Home / Romansa / Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya / Markas Kedua dan Bayangan Ancaman

Share

Markas Kedua dan Bayangan Ancaman

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-04-13 20:13:37

Malam telah menggulung langit saat konvoi kendaraan mereka akhirnya memasuki gerbang tinggi dan tebal dari Mansion Santiago Timur—sebuah properti pribadi milik Leon yang sangat jarang disentuh publik, bahkan oleh anggota keluarga sendiri. Lokasi ini berada di tengah-tengah pegunungan tenang, tersembunyi di balik rimbunnya hutan dan kamera pengintai yang tersebar luas. Di sinilah Leon menyimpan sebagian besar hal-hal yang ingin ia lindungi dengan harga berapa pun.

Elera masih mengenakan gaun berkilauan dari rencana pemotretan konyol sebelumnya, tapi wajahnya kini jauh dari ekspresi main-main. Napasnya teratur, tapi matanya gelisah, tetap memandangi Leon yang tak pernah melepaskan genggamannya sejak kekacauan tadi. Maya, meski terlihat lelah, masih sempat menyumpah pelan melihat sepatunya penuh debu akibat pelarian cepat tadi. Kai dan Dante, keduanya basah oleh keringat dan debu pertempuran, namun tetap dalam mode siaga.

Begitu mereka tiba, puluhan pria berpakaian hitam yang sudah menun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Sisa-Sisa Malam dan Cahaya Pagi

    Pagi di Mansion Santiago Timur datang dengan lambat, matahari menyelinap lewat tirai tebal, menyinari lantai marmer dan jejak-jejak malam yang penuh ketegangan. Suasana mulai tenang, tapi tak seorang pun di dalam rumah benar-benar bisa tidur nyenyak.Di dapur luas bergaya modern klasik, Maya sedang membuka kulkas sambil menguap. Rambutnya masih acak-acakan, sweater kebesaran Leon dipinjam pakai semalam karena bajunya terkena darah saat membantu menangani luka. Ia membuka botol jus jeruk, lalu menyender ke meja, menyeruput sambil merasakan dinginnya pagi yang ganjil.Tiba-tiba suara langkah berat terdengar. “Kau bangun pagi juga.”Maya menoleh pelan. Dante berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan kaus hitam dan celana olahraga. Rambutnya masih basah—mungkin baru mandi. Ia tampak... terlalu segar untuk orang yang semalam ikut dalam baku tembak.“Aku gak tidur,” gumam Maya. “Dan kau? Kelihatan seperti habis photoshoot.”Dante hanya mengangkat bahu. “Mungkin efek setelah disuruh jadi mod

    Last Updated : 2025-04-13
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Balik Tirai Hujan

    Hujan turun semakin deras malam itu, menghiasi jendela besar mansion Santiago dengan gemericik tenang. Di dalam ruangan, setelah sesi drum yang luar biasa (dan sedikit memalukan bagi Kai), suasana mulai mereda. Para “korban ngidam” satu per satu mundur ke kamar masing-masing, memberi pasangan utama kita ruang yang akhirnya… hanya milik mereka berdua.Leon duduk di sofa panjang sambil memijat pelipisnya. “Aku sudah melewati banyak hal gila dalam hidupku, tapi disuruh nonton dokter pribadi main drum demi ngidam? Ini… definisi baru dari ‘ujian hidup’.”Elera tertawa kecil dari tempat duduknya, lalu bergeser pelan hingga bersandar di lengan Leon. “Tapi kau tetap duduk manis dan menikmati semuanya, kan? Bahkan senyum-senyum pas Kai mulai solo.”Leon meliriknya. “Jangan bilang kau cemburu?”“Cemburu? Justru aku bangga. Ngidamku berhasil merusak ego Kai,” jawab Elera santai.Leon menggeleng pelan, lalu meraih dagunya dan menatap dalam. “Kau ini… benar-benar gila. Tapi aku juga gila karena me

