Beranda / Urban / Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO / Bab 5. Ruang Rahasia Alejandro

Share

Bab 5. Ruang Rahasia Alejandro

Penulis: Vi_Novi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 10:21:14

Matahari masih terik, sementara Alejandro terlihat baru saja tiba di hunian mewah dan megahnya. Begitu mobil hitam Alejandro terparkir di halaman luasnya, seorang pria dengan sigap berlari mendekat dan membuka pintu mobilnya.

“Selamat malam, Mr. Alejandro.” Pria yang merupakan salah satu pelayan itu, menyapa dengan sopan, meski tahu tak akan mendapatkan balasan serupa dari sang tuan.

Alejandro melangkah memasuki bangunan tersebut dengan langkah besar sambil melepaskan kancing jasnya. Begitu melewati pintu utama, Alejandro melemparkan begitu saja jas yang dipakainya sejak pagi, dan langsung digapai oleh seorang wanita yang juga merupakan pelayan.

“Selamat malam, Mr. Alejandro. Makan malam akan saya siapkan setengah jam lagi,” ucap wanita tersebut yang sangat tahu kebiasaan Alejandro.

“Mr. Alejandro, pagi tadi ada telepon dari nona Isabel. Dia berkata ingin bertemu dan membahas hal penting.” Kali ini yang berujar adalah pelayan lain. Keduanya begitu kompak menundukkan kepalanya mereka, tanda kepatuhan dan hormat akan sosok Alejandro.

“Saya katakan Mr. Alejandro masih sibuk mengurus pekerjaan, sehingga tidak memiliki waktu senggang,” lanjut pelayan tersebut.

Alejandro mendengar, namun tetap tak menjawab, dan lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju lantai dua. Di mana terdapat sebuah ruangan yang merupakan perpustakaan pribadi yang Alejandro miliki. Sambil melepaskan tiga kancing atas kemeja putihnya, Alejandro memasuki ruangan yang hanya diterangi dengan lilin gantung temaram, yang membuat hawa terasa sangat tenang.

Alejandro memutar kunci dan membuka pintu kecil yang tersembunyi di balik rak buku tersebut. Dia memasuki ruangan sempit yang hanya dia sendiri yang mengetahui. Ruangan itu dipenuhi dengan layar televisi besar yang menampilkan rekaman dari tujuh kamera tersembunyi di apartemen Xaviera.

Dinding-dinding ruangan itu dihiasi dengan puluhan foto Xaviera dalam berbagai pose dan situasi, beberapa di antaranya diambil tanpa sepengetahuan Xaviera sendiri, seakan tidak ada satu momen pun dari hidup Xaviera yang luput dari pengawasan Alejandro.

Alejandro menutup pintu dan mengunci lagi dari dalam. Dia berjalan ke tengah ruangan, matanya tidak lepas dari layar televisi, seraya tangannya meraba-raba dinding yang dipenuhi gambar Xaviera. Ada juga catatan-catatan dan tulisan tentang hari-hari Xaviera—analisis tentang apa yang Xaviera suka, benci, dan berbagai prediksi tentang reaksinya terhadap situasi tertentu.

“Aku merindukan peri kecilku,” racau Alejandro. Ruangan tersebut sangat tertutup dan ukurannya tidak terlalu besar, sehingga membuat suara bahkan hembusan napas Alejandro menggema.

Alejandro kemudian duduk di kursi yang menghadap ke layar-layar itu, kakinya menyilang dengan santai. Dia mendongak, memandang sekeliling ruangan. Senyum licik terbentang di wajahnya, ralat, lebih tepatnya senyuman iblis. Mata Alejandro berkilat dengan semacam kegembiraan yang gelap.

Alejandro merasa seolah-olah dia memiliki kendali penuh atas dunia Xaviera, seolah dia adalah sutradara dari kehidupan nyata yang hanya dia yang tahu skenarionya. Ruangan tersebut bukan hanya dijadikan tempat kesukaan Alejandro, namun juga bukti rasa obsesi Alejandro terhadap Xaviera.

“Di mana dia?” gumam Alejandro mencari sosok Xaviera di layar televisi. Alejandro mengambil remote kontrol, mulai mengganti-ganti tayangan dari satu kamera ke kamera yang lain, sayangnya ia tidak mendapati Xaviera pada satu pun rekaman.

