Home / Urban / Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO / Bab 6. Drifting Di Bawah Hujan

Share

Bab 6. Drifting Di Bawah Hujan

Author: Vi_Novi
last update Last Updated: 2025-02-15 10:55:31

“Hubungi Carlos dan minta siapkan sirkuit sekarang!” titah Alejandro tanpa berbalik atau sekedar menoleh ke belakang sedikit saja.

“Baik, Mr. Saya lakukan sekarang.” Xaviera, yang masih berada di posisi yang sama yaitu berdiri di belakang Alejandro sambil memegang buku catatannya, menjawab dengan patuh.

Tak lama kemudian Xaviera memasuki ruangan Alejandro. “Maaf mengganggu, Mr. Saya ingin memberitahukan bahwa sirkuit sudah siap digunakan,” ujar Xaviera sopan.

Tanpa memasang kembali jasnya yang ia lepaskan sebelumnya, Alejandro bangkit dari duduknya dan berjalan dengan kedua tangannya yang berada di saku celananya. Tentu Alejandro tak pergi ke sirkuit balap seorang diri, melainkan bersama dengan Xaviera.

Sungguh berat pekerjaan Xaviera, bukan? Selain menjadi sekertaris yang memiliki puluhan tugas, Xaviera juga harus mengikuti ke mana pun Alejandro pergi, termasuk jadwal yang tak berhubungan dengan pekerjaan kantor.

Setibanya di sirkuit, mereka langsung disambut oleh Carlos—asisten pribadi balap Alejandro yang berusia 31 tahun. “Maaf, Mr. Sepertinya sirkuit tidak bisa digunakan hari ini karena cuaca cukup buruk.”

“Aku tidak perduli dengan hujan,” jawab Alejandro sambil melangkah cepat menuju paddock, tatapan matanya tajam dan determinasi terlihat jelas di wajahnya.

Carlos, yang berusaha mengejar langkahnya, tampak kebingungan dan cemas. Di langit, awan hitam mulai menggumpal, dan gerimis kecil mulai membasahi sirkuit, tetapi Alejandro tampak tidak menghiraukannya.

“Mr. Alejandro, tolong pertimbangkan lagi. Kondisi cuaca tidak mendukung. Kondisi seperti ini sangat berbahaya. Aspal licin dan visibilitas terbatas,” ucap Carlos dengan nada khawatir, tangannya mencoba memegang lengan Alejandro untuk menghentikan langkahnya.

Alejandro menoleh dengan tatapan yang menyala. “Siapkan mobilnya sekarang atau aku bunuh kau?!” bentaknya dengan keras, membuat Carlos terperanjat.

“Baik, Mr.,” jawab Carlos dengan suara yang getir, matanya menunduk, menunjukkan kepasrahan. Dia tidak ingin memicu kemarahan Alejandro lebih lanjut, yang bisa berujung pada kekerasan.

Sementara itu, Alejandro berjalan ke ruang ganti dengan langkah gegas. Carlos, dengan langkah berat, berjalan menuju garasi di mana mobil balap Alejandro disimpan. Langit mendung yang semakin pekat seolah memperberat langkahnya, dan setiap tetes hujan yang jatuh membasahi wajahnya, mengingatkannya akan risiko besar yang akan dihadapi oleh Alejandro.

Dengan hati yang diliputi kekhawatiran, Carlos membuka pintu mobil, memeriksa mesin dengan cermat, dan memastikan bahwa segala sesuatu berada dalam kondisi sempurna.

Di dalam ruang ganti, Alejandro memasang helmnya dengan tatapan yang tajam, refleksi dari tekad yang tak tergoyahkan. Kedutan di dahinya menandakan ketegangan yang sedang ia rasakan, namun semangatnya untuk balapan tidak pernah pudar meski hujan semakin deras mengguyur sirkuit.

“Semoga tidak terjadi apa-apa.” Carlos, yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa menghela napas, berharap segala keputusan yang diambil tidak berakhir dengan penyesalan.

Saat mobil dinyalakan, suara mesin yang bergemuruh seakan menelan setiap kekhawatiran yang ada. Alejandro menatap lurus ke depan, fokus pada trek yang akan ia taklukkan, mengesampingkan semua risiko.

