lurus ke depan, akhirnya menatap Isabel, wanita cantik yang merupakan teman masa kecilnya.

“Pergilah! Aku sibuk.” Entah sudah berapa kali Alejandro berkata 'sibuk', hingga Isabel kesal mendengarnya.

Tanpa mempedulikan reaksi kecewa dan sedih Isabel, Alejandro membenarkan dasinya, lalu berjalan begitu saja. Sementara Isabel yang masih berdiri di tempat yang sama, menghentak kakinya dengan kesal.

“Sibuk, sibuk dan sibuk. Selalu saja seperti itu,” ucap Isabel marah. Mata indah yang sebelumnya mengerling genit, seketika berubah menjadi merah tanda marah. Dengan membawa rasa jengkel, Isabel pergi meninggalkan perusahaan tersebut.

Hilang Isabel, berganti dengan Alejandro. Padahal sebelumnya ia sudah pergi, namun tiba-tiba saja kembali. “Xaviera!” panggilnya, membuat sang pemilik nama terlonjak kaget.

“Ada yang perlu dibantu, Mr. Alejandro?” Xaviera, meski dadanya masih berdebar, namun tetap bisa menetralisir rasa terkejutnya. Langsung saja Xaviera berdiri.

Tak ada jawaban apa pun dari bibir Alejandro, pria itu melangkah memasuki ruangannya. Xaviera yang mengerti, langsung mengikuti.

“Saya lapar,” keluh Alejandro, lalu mendaratkan punggungnya pada kursi.

“Apa Mr. belum sarapan?” tanya Xaviera memastikan. Mata Xaviera sedikit terbelalak ketika Alejandro menganggukkan kepalanya.

“Akan saya siapkan sarapan. Mr.”

Sarapan yang Xaviera siapkan untuk Alejandro berupa roti gandum, mentega, yoghurt dan buah. Xaviera melakukan semuanya seorang diri, tanpa batuan siapa pun termasuk Alejandro yang hanya duduk dan fokus pada tabletnya. Setelahnya, Xaviera kembali keluar dan membiarkan Alejandro seorang diri.

Di saat Alejandro sedang menyantap sarapannya di ruangannya, Xaviera saat ini duduk di belakang meja sekertasinya yang berada di depan ruangan CEO. Padahal hari masih pagi, namun tenaganya Xaviera sudah terkuras banyak. Begitulah resiko menjadi sekertaris seorang Alejandro, selain tenaga, harus juga memiliki kesabaran seluas samudra.

Gaji yang terbilang besar setiap bulannya, membuat Xaviera rela bertahan sebagai sekertaris Alejandro yang terkenal galak, tidak kenal ampun, arogan dan keras. Selain itu, NOWZ COMPANY juga memiliki lingkungan kerja yang aman, visi misi yang jelas, serta mendukung karyawan untuk lebih berkembang.

Xaviera kembali masuk ketika Alejandro telah selesai dengan sarapannya. Xaviera yang sibuk merapikan meja Alejandro, tak tahu menahu bosnya itu sedang memperhatikannya. Mata elang Alejandro, bergerak mengikuti setiap pergerakan Xaviera.

“Xaviera!” Panggilan Alejandro, menghentikan gerakan tangan sang pemilik nama.

Langsung saja Xaviera menegakkan tubuhnya di hadapan Alejandro yang duduk di sofa. “Ya, Mr. Ada yang Mr. perlukan?” tanya Xaviera.

“Sudah berapa lama kamu bekerja denganku?”

Xaviera terdiam sejenak, nampak berpikir. “Hampir tiga tahun, Mr.”

Alejandro meletakkan kaki kirinya pada kaki kanannya, dan satu tangannya yang lain terulur ke samping. “Dan kamu betah bekerja denganku?” Entah mengapa, Alejandro tiba-tiba saja bertanya seperti itu.

“Tentu saja saya betah, Mr.”