Sementara di tempat lain, wanita yang sedang membuat Alejandro kebingungan mencarinya, nampak berdiri seorang diri di bawah ditemani angin sepoi-sepoi. Xaviera, yang mengenakan hot pants yang menampilkan kaki ramping dan jenjangnya, dipadukan dengan tanktop berwarna senada, saat ini berada di balkon kamarnya.

“Hahaha.” Tawa Xaviera mengudara. Wanita yang rambutnya dikuncir kuda itu, lalu mengubah posisinya menjadi bersandar pada pembatas balkon, kepalanya mendongak memandangi indahnya langit malam yang dihiasi bintang-bintang.

“Aku tahu adegan selanjutnya. Pasti kau terjatuh dan wajahmu penuh dengan lumpur, 'kan?” terka Xaviera masih sambil tertawa dan menunjuk meski tak ada siapa pun di hadapannya.

“Ah, sayang sekali aku tidak ada di sana. Pasti akan lebih menyenangkan jika melihatnya secara langsung,” imbuh Xaviera sambil mengerucutkan bibir tipisnya.

Ekspresi kesal Xaviera, sepersekian detik menghilang, berganti dengan bola mata membesar, tanda terkejut. “Benarkah itu?” tanyanya sambil melangkah masuk. Sementara satu tangannya masih menempelkan ponselnya pada telinga, tangan Xaviera yang lain ia gunakan untuk menarik pintu balkon dan menutupnya.

Sementara di tempat lain, Alejandro langsung bernapas lega ketika sosok Xaviera muncul di layar televisi besarnya. “Oh, ternyata kau di sana rupanya.” Alejandro menyandarkan punggungnya, lalu melebarkan kedua tangan dan kakinya.

“Apa balkon sudah menjadi tempat yang paling kau sukai sekarang? Belakangan ini kau sangat suka tempat itu. Haruskah aku memasang kamera di balkon? Seperti iya. Aku kesulitan melihatmu saat kau ada di sana.” Alejandro berucap seorang diri, dengan pandangan tak lepas dari Xaviera.

Xaviera dengan perlahan merebahkan dirinya di kasur empuknya, menatap langit-langit kamarnya yang ia hiasi dengan pernak-pernik berwarna yang indah, sementara di tempat lain, Alejandro sedang memandangi Xaviera dari segala sisi. Atas, bawah, samping, semua terdapat kamera tersembunyi.

“Kapan kau kembali?” tanya Xaviera penuh harap cemas. Suasana hatinya seketika menjadi buruk setelah mendengar jawaban dari sebrang sana.

“Itu artinya kita tidak bisa bertemu dalam waktu dekat ini?” tanya Xaviera lagi. Sekarang, ia berubah posisi menjadi tengkurap, juga meletakkan dagu pada bantal.

Sambil mendengarkan suara seseorang di ponselnya, tangan Xaviera tak henti bergerak memainkan selimut berwarna putihnya. “Tentu saja. Aku sangat merindukanmu,” ucapnya lemah.

“Kasihan sekali peri kecilku sedang merindukan kekasihnya.” Berbeda dengan Xaviera yang sedang diselimuti perasaan sedih, Alejandro justru tersenyum sambil mengusap bibirnya sendiri.

Alejandro memperhatikan setiap gerak-gerik Xaviera dengan perhatian yang hampir sakral. Dia tersenyum lebar, membayangkan dirinya sebagai pemilik dari nasib Xaviera, dan itu memberinya kepuasan yang mendalam. Napas Alejandro memburu, ada kegembiraan yang terasa menggebu dalam obsesinya.

“Seperti yang kau tahu. Bos-ku yang gila itu sampai sekarang masih tetap sama, tempramen dan tidak berperikemanusiaan.” Wajah ceria Xaviera, seketika lenyap dan berganti dengan kesal.

Alejandro sama sekali tidak terkejut dengan kata-kata Xaviera, karena ini bukanlah pertama kalinya ia mendengar Xaviera mengatakan hal buruk tentangnya. “Ternyata di matamu aku sangat kejam, ya?” Alejandro bermonolog sambil mengangguk beberapa kali.

Lagi dan lagi Xaviera tak bisa diam dan terus bergerak ke sana dan sini mencari posisi yang nyaman, hingga kemudian wanita itu mengangkat kakinya dan menempelkannya pada tembok, sementara ponselnya ia letakkan di dekat telinganya.