Brooomm! Brooomm! Brooomm!

Alejandro menginjak pedal gas mobil balapnya dengan keras, roda mobil berputar cepat dan menghasilkan suara berdecit di atas aspal basah sirkuit. Hujan gerimis yang mengguyur tak membuat semangatnya padam, justru semakin membara.

Dengan helm yang menutupi kepala dan pakaian balap serba merah, Alejandro terlihat seperti api yang menyala-nyala di tengah guyuran hujan. Setiap kali mobilnya meluncur dan berputar dalam aksi drifting, wajahnya yang tampak dari balik kaca helm menunjukkan ekspresi marah yang bercampur dengan semangat juang.

Meski lintasan yang basah menambah risiko, Alejandro tak peduli. Dengan setiap putaran dan drifting yang dilakukannya, semua emosinya yang terpendam seolah tercurahkan.

Di pinggir sirkuit, Carlos dan Xaviera berdiri di bawah payung besar sambil mengamati aksi berbahaya Alejandro. “Kali ini apalagi yang membuatnya marah?” tanya Carlos, pandangannya pada Alejandro dengan khawatir.

Xaviera menoleh dan menggeleng. “Tidak ada,” jawabnya singkat.

“Lalu, kenapa Mr. Alejandro tiba-tiba meminta disiapkan sirkuit?” Sepengatahuan Carlos beberapa tahun ini, Alejandro akan memilih cara balap dan drifting seperti ini untuk meluapkan emosinya, tentu sangat mengherankan ketika Xaviera berkata tak ada yang membuat Alejandro marah.

“Seharian ini semuanya berjalan normal, sepertinya Mr. Alejandro hanya sedang lelah,” jawab Xaviera menerka.

Xaviera mengernyitkan dahi, ia sendiri pun tidak mengerti mengapa Alejandro memilih cara seperti itu untuk meluapkan rasa lelahnya. Di saat orang lain akan beristirahat, Alejandro justru memilih dengan cara ekstrim.

Kembali ke sirkuit, Alejandro terus melakukan drifting, membiarkan adrenalin mengalir dalam darahnya. Setiap belokan tajam yang dia lakukan dengan sempurna di bawah guyuran hujan semakin menegaskan bahwa baginya, balapan adalah pelarian dan juga penyaluran emosi yang tak terbendung.

“Apakah dia benar-benar harus melakukan ini di kondisi sirkuit yang licin seperti ini?” bisik Carlos dengan nada cemas.

Xaviera hanya menggeleng pelan, sama bingungnya. “Tidak tahu, tapi Mr. Alejandro selalu punya caranya sendiri untuk mengatasi kemarahannya. Semoga saja tidak akan ada bahaya.”

Mereka—Carlos dan Xaviera masih di sana, di bawah payung yang sama yang melindungi mereka dari kucuran air, sama-sama memandangi mobil Alejandro yang berdecit dan sesekali memutar.

Interaksi Carlos dan Xaviera ternyata tak lepas dari pandangan Alejandro. Entah mengapa pemandangan itu membuat kepala Alejandro terasa panas berapi-api. Tangan Alejandro semakin kuat mencengkram setir mobil dan kakinya tanpa sadar menambah tekanan pada gas.

“Lihatlah asapnya, lebih banyak dari biasanya.” Aksi berbahaya Alejandro tersebut bukan pertama kalinya Xaviera saksikan dengan matanya langsung, namun sering, tentu Xaviera langsung dapat menyadari adanya perbedaan.

“Kau tenang saja! Itu hal yang normal dalam drifting. Apalagi dengan kondisi aspal yang basah seperti ini, pasti Mr. Alejandro menekan rem lebih kuat dari biasanya.” Carlos, yang sangat hafal tentang dunia otomotif, menjelaskan.

Brak!

Suara keras seperti tabrakan yang berasal dari sirkuit, membuat Carlos dan Xaviera sontak melebarkan mata dan mulut mereka.