    Last Updated : 2025-04-14
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kembali ke Jalur Rumah Sakit

    Setelah minggu-minggu yang penuh kekacauan, mansion Santiago perlahan tenang. Serangan telah mereda, beberapa pelaku sudah ditahan oleh tim khusus Dante, dan sistem keamanan di seluruh properti Santiago diperbarui lebih ketat dari sebelumnya.Dan pagi itu, Maya kembali mengenakan jas dokternya.“Gila sih, rasanya kayak balik ke peradaban,” gumamnya sambil menata rambut ke dalam cepol rapi, memandang pantulan dirinya di cermin.“Peradaban dengan minimal tiga bodyguard,” celetuk Dante dari sofa kamar tamu.Maya melirik sinis. “Aku dokter trauma. Kalau kamu kirim lebih dari tiga, pasien bisa trauma ngelihat rombongan bersenjata datang ke UGD.”Dante hanya tersenyum tipis, dan berkata, “Tiga? Aku kirim lima. Tapi dua di antaranya menyamar sebagai cleaning service.”Maya membelalak. “DANTE!”Sementara itu, di mansion utama, Kai sedang... merajuk.“Aku ini ahli bedah syaraf, bukan babysitter istri bos,” gerutunya.Leon, yang tengah mengenakan jasnya di ruang kerja, hanya menaikkan satu alis

    Last Updated : 2025-04-14
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Lahirnya Pewaris Sang Raja

    Udara di ruang bersalin terasa panas, meski AC menyala dengan kekuatan penuh. Wajah Leon Santiago penuh peluh, rambutnya berantakan, dan jaketnya sudah dibuang entah ke mana. Tangan kirinya dicengkram erat oleh Elera, sementara tangan kanannya mengusap lembut kening wanita yang kini tengah berada di ambang batas kesadaran—dan kekuatan.“Push, Elera! Sedikit lagi!” teriak Maya, dengan suara yang tetap tegas meski mata ikut berkaca-kaca.Dari sudut ruangan, Dante berdiri dengan kamera khusus di tangan. “Leon bilang dia ingin merekam semua momen ini,” gumamnya pelan. “Tapi kayaknya dia gak nyangka dia bakal direkam sambil hampir pingsan.”Leon berteriak kecil ketika tangan Elera mencengkram lebih keras—“Aaaargh! Sayang… pelan—““KAU BILANG AKU NGGAK AKAN MERASA SAKIT KALAU KAU DI SAMPINGKU, LEON!” teriak Elera, matanya hampir menyala.Leon mencium keningnya. “Ya Tuhan, aku bohong. Maaf. Tapi kau luar biasa. Bertahan, Ratu-ku…”Tangis bayi pecah tiba-tiba, menggema di ruangan seolah mengh

    Last Updated : 2025-04-15
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Pelajaran Menjadi Orang Tua

    Pagi di mansion Santiago yang biasanya dipenuhi percakapan serius atau suara langkah cepat para penjaga, kini berganti dengan suara tangis bayi… dan teriakan panik Leon."Elera! Dia menangis lagi! Apa aku salah gendong?!"Elera, yang sedang duduk santai di sofa dengan rambut sedikit berantakan tapi senyum mengembang, hanya tertawa pelan. "Sayang, dia cuma lapar. Bukan karena kamu. Tapi gaya gendongmu itu... lebih mirip interogasi tahanan daripada pelukan ayah."Leon menatap bayi mungil di gendongannya, lalu menatap Elera. "Aku… aku coba meniru seperti kamu.""Jangan ditiru gaya gendongku, aku punya pelatihan medis, kamu punya pelatihan… menyiksa orang."Suasana di ruang tengah semakin hangat ketika Maya dan Kai datang. Maya membawa setumpuk dokumen dari rumah sakit, sedangkan Kai membawa satu set mainan stimulasi bayi yang katanya wajib untuk perkembangan kognitif.Begitu melihat Leon yang berkeringat sambil mencoba mengganti popok untuk pertama kalinya, mereka berdua tertawa."Kau li