“Meskipun aku kejam dan sering menyusahkanmu?” tanya Alejandro lagi, sambil mengangkat satu alisnya. Belum sempat Xaviera menjawab, Alejandro lebih dulu melanjutkan, “Aku benci kebohongan.”

Xaviera menarik napasnya dalam. Pertanyaan ini membuatnya seperti berada di antara hidup dan mati. Jika sekali saja salah menjawab, maka habislah hidup dan karirnya.

“Saya betah, Mr. Saya senang bekerja dengan Mr. Pekerjaan yang selama ini saya lakukan, memang sudah menjadi tugas dan tanggung jawab saya, jadi Mr. sama sekali tidak menyusahkan saya.” Xaviera menjawab dengan lugas.

Xaviera menunduk, berdoa dalam hatinya agar Alejandro puas dengan jawabannya. Namun, sekian menuggu tak ada jawaban, justru Alejandro berdiri, lalu mengambil jasnya yang sempat ia lepaskan sebelumnya.

“Hubungi teknisi yang menangani mobil pribadiku dan katakan aku ingin bertemu sekarang juga!” Percayalah, ini bukan satu dua kali Alejandro seenak hati mengubah jadwal, namun sering. Alejandro tidak memikirkan bagaimana repotnya Xaviera mengatur ulang jadwal yang telah disusunnya rapi.

Di satu sisi, Xaviera hanya mampu menggigit bibirnya, meratapi betapa beratnya tugasnya menjadi sekertaris seorang Alejandro. Segera, Xaviera keluar dan kembali ke mejanya, melakukan tugas terbarunya.

“Kamu ikut!” perintah Alejandro yang entah kapan keluar, tiba-tiba saja berdiri di depan meja Xaviera.

“Kalau boleh tahu, kita akan pergi ke mana, Mr. Alejandro?”

“Tentu saja bertemu teknisi,” jawab Alejandro galak.

“Tapi, bukankah itu masalah pribadi Mr. Alejandro? Saya hanya sekertaris, tidak ada sangkut pautnya.”

Bagai pedang tajam yang mampu mengoyak apa pun, begitulah tatapan mata Alejandro pada Xaviera saat ini. “Jadi, kamu membantah perintahku, hah?!” tanyanya dengan nada datar, namun dingin menusuk tulang.

“Maaf, Mr. Saya tidak bermaksud seperti itu.” Xaviera menunduk takut, tak kuasa bertemu pandang dengan Alejandro.

“Ikut sekarang!” ucap Alejandro sekali lagi, terdengar seperti perintah yang tak bisa Xaviera ganggu gugat.

“Baik, Mr.” Dengan berat hati Xaviera harus meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Alejandro.

Toh, dia tak bisa melawan atasannya itu, kan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 3. Menguntit Xaviera

    Setelah pekerjaannya selesai, Alejandro pun menemui Isabel--mau tak mau menuruti permintaan wanita itu. Keduanya berhadapan di sebuah meja makan yang elegan dan romantis. Meski demikian cahaya lilin redup yang memberikan kesan hangat itu tidak mampu meruntuhkan sosok dingin Alejandro. Isabel mencoba menghidupkan percakapan dengan mengalirkan cerita tentang peristiwa masa kecil yang pernah mereka lalui bersama, mulai dari petualangan kecil di sungai dekat rumah hingga kisah lucu saat mereka berdua tersesat, lepas dari pengawasan orang tua masing-masing. “Masih ingatkah kau saat kita berdua mencoba naik ke pohon tertinggi di taman belakang rumahmu?” tanya Isabel dengan nada riang, seraya tersenyum lebar. “Hemm.” Alejandro, yang tampak tidak berubah ekspresi, hanya berdehem sebagai jawaban. Ia menyeruput anggur merahnya dan menatap ke arah lain, seolah mencari sesuatu yang lebih menarik daripada percakapan saat ini. “Tentu saja kau ingat. Saat itu usiamu sudah 11 tahun, sementa