“Mr. Alejandro!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 7. Kelicikan Seorang Alejandro

    “Mr. Alejandro!” Mobil balap Alejandro menabrak pengaman di pinggir sirkuit, asap mengepul menutupi bagian depan dan belakang. Tanpa pikir panjang, Carlos dan Xaviera berlari sekencang-kencangnya menghampiri. Tak hanya mereka berdua, namun juga para staf datang sambil membawa berbagai peralatan. “Tolong jangan mendekat!” Salah satu staf dengan pakaian safety yang menutup tubuhnya, melebarkan tangannya ke samping, tak membiarkan Carlos dan Xaviera mendekati mobil. “Saya ingin melihat Mr. Alejandro.” Xaviera, yang wajahnya nampak sangat cemas dan takut, mencoba menerobos, namun lagi dan lagi langkahnya dihadang. “Saya mengerti dengan kekhawatiran kalian, tapi ini terlalu berbahaya. Biarkan kami yang mengurus masalah ini. Kalian tolong berdiri dengan jarak yang jauh!” Pria, yang wajahnya tertutup masker itu menggiring Carlos dan Alejandro ke pinggir sirkuit. “Dia benar. Terlalu beresiko jika kita nekat.” Carlos menyetujui ucapan pria itu. Melihat kepulan asap yang semakin banya

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 8. Mi Amor

    Tanpa diantar sopir, Alejandro menyetir mobilnya sendiri. Mobil sport berwarna hitam dan berperawakan mewah itu terhubung langsung ke ponsel Alejandro, sehingga ketika ada panggilan masuk, Alejandro dapat melihatnya dari layar kecil di dashboard. Klik! Alejandro menekan salah satu tombol. “Ada apa?” tanya Alejandro, lalu kembali fokus pada jalan raya. “Maaf mengganggu hari libur Mr. Saya ingin mengabari para tamu dari berbagai negara telah datang lebih cepat dari jadwal. Sekarang saya sedang bersama dengan mereka semua.” Suara pria itu merupakan Carlos. “Aku tidak bisa datang hari ini,” ujar Alejandro. “Tapi mereka ingin bertemu dengan Mr. sekarang juga,” balas Carlos di sebrang sana. Alejandro melirik sejenak. Tanpa pikir panjang, Alejandro langsung menjawab, “Alihkan perhatian mereka, bawa mereka ke sirkuit dan tunjukkan produk baru kita, dan katakan aku baru bisa bertemu besok karena hari ini jadwal lain!” Tak ingin mendengar bantahan Carlos, langsung saja Alejandro m

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 9. Rindu & Amarah

    “Selamat datang ...” Xaviera membuka pintu apartemen dengan gembira, menyambut kepulangan Gabriel yang telah pergi selama lebih dari 100 hari lamanya. Mereka—Gabriel dan Xaviera memang tinggal bersama. “Aku merindukan tempat ini.” Gabriel, yang masih berdiri di ambang pintu, membawa matanya memandang sekeliling ruang tamu yang bersih, barang-barang tertata rapi dan beraroma floral seperti kesukaannya dan Xaviera. “Kau hanya merindukan tempat ini saja, tidak denganku? Padahal aku yang selalu merindukan dan menantikan kepulanganmu, tapi yang kau rindukan hanya apartemen ini saja,” sahut Xaviera bernada sindiran. “Tentu aku juga merindukanmu, Mi amor.” Gabriel melepaskan tangannya pada genggaman koper. Tangannya yang besar merambat ke pinggang ramping Xaviera, lalu menarik kekasihnya. Cupp! Gabriel mengecup singkat bibir Xaviera, membuat bibir merona yang sebelumnya mengerucut itu langsung berubah tersenyum. Gabriel kemudian melepaskan jaket coklatnya, dan melemparkannya ke sof