Xaviera menggeleng. “No. Aku memang sering kesal dengannya, apalagi dengan sikap dan wajahnya yang kaku seperti robot itu, tapi aku tidak bisa melepaskan pekerjaan ini. Terlalu berharga,” ucapnya.

Alejandro menggulung kemejanya, menampilkan lengannya yang kekar. Setelahnya, Alejandro bangkit dan berjalan mendekati layar besar di hadapannya. Satu tangan Alejandro terulur, meraba tepat pada pergelangan tangan Xaviera.

“Bos-mu yang gila ini akan menjadi iblis untukmu, atau mungkin pemburu peri. Antara iblis dan pemburu peri, sepertinya aku akan memilih pemburu saja. Aku akan menangkapmu, mengikat kedua tanganmu dan membuatmu menangis memohon untuk dilepaskan.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 6. Drifting Di Bawah Hujan

    “Hubungi Carlos dan minta siapkan sirkuit sekarang!” titah Alejandro tanpa berbalik atau sekedar menoleh ke belakang sedikit saja.“Baik, Mr. Saya lakukan sekarang.” Xaviera, yang masih berada di posisi yang sama yaitu berdiri di belakang Alejandro sambil memegang buku catatannya, menjawab dengan patuh.Tak lama kemudian Xaviera memasuki ruangan Alejandro. “Maaf mengganggu, Mr. Saya ingin memberitahukan bahwa sirkuit sudah siap digunakan,” ujar Xaviera sopan.Tanpa memasang kembali jasnya yang ia lepaskan sebelumnya, Alejandro bangkit dari duduknya dan berjalan dengan kedua tangannya yang berada di saku celananya. Tentu Alejandro tak pergi ke sirkuit balap seorang diri, melainkan bersama dengan Xaviera.Sungguh berat pekerjaan Xaviera, bukan? Selain menjadi sekertaris yang memiliki puluhan tugas, Xaviera juga harus mengikuti ke mana pun Alejandro pergi, termasuk jadwal yang tak berhubungan dengan pekerjaan kantor.Setibanya di sirkuit, mereka langsung disambut oleh Carlos—asisten prib

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 7. Kelicikan Seorang Alejandro

    “Mr. Alejandro!” Mobil balap Alejandro menabrak pengaman di pinggir sirkuit, asap mengepul menutupi bagian depan dan belakang. Tanpa pikir panjang, Carlos dan Xaviera berlari sekencang-kencangnya menghampiri. Tak hanya mereka berdua, namun juga para staf datang sambil membawa berbagai peralatan. “Tolong jangan mendekat!” Salah satu staf dengan pakaian safety yang menutup tubuhnya, melebarkan tangannya ke samping, tak membiarkan Carlos dan Xaviera mendekati mobil. “Saya ingin melihat Mr. Alejandro.” Xaviera, yang wajahnya nampak sangat cemas dan takut, mencoba menerobos, namun lagi dan lagi langkahnya dihadang. “Saya mengerti dengan kekhawatiran kalian, tapi ini terlalu berbahaya. Biarkan kami yang mengurus masalah ini. Kalian tolong berdiri dengan jarak yang jauh!” Pria, yang wajahnya tertutup masker itu menggiring Carlos dan Alejandro ke pinggir sirkuit. “Dia benar. Terlalu beresiko jika kita nekat.” Carlos menyetujui ucapan pria itu. Melihat kepulan asap yang semakin banya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 8. Mi Amor

    Tanpa diantar sopir, Alejandro menyetir mobilnya sendiri. Mobil sport berwarna hitam dan berperawakan mewah itu terhubung langsung ke ponsel Alejandro, sehingga ketika ada panggilan masuk, Alejandro dapat melihatnya dari layar kecil di dashboard. Klik! Alejandro menekan salah satu tombol. “Ada apa?” tanya Alejandro, lalu kembali fokus pada jalan raya. “Maaf mengganggu hari libur Mr. Saya ingin mengabari para tamu dari berbagai negara telah datang lebih cepat dari jadwal. Sekarang saya sedang bersama dengan mereka semua.” Suara pria itu merupakan Carlos. “Aku tidak bisa datang hari ini,” ujar Alejandro. “Tapi mereka ingin bertemu dengan Mr. sekarang juga,” balas Carlos di sebrang sana. Alejandro melirik sejenak. Tanpa pikir panjang, Alejandro langsung menjawab, “Alihkan perhatian mereka, bawa mereka ke sirkuit dan tunjukkan produk baru kita, dan katakan aku baru bisa bertemu besok karena hari ini jadwal lain!” Tak ingin mendengar bantahan Carlos, langsung saja Alejandro m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 9. Rindu & Amarah