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 4. CCTV Pengintai

    Alejandro duduk di sebuah tempat yang sepi, dengan mata yang tajam menatap pria di depannya yang terlihat gugup. “Cukup! Hanya ini yang kuperlukan,” ucap Alejandro tegas. “Pergilah!” titah Alejandro seraya menyerahkan segepok uang yang membuat mata pria itu berbinar sejenak, sebelum berubah menjadi kecewa saat diusir begitu saja. Setelah pria itu pergi, Alejandro dengan cepat membuka map tebal berisi dokumen-dokumen yang baru saja dia terima. Jari-jarinya yang panjang mengelus lembar demi lembar, matanya menyelami setiap kata yang tertulis tentang Delgado. Setiap laporan, foto, dan catatan kecil tentang pria yang menghantui pikirannya itu ditelitinya dengan seksama. Akhirnya, Alejandro menemukan halaman yang menarik perhatiannya. Sebuah foto lama yang memperlihatkan Delgado dan Xaviera, tertawa bersama di sebuah acara sekolah. Mereka tampak muda dan ceria. Di sudut halaman, tertulis catatan bahwa mereka berdua adalah teman baik selama masa sekolah. Ya, dokumen yang baru saja Aleja

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 5. Ruang Rahasia Alejandro

    Matahari masih terik, sementara Alejandro terlihat baru saja tiba di hunian mewah dan megahnya. Begitu mobil hitam Alejandro terparkir di halaman luasnya, seorang pria dengan sigap berlari mendekat dan membuka pintu mobilnya. “Selamat malam, Mr. Alejandro.” Pria yang merupakan salah satu pelayan itu, menyapa dengan sopan, meski tahu tak akan mendapatkan balasan serupa dari sang tuan. Alejandro melangkah memasuki bangunan tersebut dengan langkah besar sambil melepaskan kancing jasnya. Begitu melewati pintu utama, Alejandro melemparkan begitu saja jas yang dipakainya sejak pagi, dan langsung digapai oleh seorang wanita yang juga merupakan pelayan. “Selamat malam, Mr. Alejandro. Makan malam akan saya siapkan setengah jam lagi,” ucap wanita tersebut yang sangat tahu kebiasaan Alejandro. “Mr. Alejandro, pagi tadi ada telepon dari nona Isabel. Dia berkata ingin bertemu dan membahas hal penting.” Kali ini yang berujar adalah pelayan lain. Keduanya begitu kompak menundukkan kepalanya m

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 6. Drifting Di Bawah Hujan

    “Hubungi Carlos dan minta siapkan sirkuit sekarang!” titah Alejandro tanpa berbalik atau sekedar menoleh ke belakang sedikit saja.“Baik, Mr. Saya lakukan sekarang.” Xaviera, yang masih berada di posisi yang sama yaitu berdiri di belakang Alejandro sambil memegang buku catatannya, menjawab dengan patuh.Tak lama kemudian Xaviera memasuki ruangan Alejandro. “Maaf mengganggu, Mr. Saya ingin memberitahukan bahwa sirkuit sudah siap digunakan,” ujar Xaviera sopan.Tanpa memasang kembali jasnya yang ia lepaskan sebelumnya, Alejandro bangkit dari duduknya dan berjalan dengan kedua tangannya yang berada di saku celananya. Tentu Alejandro tak pergi ke sirkuit balap seorang diri, melainkan bersama dengan Xaviera.Sungguh berat pekerjaan Xaviera, bukan? Selain menjadi sekertaris yang memiliki puluhan tugas, Xaviera juga harus mengikuti ke mana pun Alejandro pergi, termasuk jadwal yang tak berhubungan dengan pekerjaan kantor.Setibanya di sirkuit, mereka langsung disambut oleh Carlos—asisten prib

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 7. Kelicikan Seorang Alejandro