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 10. Lamaran

    Ting! Terdengar suara berdenting dari ponsel Alejandro, menandakan pesan masuk. Pria yang sedang mengenakan pakaiannya itu hanya melirik malas. Tanpa ada niat mengambil benda tersebut atau bahkan membalas pesan yang masuk, Alejandro memilih untuk melanjutkan gerakan tangannya. Dan setelah selesai dengan pakaian casual-nya, barulah satu tangan Alejandro merayap mengambil ponselnya. Isabel, itulah nama dari sang pengirim pesan. Ajakan untuk bertemu, tak Alejandro hiraukan, ia bahkan tidak membalas pesan tersebut. Masih di kamarnya yang begitu luas, bersih, tenang dan minim barang, dan didominasi warna hitam, Alejandro mengambil sebuah topi fedora berwarna abu-abu, lalu memasangkannya ke kepalanya. Sambil berjalan keluar, pandangan Alejandro terus tertuju pada ponselnya dan tak menghiraukan sapaan para pelayan. Langkah kaki besar Alejandro terhenti tepat di depan seorang pria yang membuka pintu mobilnya. “Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika ada yang datang ke sini, bukan?” ta

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 11. Perhatian Alejandro

    "Aku ingin membangun keluarga kecil bersamamu, hanya denganmu.” Kata-kata yang Gabriel ucapkan lusa lalu, terus menggerayangi kepala Xaviera, hingga membuat wanita cantik itu tersenyum malu-malu. Xaviera mengangkat tangannya, menunjukkan cincin indah yang melingkari jadi manisnya—tanda Gabriel telah mengikatnya dan mengubah status mereka menjadi bertunangan. “Kau selalu saja manis. Cinta dan perhatianmu paling bisa membuatku melayang ke atas awan.” Xaviera terlalu sibuk memikirkan Gabriel, hingga melupakan posisinya yang saat ini berada di kantor, tepatnya meja kerjanya. “Aku menggajimu bukan untuk melamun.” Suara seorang pria memecah keheningan dan membuat Xaviera langsung tersadar. Begitu menolehkan kepalanya, Xaviera mendapati Alejandro berdiri di samping mejanya sambil menatap tajam dirinya. Sontak saja hal tersebut membuat senyum Xaviera menghilang dan berganti dengan ekspresi terkejut. “Maafkan saya, Mr.” Xaviera langsung bangkit dari duduknya dan menundukkan kepalany

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 12. Semakin Aneh

    Di tengah ruang yang dipenuhi dengan aroma kopi dan tumpukan dokumen, suasana tegang mulai terasa. Para petinggi NOWZ COMPANY duduk mengelilingi meja besar berlapis marmer, setiap wajah menunjukkan ekspresi serius dan konsentrasi tinggi. Alejandro, dengan postur tegap dan tatapan tajam yang khas, memandang satu per satu wajah di hadapannya, seolah menimbang setiap kata yang terucap.Sementara itu, di samping Alejandro ada Xaviera yang duduk berhadapan dengan laptop dan berkas-berkas penting di hadapannya. Dia sesekali menatap Alejandro, mencatat setiap detail penting yang keluar dari mulutnya. Hampir dua jam lamanya pertemuan para petinggi itu berlangsung, hingga setelah selesai, Alejandro langsung meninggalkan ruang rapat dan tentunya diikuti Xaviera di belakangnya. Di tengah lorong, Alejandro tiba-tiba saja menghentikan langkah besarnya, tentu membuat Xaviera terkejut, hingga membuat Xaviera berakhir menabrak punggung lebar pria pria itu.

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 13. Teropong Jarak Jauh

    Di pagi yang cerah ini, Gabriel mengajak Xaviera ke sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang mekar indah, tempat di mana mereka pertama kali bertemu. Sambil berjalan-jalan, mereka berdua tertawa lepas, saling melempar senyum yang penuh arti. Di sebuah bangku taman, mereka duduk berdampingan. Gabriel menggenggam tangan Xaviera dengan erat, matanya berbinar penuh cinta. “Ingat, saat kita pertama kali bertemu di sini? Kau sedang membaca buku puisi Neruda,” kata Gabriel, sambil mengusap rambut Xaviera lembut. Xaviera mengangguk, matanya berkilauan, “Iya, dan kau datang dengan secangkir kopi untukku, bilang bahwa Neruda adalah penyair favoritmu juga.” “Kau tahu sesuatu, Mi Amor? Saat itu sebenarnya aku berbohong.” Xaviera terhenyak mendengar perkataan Gabriel barusan. “Maksudmu?” tanyanya dengan alis terangkat sebelah. Gabriel tersenyum penuh arti, lalu menjelaskan bahwa kebohongan kecil itu adalah caranya untuk mendekati Xaviera. Dan Gabriel berhasil, karena setelah