    “Selamat datang ...” Xaviera membuka pintu apartemen dengan gembira, menyambut kepulangan Gabriel yang telah pergi selama lebih dari 100 hari lamanya. Mereka—Gabriel dan Xaviera memang tinggal bersama. “Aku merindukan tempat ini.” Gabriel, yang masih berdiri di ambang pintu, membawa matanya memandang sekeliling ruang tamu yang bersih, barang-barang tertata rapi dan beraroma floral seperti kesukaannya dan Xaviera. “Kau hanya merindukan tempat ini saja, tidak denganku? Padahal aku yang selalu merindukan dan menantikan kepulanganmu, tapi yang kau rindukan hanya apartemen ini saja,” sahut Xaviera bernada sindiran. “Tentu aku juga merindukanmu, Mi amor.” Gabriel melepaskan tangannya pada genggaman koper. Tangannya yang besar merambat ke pinggang ramping Xaviera, lalu menarik kekasihnya. Cupp! Gabriel mengecup singkat bibir Xaviera, membuat bibir merona yang sebelumnya mengerucut itu langsung berubah tersenyum. Gabriel kemudian melepaskan jaket coklatnya, dan melemparkannya ke sof

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 10. Lamaran

    Ting! Terdengar suara berdenting dari ponsel Alejandro, menandakan pesan masuk. Pria yang sedang mengenakan pakaiannya itu hanya melirik malas. Tanpa ada niat mengambil benda tersebut atau bahkan membalas pesan yang masuk, Alejandro memilih untuk melanjutkan gerakan tangannya. Dan setelah selesai dengan pakaian casual-nya, barulah satu tangan Alejandro merayap mengambil ponselnya. Isabel, itulah nama dari sang pengirim pesan. Ajakan untuk bertemu, tak Alejandro hiraukan, ia bahkan tidak membalas pesan tersebut. Masih di kamarnya yang begitu luas, bersih, tenang dan minim barang, dan didominasi warna hitam, Alejandro mengambil sebuah topi fedora berwarna abu-abu, lalu memasangkannya ke kepalanya. Sambil berjalan keluar, pandangan Alejandro terus tertuju pada ponselnya dan tak menghiraukan sapaan para pelayan. Langkah kaki besar Alejandro terhenti tepat di depan seorang pria yang membuka pintu mobilnya. “Kau tahu apa yang harus kau lakukan jika ada yang datang ke sini, bukan?” ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 11. Perhatian Alejandro

    "Aku ingin membangun keluarga kecil bersamamu, hanya denganmu.” Kata-kata yang Gabriel ucapkan lusa lalu, terus menggerayangi kepala Xaviera, hingga membuat wanita cantik itu tersenyum malu-malu. Xaviera mengangkat tangannya, menunjukkan cincin indah yang melingkari jadi manisnya—tanda Gabriel telah mengikatnya dan mengubah status mereka menjadi bertunangan. “Kau selalu saja manis. Cinta dan perhatianmu paling bisa membuatku melayang ke atas awan.” Xaviera terlalu sibuk memikirkan Gabriel, hingga melupakan posisinya yang saat ini berada di kantor, tepatnya meja kerjanya. “Aku menggajimu bukan untuk melamun.” Suara seorang pria memecah keheningan dan membuat Xaviera langsung tersadar. Begitu menolehkan kepalanya, Xaviera mendapati Alejandro berdiri di samping mejanya sambil menatap tajam dirinya. Sontak saja hal tersebut membuat senyum Xaviera menghilang dan berganti dengan ekspresi terkejut. “Maafkan saya, Mr.” Xaviera langsung bangkit dari duduknya dan menundukkan kepalany