    Last Updated : 2025-04-15
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Peluru, Darah dan Takdir

    Hujan turun deras malam itu. Kota diterangi oleh lampu jalan yang berpendar suram, aspal basah memantulkan cahaya merah dari lampu lalu lintas. Elera baru saja menyelesaikan shift panjang di rumah sakit. Matanya lelah, tubuhnya ingin segera beristirahat, tetapi semua itu sirna ketika suara tembakan pertama meledak di kejauhan.Dor! Dor! Dor!Elera langsung menoleh. Sumber suara itu berasal dari gang sempit di seberang jalan, hanya beberapa blok dari rumah sakit. Lampu-lampu jalan berkedip, bayangan hitam dari beberapa pria bersenjata tampak berlarian di balik gedung.Jantungnya berdebar cepat. Apa itu? Polisi? Perampokan?Tetapi saat ia hendak berpaling dan berjalan cepat ke arah mobilnya, sosok pria tinggi berjas hitam muncul dari salah satu gang.Ia berjalan tertatih, jasnya berlumuran darah yang semakin lama semakin pekat terkena air hujan. Tangan kirinya mencengkeram perutnya yang terluka, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol dengan erat.Elera membeku.Pria itu berusa

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya    Dokter Keras Kepala vs Pasien Mafia

    Di sudut ruangan, Dante hanya bisa tersenyum lebar. Sepertinya, untuk pertama kalinya, ada seseorang yang benar-benar bisa menantang bosnya tanpa takut kehilangan nyawa.Dan jujur saja, dia cukup menikmati melihatnya.Elera melepas sarung tangannya dan membereskan peralatan medis seadanya yang baru saja digunakan untuk menangani luka Leon. Tangannya masih sedikit gemetar, bukan karena takut, melainkan karena frustrasi."Baiklah, aku sudah melakukan tugasku." Ia menatap Leon yang kini duduk bersandar di sofa dengan mata tertutup. "Sekarang aku akan pulang."Leon membuka matanya, menatapnya sekilas sebelum dengan santai menjawab, "Tidak."Elera mengerutkan kening. "Apa maksudmu tidak?"Leon menghembuskan napas pelan, lalu duduk lebih tegak. "Kau tidak bisa pergi sekarang. Itu terlalu berbahaya."Elera mendengus. "Bahaya? Aku bukan bagian dari ini semua. Aku hanya kebetulan lewat, menyelamatkanmu, dan sekarang tugasku sudah selesai. Aku harus pulang, Leon."Dante yang berdiri di sudut rua

    Last Updated : 2025-03-05
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Singa yang bertemu lawan

    Elera duduk di atas ranjang empuk dengan tangan terlipat di dada, mata tajam menatap pintu kamar yang tertutup rapat.Safe house? Tempat ini lebih mirip hotel bintang lima daripada tempat persembunyian. Tetapi tetap saja, ia merasa seperti tahanan.Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa hidupnya berubah drastis dalam semalam. Dari seorang dokter trauma yang sibuk di rumah sakit, kini ia menjadi ‘tamu’ dalam dunia seorang pria berbahaya.Leon Santiago.Memikirkan nama itu saja sudah cukup membuatnya mendengus kesal."Astaga, kenapa aku bisa terjebak dalam kekacauan ini?" gumamnya sambil memijat pelipisnya.Di luar, suara langkah kaki mendekat.Elera langsung menegang. Pintu terbuka tanpa ketukan, dan pria yang ada dalam pikirannya kini berdiri di hadapannya.Leon.Ia masih mengenakan kemeja hitamnya yang sedikit berantakan, luka di tubuhnya masih terlihat, tetapi auranya tetap tajam dan mendominasi."Kau tidak bisa terus mengunci diri di sini," ucapnya santai, seolah-olah ia sedang memb