    Last Updated : 2025-02-25
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 14. Merasa Risih

    Persaingan antar produk otomotif yang semakin ketat, memaksa Alejandro memutar otaknya untuk tak tertinggal dengan yang lain. Berbagai macam inovasi baru Alejandro buat dengan bantuan para bawahannya. Seperti pagi ini, mereka semua berkumpul di ruang rapat. “Kita perlu strategi baru untuk menghadapi persaingan di pasar otomotif,” ujar salah satu dewan direksi sambil menatap satu per satu wajah yang hadir. Kepala departemen R&D, segera mengambil alih, “Saya sarankan kita mulai fokus pada pengembangan mobil listrik. Ini adalah masa depan industri otomotif,” katanya dengan semangat, sambil menunjukkan prototipe desain mobil listrik di layar besar. Seorang pria dari manajer pemasaran, mengangkat tangan, "Setuju, dan kita harus memperkuat kampanye pemasaran digital kita. Kita perlu menjangkau konsumen muda yang lebih peduli dengan keberlanjutan dan teknologi.” Diskusi semakin hangat, beberapa ide berbeda mulai bermunculan dar

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 51. Kiriman Foto

    “Kau semakin berani ya, Xaviera?” Alejandro berucap pelan, sambil dirinya bertumpu kedua tangannya. Tatapan Alejandro tertuju pada Xaviera yang terekam sedang berada di salah satu ruangan. “Kau tidak membalas pesan-ku, kau menolak telepon-ku, dan kau tidak mempedulikan ancaman-ku. Dari mana kau dapat keberanian sebesar itu, Xaviera?”Alejandro merasa kesal dengan tindakan yang Xaviera pilih. Alejandro paling tidak suka diabaikan, terlebih lagi oleh Xaveria, namun Xaviera justru melakukannya. “Mari kita lihat apa kau juga akan melakukan hal yang sama kali ini?” Alejandro, dengan seringai khasnya, mengambil selembar foto yang kemudian ia masukkan di dalam sebuah amplop putih beserta selembar kertas tulisan tangannya.Keluar meninggalkan ruangan kegemarannya, Alejandro menemui sopir pribadinya. “Antarkan ini. Ingat, kau hanya perlu meletakkannya di depan pintunya dan jangan sampai ada satu orang pun yang mengetahui kedatanganmu!”“Baik, Mr. Alejandro.” Pria berusia lanjut yang sudah be

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 50. Teror

    Xaviera menutup matanya, menikmati kenyamanan yang disajikan untuknya. Bukan hanya karena udara pagi hari yang terasa menghangatkan tubuhnya, namun juga pelukan Gabriel yang sangat menenangkan. Saking nyaman dengan posisinya, Xaviera sampai menutup mata. Semua masalah dan beban berat yang akhir-akhir ini dipikulnya seorang diri, sejenak Xaviera lupakan. Di sana, di balkon kamar, hanya ada Gabriel dan Xaviera, ditemani dengan cinta yang setiap harinya semakin tumbuh. “Mi amor, ada yang ingin aku tanyakan padamu,” ujar Gabriel, sambil mengecup lembut dahi Xaviera. “Hem, tanyakanlah.” Xaviera memang merespon, namun tidak mengubah posisinya sedikit pun. “Ini tentang rencanamu yang ingin berhenti dari pekerjaanmu. Apa bos-mu itu setuju?” Padahal Xaviera berusaha sekuat tenaga melupakan nama Alejandro dan segala hal yang berhubungan dengannya, namun Gabriel justru bertanya. Terkejut, Xaviera sontak membuka matanya. “Apa ada kompensasi yang harus kau ganti karena melanggar kontra

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 49. Ayo Kita Pergi!