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 12. Semakin Aneh

    Di tengah ruang yang dipenuhi dengan aroma kopi dan tumpukan dokumen, suasana tegang mulai terasa. Para petinggi NOWZ COMPANY duduk mengelilingi meja besar berlapis marmer, setiap wajah menunjukkan ekspresi serius dan konsentrasi tinggi. Alejandro, dengan postur tegap dan tatapan tajam yang khas, memandang satu per satu wajah di hadapannya, seolah menimbang setiap kata yang terucap.Sementara itu, di samping Alejandro ada Xaviera yang duduk berhadapan dengan laptop dan berkas-berkas penting di hadapannya. Dia sesekali menatap Alejandro, mencatat setiap detail penting yang keluar dari mulutnya. Hampir dua jam lamanya pertemuan para petinggi itu berlangsung, hingga setelah selesai, Alejandro langsung meninggalkan ruang rapat dan tentunya diikuti Xaviera di belakangnya. Di tengah lorong, Alejandro tiba-tiba saja menghentikan langkah besarnya, tentu membuat Xaviera terkejut, hingga membuat Xaviera berakhir menabrak punggung lebar pria pria itu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 13. Teropong Jarak Jauh

    Di pagi yang cerah ini, Gabriel mengajak Xaviera ke sebuah taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang mekar indah, tempat di mana mereka pertama kali bertemu. Sambil berjalan-jalan, mereka berdua tertawa lepas, saling melempar senyum yang penuh arti. Di sebuah bangku taman, mereka duduk berdampingan. Gabriel menggenggam tangan Xaviera dengan erat, matanya berbinar penuh cinta. “Ingat, saat kita pertama kali bertemu di sini? Kau sedang membaca buku puisi Neruda,” kata Gabriel, sambil mengusap rambut Xaviera lembut. Xaviera mengangguk, matanya berkilauan, “Iya, dan kau datang dengan secangkir kopi untukku, bilang bahwa Neruda adalah penyair favoritmu juga.” “Kau tahu sesuatu, Mi Amor? Saat itu sebenarnya aku berbohong.” Xaviera terhenyak mendengar perkataan Gabriel barusan. “Maksudmu?” tanyanya dengan alis terangkat sebelah. Gabriel tersenyum penuh arti, lalu menjelaskan bahwa kebohongan kecil itu adalah caranya untuk mendekati Xaviera. Dan Gabriel berhasil, karena setelah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 46. Penyatuan Alejandro & Xaviera

    “Akh, kepalaku sakit.” Xaviera melenguh, tangannya merambat memijat pangkal hidungnya, berharap dapat mengurangi rasa tak nyaman yang menyerang kepalanya. “Gabi ...” Xaviera menatap pintu kamarnya, berharap dapat melihat sosok Gabriel di sana, namun pria itu tak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya yang berbunyi menandakan panggilan masuk, memecah keheningan kamar. Buru-buru Xaviera mengambilnya. Melihat nama Gabriel tertera di sana, membuat sudut bibir Xaveria terangkat.“Halo, Sayang.” Xaviera menyapa gembira, namun yang terdengar dari ponselnya bukanlah suara hangat Gabriel yang amat sangat disukainya, melainkan suara bising hingga membuat telinganya berdengung.“Sayang, apa kau masih di tempat kerjamu?” Perlahan senyuman Xaviera menghilang, ketika Gabriel mengatakan ia tidak bisa pulang cepat, lantaran pekerjaannya membutuhkannya. Diam-diam Xaviera menoleh ke arah balkon, melihat langit yang sudah gelap. “Ya sudah, tidak masalah. Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Fok

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 45. Nekat Mendatangi

    Alejandro berdiri di tengah ruang kerja luas dengan dinding berlapis kaca yang memantulkan cahaya rembulan. Sang ayah berdiri di depannya dengan dahi berkerut dan mata yang berapi-api. Tangannya terkepal, seolah menggenggam amarah yang siap meledak kapan saja. Udara di ruangan itu seakan membeku, setiap suara terdengar lebih keras dan setiap gerakan terlihat lebih tajam. Ayah Alejandro—seorang pria paruh baya dengan aura otoritas yang kuat, memulai serangannya dengan suara yang keras dan tegas, “Kau tahu betul, Alejandro, betapa pentingnya hubungan keluarga kita dengan keluarga Isabel. Keluarga mereka telah banyak membantu kita. Bagaimana bisa kau begitu tega menolak membantu ketika dia membutuhkanmu?” Alejandro menggertakkan giginya, merasakan beratnya beban yang selama ini dipaksakan ke pundaknya. Dia menghirup nafas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk konfrontasi yang sudah lama ia hindari. Ayah Alejandro merah wajahnya, nadanya meningkat, “Kau tidak mengerti pentingnya menj