    “Mr. Alejandro!” Mobil balap Alejandro menabrak pengaman di pinggir sirkuit, asap mengepul menutupi bagian depan dan belakang. Tanpa pikir panjang, Carlos dan Xaviera berlari sekencang-kencangnya menghampiri. Tak hanya mereka berdua, namun juga para staf datang sambil membawa berbagai peralatan. “Tolong jangan mendekat!” Salah satu staf dengan pakaian safety yang menutup tubuhnya, melebarkan tangannya ke samping, tak membiarkan Carlos dan Xaviera mendekati mobil. “Saya ingin melihat Mr. Alejandro.” Xaviera, yang wajahnya nampak sangat cemas dan takut, mencoba menerobos, namun lagi dan lagi langkahnya dihadang. “Saya mengerti dengan kekhawatiran kalian, tapi ini terlalu berbahaya. Biarkan kami yang mengurus masalah ini. Kalian tolong berdiri dengan jarak yang jauh!” Pria, yang wajahnya tertutup masker itu menggiring Carlos dan Alejandro ke pinggir sirkuit. “Dia benar. Terlalu beresiko jika kita nekat.” Carlos menyetujui ucapan pria itu. Melihat kepulan asap yang semakin banya

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 8. Mi Amor

    Tanpa diantar sopir, Alejandro menyetir mobilnya sendiri. Mobil sport berwarna hitam dan berperawakan mewah itu terhubung langsung ke ponsel Alejandro, sehingga ketika ada panggilan masuk, Alejandro dapat melihatnya dari layar kecil di dashboard. Klik! Alejandro menekan salah satu tombol. “Ada apa?” tanya Alejandro, lalu kembali fokus pada jalan raya. “Maaf mengganggu hari libur Mr. Saya ingin mengabari para tamu dari berbagai negara telah datang lebih cepat dari jadwal. Sekarang saya sedang bersama dengan mereka semua.” Suara pria itu merupakan Carlos. “Aku tidak bisa datang hari ini,” ujar Alejandro. “Tapi mereka ingin bertemu dengan Mr. sekarang juga,” balas Carlos di sebrang sana. Alejandro melirik sejenak. Tanpa pikir panjang, Alejandro langsung menjawab, “Alihkan perhatian mereka, bawa mereka ke sirkuit dan tunjukkan produk baru kita, dan katakan aku baru bisa bertemu besok karena hari ini jadwal lain!” Tak ingin mendengar bantahan Carlos, langsung saja Alejandro m

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 9. Rindu & Amarah

    “Selamat datang ...” Xaviera membuka pintu apartemen dengan gembira, menyambut kepulangan Gabriel yang telah pergi selama lebih dari 100 hari lamanya. Mereka—Gabriel dan Xaviera memang tinggal bersama. “Aku merindukan tempat ini.” Gabriel, yang masih berdiri di ambang pintu, membawa matanya memandang sekeliling ruang tamu yang bersih, barang-barang tertata rapi dan beraroma floral seperti kesukaannya dan Xaviera. “Kau hanya merindukan tempat ini saja, tidak denganku? Padahal aku yang selalu merindukan dan menantikan kepulanganmu, tapi yang kau rindukan hanya apartemen ini saja,” sahut Xaviera bernada sindiran. “Tentu aku juga merindukanmu, Mi amor.” Gabriel melepaskan tangannya pada genggaman koper. Tangannya yang besar merambat ke pinggang ramping Xaviera, lalu menarik kekasihnya. Cupp! Gabriel mengecup singkat bibir Xaviera, membuat bibir merona yang sebelumnya mengerucut itu langsung berubah tersenyum. Gabriel kemudian melepaskan jaket coklatnya, dan melemparkannya ke sof