    Xaviera duduk memeluk lututnya seorang diri di kamarnya. Setelah siang tadi meninggalkan NOWZ COMPANY dengan tanpa memberikan Alejandro jawaban, Xaviera masih merenungi pilihan yang ditawarkan padanya. Tidak ada yang lebih baik dari kedua pilihan itu, keduanya sama-sama menjerumuskan dan menyakitkan Xaviera. Bingung, takut, cemas dirasakannya dalam waktu yang bersamaan. Xaviera tidak menyadari berapa lamanya ia diam seperti patung seperti itu. Bahkan hingga malam harinya ketika Gabriel pulang, kedua telinga Xaviera seperti tertutup, sehingga tidak mendengar seruan Gabriel. “Mi amor ...” Panggilan lembut dan usapan di kepala yang Gabriel lakukan, membuat Xaviera gelagapan. “Kenapa kau terkejut sekali? Seperti melihat hantu saja.” Gabriel terkekeh pelan karena respon Xaviera. “Atau jangan-jangan kau mengira aku hantu, ya? Mana ada hantu setampan diriku.” Gabriel kembali bergurau, namun Xaviera tetap pada diamnya. Bola mata Xaviera yang jernih bergerak mengikuti langkah Gab

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 48. Pilihan Yang Sulit

    Kedua netra Xaviera yang berkaca-kaca masih terpaku pada layar tablet Alejandro. Meski video tersebut minim penerangan, namun Xaviera sangat mengenali kamarnya, tata letak dan barang-barang di kamarnya. “Ke–kenapa Anda bisa ada di sana?” ujar Xaviera dengan suara bergetar. “Kau tidak mengingatnya, Xaviera?” Alejandro balik bertanya. Ekspresi Xaviera membuatnya tersenyum licik. “Anda hanya perlu menjawabnya! Kapan ini terjadi?” Sesaat Xaviera terdiam, mencoba mengingat kejadian tersebut. Xaviera mencoba menyangkalnya. Jangankan bercinta, Xaviera bahkan tidak memiliki perasaan sedikit pun untuk Alejandro. Bagaimanapun juga Xaviera selama ini menganggap Alejandro hanya sebagai atasannya. Namun video itu? Bagaimana mungkin bisa terjadi? Dalam hati Xaviera merutuki dirinya. Semakin lama menyaksikan video tersebut, membuat Xaviera merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. 'Bagaimana mungkin aku bisa bercinta dengannya, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.' Xaviera bergumam

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 47. Video Percintaan

    Xaviera yang duduk di depan meja riasnya, tiada bosannya memandang pantulan wajah Gabriel dari kaca di depannya. Pria yang menyandang sebagai tunangannya itu dengan sangat perhatian membantu mengeringkan rambutnya. “Kenapa melihatku seperti itu, hm?” ujar Gabriel, tentu ia menyadari tatapan Xaviera dan baru berani bertanya sekarang. “Kenapa kau mencintaiku?” Bukannya menjawab, Xaviera justru memberikan pertanyaan lain, yang membuat tangan Gabriel seketika berhenti bergerak. “Pertanyaan macam apa itu?” Xaviera menggeleng pelan. “Aku hanya penasaran,” jawabnya dengan senyum yang tak lekang di wajah cantiknya. Gabriel meletakkan hairdryer yang sudah dimatikannya tersebut, lalu berlutut di hadapan Xaviera. “Aku tidak butuh alasan khusus untuk mencintai ciptaan Tuhan seindah dirimu.” Gabriel menatap mata Xaviera yang berbinar, penuh rasa penasaran yang tulus. “Setiap kali aku melihatmu, hatiku terasa hangat, seperti ada sinar matahari yang selalu mengikutiku,” ucap Gabriel dengan le

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 46. Penyatuan Alejandro & Xaviera

    “Akh, kepalaku sakit.” Xaviera melenguh, tangannya merambat memijat pangkal hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa tak nyaman yang menyerang kepalanya. “Gabi ...” Xaviera menatap pintu kamarnya, berharap dapat melihat sosok Gabriel di sana, namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya yang berbunyi menandakan panggilan masuk, memecah keheningan kamar. Buru-buru Xaviera mengambilnya. Melihat nama Gabriel tertera di sana, membuat sudut bibir Xaveria terangkat.“Halo, Sayang.” Xaviera menyapa gembira, namun yang terdengar dari ponselnya bukanlah suara hangat Gabriel yang amat sangat disukainya, melainkan suara bising hingga membuat telinganya berdengung.“Sayang, apa kau masih di tempat kerjamu?” Perlahan senyuman Xaviera menghilang, ketika Gabriel mengatakan ia tidak bisa pulang cepat, lantaran pekerjaannya membutuhkannya. Diam-diam Xaviera menoleh ke arah balkon, melihat langit yang sudah gelap. “Ya sudah, tidak masalah. Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Fok