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 44. Kau Milikku, Xaviera

    “Argh! Shh!” Suara Xaviera meringis, seakan menjadi sinyal bagi Gabriel, membuat Gabriel yang semula berada di luar langsung berlari ke kamar mereka. “Mi amor!” Gabriel memekik kuat ketika melihat Xaviera terduduk di lantai. Segera, Gabriel berlari lalu mengangkat Xaviera dan mendudukinya di pinggir tempat tidur. “Kau baik-baik saja?” Gabriel dengan cemas menyingkirkan rambut Xaviera, sehingga wajah pucat Xaviera dapat dilihatnya dengan jelas. “Gabi, aku haus.” Xaviera hanya mampu mengeluarkan beberapa kata saja, karena sejujurnya tenggorokannya sangat kering dan sakit. “Tunggu sebentar, biar aku ambilkan.” Gabriel kembali berlari keluar dari kamar, dan tak lama datang kembali dengan membawa segelas air. “Ini, minumlah!” Gabriel membantu Xaviera meminumnya, lalu mengusap bibir Xaveria yang kering. “Apa ada lagi yang kau inginkan?” Xaviera menggeleng. “Aku hanya ingin dirimu. Tolong peluk aku!” Xaviera bukan meminta, namun terdengar seperti memohon. Gabriel tentu tak

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 43. Tidak Akan Melepaskan

    Semalaman Xaviera seorang diri di apartemen, hanya berteman kesunyian. Berharap Gabriel datang untuk memeluknya, dan menenangkannya di tengah gempuran rasa takutnya, namun itu semua hanya angan. Matahari sudah menampakkan dirinya, namun Gabriel tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan datang. Sementara Xaviera yang masih duduk di lantai, hanya bisa memeluk lututnya sendiri. “Gabi ...” Secara kebetulan, panggilan Xaveria terkabulkan. Sang pemilik nama yang terus Xaviera panggil, akhirnya menampakkan dirinya. “Mi amor!” Gabriel tentu terkejut sekaligus cemas melihat keadaan Xaviera. Langsung saja ia melepaskan sepatunya dan berlari mendatangi, lalu berakhir memeluk Xaviera. “Gabi ....” “Iya, ini aku. Kau kenapa, Sayang? Kenapa duduk di lantai seperti ini?” Gabriel mengusap lembut rambut kecoklatan Xaviera. “Aku menunggumu,” jawab Xaviera lemah. Gabriel meregangkan pelukannya dan mengusap Wajah cantik Xaviera yang pucat dan kulitnya terasa hangat. “Apa kau tidak membaca pes

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 42. Xaviera Ketakutan

    Plak! Tanpa ada keraguan sedikit pun, Xaviera memukul wajah Alejandro. Saking keras tamparannya, Xaviera bahkan dapat merasakan telapak tangannya kebas. Air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata Xaviera, akhirnya terjatuh juga, membasahi wajahnya yang merah menahan amarah. Tanpa berucap apa pun, Xaviera berbalik dan berlari meninggalkan tempat tersebut. Sementara itu, Alejandro masih terpaku di tempatnya berdiri. Satu tangan Alejandro masih berada di wajahnya. Alejandro akui pukulan Xaviera cukup menyakitkan, namun di saat yang sama pikirannya masih terpaku pada reaksi Xaviera. Akibat amarah bercampur penat yang dirasakannya, membuat pikiran Alejandro berkecamuk. Alejandro tak bisa lagi menahan dirinya, hingga akhirnya ia melampiaskannya pada Xaviera. Padahal yang menantang kejantanannya adalah Isabel, namun yang menjadi ajang pembuktian adalah Xaviera. “Sial!” Sadar akan ketidakberadaan Xaviera di depannya, Alejandro mengumpat kesal. Alejandro melepaskan paksa paka

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 41. Mencium Paksa Xaviera

    “Buktikan kau adalah pria perkasa, Alejandro!”“Membuktikannya? Untuk apa? Aku tidak perlu pengakuan dari siapa pun apalagi dirimu.” Alejandro membalas tantangan Isabel dengan tolakan.Kini bergantian, giliran Alejandro yahh mendekati telinga Isabel. “Kau berbicara seperti itu untuk menantang agar aku melakukannya denganmu, bukan? Caramu terlalu ... murahan,” lanjut Alejandro membuat Isabel tercengang mendengarnya.“Dengar, Isabel! Sejak kecil hingga sekarang, aku hanya menganggapmu sebagai sahabat, tidak pernah lebih. Dan persahabatan kita juga yang membuatku hingga saat ini menerima kehadiranmu.”Menyingkirkan tubuh Isabel dengan satu kali gerakan, Alejandro kemudian menunjuk wanita itu. “Jika bukan karena permintaan ayahmu, orang yang berjasa bagi keluargaku, aku tidak akan mau mengajarimu hal semacam ini. Hanya membuang waktu saja.”Isabel yang mendengar semua penuturan Alejandro, hanya bisa diam seribu bahasa. Mulutnya nenganga lebar, tak percaya Alejandro mampu berbicara sebany

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 40. Bukan Pria Sejati?