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 10. Lamaran

    Ting! Terdengar suara berdenting dari ponsel Alejandro, menandakan pesan masuk. Pria yang sedang mengenakan pakaiannya itu hanya melirik malas. Tanpa ada niat mengambil benda tersebut atau bahkan membalas pesan yang masuk, Alejandro memilih untuk melanjutkan gerakan tangannya. Dan setelah selesai dengan pakaian casual-nya, barulah satu tangan Alejandro merayap mengambil ponselnya. Isabel, itulah nama dari sang pengirim pesan. Ajakan untuk bertemu, tak Alejandro hiraukan, ia bahkan tidak membalas pesan tersebut. Masih di kamarnya yang begitu luas, bersih, tenang dan minim barang, dan didominasi warna hitam, Alejandro mengambil sebuah topi fedora berwarna abu-abu, lalu memasangkannya ke kepalanya. Sambil berjalan keluar, pandangan Alejandro terus tertuju pada ponselnya dan tak menghiraukan sapaan para pelayan. Langkah kaki besar Alejandro terhenti tepat di depan seorang pria yang membuka pintu mobilnya. “Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika ada yang datang ke sini, bukan?” ta

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 51. Kiriman Foto

    “Kau semakin berani ya, Xaviera?” Alejandro berucap pelan, sambil dirinya bertumpu kedua tangannya. Tatapan Alejandro tertuju pada Xaviera yang terekam sedang berada di salah satu ruangan. “Kau tidak membalas pesan-ku, kau menolak telepon-ku, dan kau tidak mempedulikan ancaman-ku. Dari mana kau dapat keberanian sebesar itu, Xaviera?”Alejandro merasa kesal dengan tindakan yang Xaviera pilih. Alejandro paling tidak suka diabaikan, terlebih lagi oleh Xaveria, namun Xaviera justru melakukannya. “Mari kita lihat apa kau juga akan melakukan hal yang sama kali ini?” Alejandro, dengan seringai khasnya, mengambil selembar foto yang kemudian ia masukkan di dalam sebuah amplop putih beserta selembar kertas tulisan tangannya.Keluar meninggalkan ruangan kegemarannya, Alejandro menemui sopir pribadinya. “Antarkan ini. Ingat, kau hanya perlu meletakkannya di depan pintunya dan jangan sampai ada satu orang pun yang mengetahui kedatanganmu!”“Baik, Mr. Alejandro.” Pria berusia lanjut yang sudah be

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 50. Teror

    Xaviera menutup matanya, menikmati kenyamanan yang disajikan untuknya. Bukan hanya karena udara pagi hari yang terasa menghangatkan tubuhnya, namun juga pelukan Gabriel yang sangat menenangkan. Saking nyaman dengan posisinya, Xaviera sampai menutup mata. Semua masalah dan beban berat yang akhir-akhir ini dipikulnya seorang diri, sejenak Xaviera lupakan. Di sana, di balkon kamar, hanya ada Gabriel dan Xaviera, ditemani dengan cinta yang setiap harinya semakin tumbuh. “Mi amor, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar Gabriel, sambil mengecup lembut dahi Xaviera. “Hem, tanyakanlah.” Xaviera memang merespon, namun tidak mengubah posisinya sedikit pun. “Ini tentang rencanamu yang ingin berhenti dari pekerjaanmu. Apa bos-mu itu setuju?” Padahal Xaviera berusaha sekuat tenaga melupakan nama Alejandro dan segala hal yang berhubungan dengannya, namun Gabriel justru bertanya. Terkejut, Xaviera sontak membuka matanya. “Apa ada kompensasi yang harus kau ganti karena melanggar kontra

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 49. Ayo Kita Pergi!

    Xaviera duduk memeluk lututnya seorang diri di kamarnya. Setelah siang tadi meninggalkan NOWZ COMPANY dengan tanpa memberikan Alejandro jawaban, Xaviera masih merenungi pilihan yang ditawarkan padanya. Tidak ada yang lebih baik dari kedua pilihan itu, keduanya sama-sama menjerumuskan dan menyakitkan Xaviera. Bingung, takut, cemas dirasakannya dalam waktu yang bersamaan. Xaviera tidak menyadari berapa lamanya ia diam seperti patung seperti itu. Bahkan hingga malam harinya ketika Gabriel pulang, kedua telinga Xaviera seperti tertutup, sehingga tidak mendengar seruan Gabriel. “Mi amor ...” Panggilan lembut dan usapan di kepala yang Gabriel lakukan, membuat Xaviera gelagapan. “Kenapa kau terkejut sekali? Seperti melihat hantu saja.” Gabriel terkekeh pelan karena respon Xaviera. “Atau jangan-jangan kau mengira aku hantu, ya? Mana ada hantu setampan diriku.” Gabriel kembali bergurau, namun Xaviera tetap pada diamnya. Bola mata Xaviera yang jernih bergerak mengikuti langkah Gab