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Pelajaran Menjadi Orang Tua

    Pagi di mansion Santiago yang biasanya dipenuhi percakapan serius atau suara langkah cepat para penjaga, kini berganti dengan suara tangis bayi… dan teriakan panik Leon."Elera! Dia menangis lagi! Apa aku salah gendong?!"Elera, yang sedang duduk santai di sofa dengan rambut sedikit berantakan tapi senyum mengembang, hanya tertawa pelan. "Sayang, dia cuma lapar. Bukan karena kamu. Tapi gaya gendongmu itu... lebih mirip interogasi tahanan daripada pelukan ayah."Leon menatap bayi mungil di gendongannya, lalu menatap Elera. "Aku… aku coba meniru seperti kamu.""Jangan ditiru gaya gendongku, aku punya pelatihan medis, kamu punya pelatihan… menyiksa orang."Suasana di ruang tengah semakin hangat ketika Maya dan Kai datang. Maya membawa setumpuk dokumen dari rumah sakit, sedangkan Kai membawa satu set mainan stimulasi bayi yang katanya wajib untuk perkembangan kognitif.Begitu melihat Leon yang berkeringat sambil mencoba mengganti popok untuk pertama kalinya, mereka berdua tertawa."Kau li

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Lahirnya Pewaris Sang Raja

    Udara di ruang bersalin terasa panas, meski AC menyala dengan kekuatan penuh. Wajah Leon Santiago penuh peluh, rambutnya berantakan, dan jaketnya sudah dibuang entah ke mana. Tangan kirinya dicengkram erat oleh Elera, sementara tangan kanannya mengusap lembut kening wanita yang kini tengah berada di ambang batas kesadaran—dan kekuatan.“Push, Elera! Sedikit lagi!” teriak Maya, dengan suara yang tetap tegas meski mata ikut berkaca-kaca.Dari sudut ruangan, Dante berdiri dengan kamera khusus di tangan. “Leon bilang dia ingin merekam semua momen ini,” gumamnya pelan. “Tapi kayaknya dia gak nyangka dia bakal direkam sambil hampir pingsan.”Leon berteriak kecil ketika tangan Elera mencengkram lebih keras—“Aaaargh! Sayang… pelan—““KAU BILANG AKU NGGAK AKAN MERASA SAKIT KALAU KAU DI SAMPINGKU, LEON!” teriak Elera, matanya hampir menyala.Leon mencium keningnya. “Ya Tuhan, aku bohong. Maaf. Tapi kau luar biasa. Bertahan, Ratu-ku…”Tangis bayi pecah tiba-tiba, menggema di ruangan seolah mengh

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kembali ke Jalur Rumah Sakit

    Setelah minggu-minggu yang penuh kekacauan, mansion Santiago perlahan tenang. Serangan telah mereda, beberapa pelaku sudah ditahan oleh tim khusus Dante, dan sistem keamanan di seluruh properti Santiago diperbarui lebih ketat dari sebelumnya.Dan pagi itu, Maya kembali mengenakan jas dokternya.“Gila sih, rasanya kayak balik ke peradaban,” gumamnya sambil menata rambut ke dalam cepol rapi, memandang pantulan dirinya di cermin.“Peradaban dengan minimal tiga bodyguard,” celetuk Dante dari sofa kamar tamu.Maya melirik sinis. “Aku dokter trauma. Kalau kamu kirim lebih dari tiga, pasien bisa trauma ngelihat rombongan bersenjata datang ke UGD.”Dante hanya tersenyum tipis, dan berkata, “Tiga? Aku kirim lima. Tapi dua di antaranya menyamar sebagai cleaning service.”Maya membelalak. “DANTE!”Sementara itu, di mansion utama, Kai sedang... merajuk.“Aku ini ahli bedah syaraf, bukan babysitter istri bos,” gerutunya.Leon, yang tengah mengenakan jasnya di ruang kerja, hanya menaikkan satu alis