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 45. Nekat Mendatangi

    Alejandro berdiri di tengah ruang kerja luas dengan dinding berlapis kaca yang memantulkan cahaya rembulan. Sang ayah berdiri di depannya dengan dahi berkerut dan mata yang berapi-api. Tangannya terkepal, seolah menggenggam amarah yang siap meledak kapan saja. Udara di ruangan itu seakan membeku, setiap suara terdengar lebih keras dan setiap gerakan terlihat lebih tajam. Ayah Alejandro—seorang pria paruh baya dengan aura otoritas yang kuat, memulai serangannya dengan suara yang keras dan tegas, “Kau tahu betul, Alejandro, betapa pentingnya hubungan keluarga kita dengan keluarga Isabel. Keluarga mereka telah banyak membantu kita. Bagaimana bisa kau begitu tega menolak membantu ketika dia membutuhkanmu?” Alejandro menggertakkan giginya, merasakan beratnya beban yang selama ini dipaksakan ke pundaknya. Dia menghirup nafas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk konfrontasi yang sudah lama ia hindari. Ayah Alejandro merah wajahnya, nadanya meningkat, “Kau tidak mengerti pentingnya menj

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 44. Kau Milikku, Xaviera

    “Argh! Shh!” Suara Xaviera meringis, seakan menjadi sinyal bagi Gabriel, membuat Gabriel yang semula berada di luar langsung berlari ke kamar mereka. “Mi amor!” Gabriel memekik kuat ketika melihat Xaviera terduduk di lantai. Segera, Gabriel berlari lalu mengangkat Xaviera dan mendudukinya di pinggir tempat tidur. “Kau baik-baik saja?” Gabriel dengan cemas menyingkirkan rambut Xaviera, sehingga wajah pucat Xaviera dapat dilihatnya dengan jelas. “Gabi, aku haus.” Xaviera hanya mampu mengeluarkan beberapa kata saja, karena sejujurnya tenggorokannya sangat kering dan sakit. “Tunggu sebentar, biar aku ambilkan.” Gabriel kembali berlari keluar dari kamar, dan tak lama datang kembali dengan membawa segelas air. “Ini, minumlah!” Gabriel membantu Xaviera meminumnya, lalu mengusap bibir Xaveria yang kering. “Apa ada lagi yang kau inginkan?” Xaviera menggeleng. “Aku hanya ingin dirimu. Tolong peluk aku!” Xaviera bukan meminta, namun terdengar seperti memohon. Gabriel tentu tak

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 43. Tidak Akan Melepaskan

    Semalaman Xaviera seorang diri di apartemen, hanya berteman kesunyian. Berharap Gabriel datang untuk memeluknya, dan menenangkannya di tengah gempuran rasa takutnya, namun itu semua hanya angan. Matahari sudah menampakkan dirinya, namun Gabriel tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan datang. Sementara Xaviera yang masih duduk di lantai, hanya bisa memeluk lututnya sendiri. “Gabi ...” Secara kebetulan, panggilan Xaveria terkabulkan. Sang pemilik nama yang terus Xaviera panggil, akhirnya menampakkan dirinya. “Mi amor!” Gabriel tentu terkejut sekaligus cemas melihat keadaan Xaviera. Langsung saja ia melepaskan sepatunya dan berlari mendatangi, lalu berakhir memeluk Xaviera. “Gabi ....” “Iya, ini aku. Kau kenapa, Sayang? Kenapa duduk di lantai seperti ini?” Gabriel mengusap lembut rambut kecoklatan Xaviera. “Aku menunggumu,” jawab Xaviera lemah. Gabriel meregangkan pelukannya dan mengusap Wajah cantik Xaviera yang pucat dan kulitnya terasa hangat. “Apa kau tidak membaca pes

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status