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 48. Pilihan Yang Sulit

    Kedua netra Xaviera yang berkaca-kaca masih terpaku pada layar tablet Alejandro. Meski video tersebut minim penerangan, namun Xaviera sangat mengenali kamarnya, tata letak dan barang-barang di kamarnya. “Ke–kenapa Anda bisa ada di sana?” ujar Xaviera dengan suara bergetar. “Kau tidak mengingatnya, Xaviera?” Alejandro balik bertanya. Ekspresi Xaviera membuatnya tersenyum licik. “Anda hanya perlu menjawabnya! Kapan ini terjadi?” Sesaat Xaviera terdiam, mencoba mengingat kejadian tersebut. Xaviera mencoba menyangkalnya. Jangankan bercinta, Xaviera bahkan tidak memiliki perasaan sedikit pun untuk Alejandro. Bagaimanapun juga Xaviera selama ini menganggap Alejandro hanya sebagai atasannya. Namun video itu? Bagaimana mungkin bisa terjadi? Dalam hati Xaviera merutuki dirinya. Semakin lama menyaksikan video tersebut, membuat Xaviera merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. 'Bagaimana mungkin aku bisa bercinta dengannya, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.' Xaviera bergumam

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 47. Video Percintaan

    Xaviera yang duduk di depan meja riasnya, tiada bosannya memandang pantulan wajah Gabriel dari kaca di depannya. Pria yang menyandang sebagai tunangannya itu dengan sangat perhatian membantu mengeringkan rambutnya. “Kenapa melihatku seperti itu, hm?” ujar Gabriel, tentu ia menyadari tatapan Xaviera dan baru berani bertanya sekarang. “Kenapa kau mencintaiku?” Bukannya menjawab, Xaviera justru memberikan pertanyaan lain, yang membuat tangan Gabriel seketika berhenti bergerak. “Pertanyaan macam apa itu?” Xaviera menggeleng pelan. “Aku hanya penasaran,” jawabnya dengan senyum yang tak lekang di wajah cantiknya. Gabriel meletakkan hairdryer yang sudah dimatikannya tersebut, lalu berlutut di hadapan Xaviera. “Aku tidak butuh alasan khusus untuk mencintai ciptaan Tuhan seindah dirimu.” Gabriel menatap mata Xaviera yang berbinar, penuh rasa penasaran yang tulus. “Setiap kali aku melihatmu, hatiku terasa hangat, seperti ada sinar matahari yang selalu mengikutiku,” ucap Gabriel dengan le

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 46. Penyatuan Alejandro & Xaviera

    “Akh, kepalaku sakit.” Xaviera melenguh, tangannya merambat memijat pangkal hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa tak nyaman yang menyerang kepalanya. “Gabi ...” Xaviera menatap pintu kamarnya, berharap dapat melihat sosok Gabriel di sana, namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya yang berbunyi menandakan panggilan masuk, memecah keheningan kamar. Buru-buru Xaviera mengambilnya. Melihat nama Gabriel tertera di sana, membuat sudut bibir Xaveria terangkat.“Halo, Sayang.” Xaviera menyapa gembira, namun yang terdengar dari ponselnya bukanlah suara hangat Gabriel yang amat sangat disukainya, melainkan suara bising hingga membuat telinganya berdengung.“Sayang, apa kau masih di tempat kerjamu?” Perlahan senyuman Xaviera menghilang, ketika Gabriel mengatakan ia tidak bisa pulang cepat, lantaran pekerjaannya membutuhkannya. Diam-diam Xaviera menoleh ke arah balkon, melihat langit yang sudah gelap. “Ya sudah, tidak masalah. Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Fok