    Alejandro berdiri tepat di depan kaca besar yang memisahkannya dengan Xaviera. Sementara dirinya berada di dalam ruangannya, Xaviera sendiri di kursi kerjanya. Dalam diamnya itu, Alejandro terus memperhatikan setiap gerakan sekecil apa pun yang Xaviera timbulkan. Kedua tangan Xaviera begitu sibuk. Entah itu mengangkat telepon yang masuk, atau memainkan keyboard komputernya. Dan saking sibuknya ia, sampai tak menyadari ada yang terus memperhatikannya.“Karena Isabel, aku jadi tidak bisa mendapatkan Xaviera.” Bibir sedikit tebal Alejandro berucap, sambil mengingat kejadian beberapa waktu lalu.“Wanita itu memang sangat menyusahkan. Bisa-bisanya aku terikat perjodohan dengannya,” ucap Alejandro lagi.Entah kebetulan atau bagaimana, wanita yang membuat Alejandro kesal hanya karena memikirkannya tiba-tiba saja menampakkan dirinya. Alejandro sempat terkejut sesaat. Matanya sedikit menyipit ketika melihat Isabel berbincang dengan Xaviera. “Ale ...!” Seperti biasa, Isabel akan memasuki ruan

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 39. Siasat Baru

    “Apa maksudmu?” Alejandro langsung menghentikan gerakan kakinya. Ditatapnya Isabel dengan rasa tak percaya. Bahu Isabel terangkat. “Entahlah. Sepertinya kau lebih memahami maksudku,” jawabnya dengan santai. Alejandro menarik lengan Isabel, memaksa agar wanita itu menatapnya. “Jangan berbelit-belit, Isabel! Kau tahu aku tidak menyukai—” “Diriku?” Isabel menyergah. “Katakan, jauh dari lubuk hatimu yang paling dalam, kau tidak menyukaiku secara personal, atau tidak menyukai sikapku pada Xaviera?” Jari telunjuk Isabel yang lentik terangkat dan mendarat pada dada Alejandro. Setiap kata yang meluncur dari bibir Isabel membuat Alejandro berpikir keras, bahwa ia harus berhati-hati menjawabnya. Jika salah berucap, rahasianya selama ini akan terbongkar. Drrt! Drrt! Beruntung, di tengah ketegangan itu ponsel Isabel berdering. Sejujurnya Isabel ingin sekali menolak panggilan tersebut, namun ketika melihat di layarnya tertera nama ayahnya, Isabel mau tak mau menjawabnya. “Halo, Ayah.

  • Terjerat Pesona Sekertaris Lugu Sang CEO   Bab 38. Hampir Ketahuan

    Gabriel memandang langit-langit kamarnya dengan rasa penasaran yang mendalam. Ada sesuatu yang aneh di sudut ruangan, sebuah bercak hitam yang terlihat jelas di antara warna putih yang mendominasi. Alisnya berkerut, sambil berbisik pada diri sendiri, “Benda apa itu?” Mata Gabriel tidak bisa lepas dari benda misterius itu.“Itu pasti kesalahan cleaning service," dengus Gabriel pelan. Kepalanya bergoyang kecil, seolah-olah mencoba menghapus ketidaknyamanan yang dirasakannya.“Aku rasa mereka tidak becus membersihkannya," desah Gabriel seraya menyalahkan layanan kebersihan apartemen.Dengan langkah cepat, ia menuju ke gudang untuk mengambil tangga. Seketika ia mengaturnya tepat di bawah noda hitam itu, memastikan posisinya aman untuk didaki. Dengan hati-hati, Gabriel mulai menaiki tangga tersebut. Setiap anak tangga yang dilalui terasa semakin mendebarkan.Saat tangan Gabriel hampir saja menyentuh permukaan yang bermasalah itu, tiba-tiba deringan ponsel memecah konsentrasinya. Jantungnya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status