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 45. Nekat Mendatangi

    Alejandro berdiri di tengah ruang kerja luas dengan dinding berlapis kaca yang memantulkan cahaya rembulan. Sang ayah berdiri di depannya dengan dahi berkerut dan mata yang berapi-api. Tangannya terkepal, seolah menggenggam amarah yang siap meledak kapan saja. Udara di ruangan itu seakan membeku, setiap suara terdengar lebih keras dan setiap gerakan terlihat lebih tajam. Ayah Alejandro—seorang pria paruh baya dengan aura otoritas yang kuat, memulai serangannya dengan suara yang keras dan tegas, “Kau tahu betul, Alejandro, betapa pentingnya hubungan keluarga kita dengan keluarga Isabel. Keluarga mereka telah banyak membantu kita. Bagaimana bisa kau begitu tega menolak membantu ketika dia membutuhkanmu?” Alejandro menggertakkan giginya, merasakan beratnya beban yang selama ini dipaksakan ke pundaknya. Dia menghirup nafas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk konfrontasi yang sudah lama ia hindari. Ayah Alejandro merah wajahnya, nadanya meningkat, “Kau tidak mengerti pentingnya menj

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 44. Kau Milikku, Xaviera

    “Argh! Shh!” Suara Xaviera meringis, seakan menjadi sinyal bagi Gabriel, membuat Gabriel yang semula berada di luar langsung berlari ke kamar mereka. “Mi amor!” Gabriel memekik kuat ketika melihat Xaviera terduduk di lantai. Segera, Gabriel berlari lalu mengangkat Xaviera dan mendudukinya di pinggir tempat tidur. “Kau baik-baik saja?” Gabriel dengan cemas menyingkirkan rambut Xaviera, sehingga wajah pucat Xaviera dapat dilihatnya dengan jelas. “Gabi, aku haus.” Xaviera hanya mampu mengeluarkan beberapa kata saja, karena sejujurnya tenggorokannya sangat kering dan sakit. “Tunggu sebentar, biar aku ambilkan.” Gabriel kembali berlari keluar dari kamar, dan tak lama datang kembali dengan membawa segelas air. “Ini, minumlah!” Gabriel membantu Xaviera meminumnya, lalu mengusap bibir Xaveria yang kering. “Apa ada lagi yang kau inginkan?” Xaviera menggeleng. “Aku hanya ingin dirimu. Tolong peluk aku!” Xaviera bukan meminta, namun terdengar seperti memohon. Gabriel tentu tak

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 43. Tidak Akan Melepaskan

    Semalaman Xaviera seorang diri di apartemen, hanya berteman kesunyian. Berharap Gabriel datang untuk memeluknya, dan menenangkannya di tengah gempuran rasa takutnya, namun itu semua hanya angan. Matahari sudah menampakkan dirinya, namun Gabriel tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan datang. Sementara Xaviera yang masih duduk di lantai, hanya bisa memeluk lututnya sendiri. “Gabi ...” Secara kebetulan, panggilan Xaveria terkabulkan. Sang pemilik nama yang terus Xaviera panggil, akhirnya menampakkan dirinya. “Mi amor!” Gabriel tentu terkejut sekaligus cemas melihat keadaan Xaviera. Langsung saja ia melepaskan sepatunya dan berlari mendatangi, lalu berakhir memeluk Xaviera. “Gabi ....” “Iya, ini aku. Kau kenapa, Sayang? Kenapa duduk di lantai seperti ini?” Gabriel mengusap lembut rambut kecoklatan Xaviera. “Aku menunggumu,” jawab Xaviera lemah. Gabriel meregangkan pelukannya dan mengusap Wajah cantik Xaviera yang pucat dan kulitnya terasa hangat. “Apa kau tidak membaca pes

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status