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Balik Tirai Hujan

    Hujan turun semakin deras malam itu, menghiasi jendela besar mansion Santiago dengan gemericik tenang. Di dalam ruangan, setelah sesi drum yang luar biasa (dan sedikit memalukan bagi Kai), suasana mulai mereda. Para “korban ngidam” satu per satu mundur ke kamar masing-masing, memberi pasangan utama kita ruang yang akhirnya… hanya milik mereka berdua.Leon duduk di sofa panjang sambil memijat pelipisnya. “Aku sudah melewati banyak hal gila dalam hidupku, tapi disuruh nonton dokter pribadi main drum demi ngidam? Ini… definisi baru dari ‘ujian hidup’.”Elera tertawa kecil dari tempat duduknya, lalu bergeser pelan hingga bersandar di lengan Leon. “Tapi kau tetap duduk manis dan menikmati semuanya, kan? Bahkan senyum-senyum pas Kai mulai solo.”Leon meliriknya. “Jangan bilang kau cemburu?”“Cemburu? Justru aku bangga. Ngidamku berhasil merusak ego Kai,” jawab Elera santai.Leon menggeleng pelan, lalu meraih dagunya dan menatap dalam. “Kau ini… benar-benar gila. Tapi aku juga gila karena me

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Sisa-Sisa Malam dan Cahaya Pagi

    Pagi di Mansion Santiago Timur datang dengan lambat, matahari menyelinap lewat tirai tebal, menyinari lantai marmer dan jejak-jejak malam yang penuh ketegangan. Suasana mulai tenang, tapi tak seorang pun di dalam rumah benar-benar bisa tidur nyenyak.Di dapur luas bergaya modern klasik, Maya sedang membuka kulkas sambil menguap. Rambutnya masih acak-acakan, sweater kebesaran Leon dipinjam pakai semalam karena bajunya terkena darah saat membantu menangani luka. Ia membuka botol jus jeruk, lalu menyender ke meja, menyeruput sambil merasakan dinginnya pagi yang ganjil.Tiba-tiba suara langkah berat terdengar. “Kau bangun pagi juga.”Maya menoleh pelan. Dante berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan kaus hitam dan celana olahraga. Rambutnya masih basah—mungkin baru mandi. Ia tampak... terlalu segar untuk orang yang semalam ikut dalam baku tembak.“Aku gak tidur,” gumam Maya. “Dan kau? Kelihatan seperti habis photoshoot.”Dante hanya mengangkat bahu. “Mungkin efek setelah disuruh jadi mod

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Markas Kedua dan Bayangan Ancaman

    Malam telah menggulung langit saat konvoi kendaraan mereka akhirnya memasuki gerbang tinggi dan tebal dari Mansion Santiago Timur—sebuah properti pribadi milik Leon yang sangat jarang disentuh publik, bahkan oleh anggota keluarga sendiri. Lokasi ini berada di tengah-tengah pegunungan tenang, tersembunyi di balik rimbunnya hutan dan kamera pengintai yang tersebar luas. Di sinilah Leon menyimpan sebagian besar hal-hal yang ingin ia lindungi dengan harga berapa pun.Elera masih mengenakan gaun berkilauan dari rencana pemotretan konyol sebelumnya, tapi wajahnya kini jauh dari ekspresi main-main. Napasnya teratur, tapi matanya gelisah, tetap memandangi Leon yang tak pernah melepaskan genggamannya sejak kekacauan tadi. Maya, meski terlihat lelah, masih sempat menyumpah pelan melihat sepatunya penuh debu akibat pelarian cepat tadi. Kai dan Dante, keduanya basah oleh keringat dan debu pertempuran, namun tetap dalam mode siaga.Begitu mereka tiba, puluhan pria berpakaian hitam yang sudah menun

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Permintaan Konyol Ratu Elera

    Hari itu tampak cerah, namun suasana di dalam mobil milik Leon terasa sedikit lebih tegang daripada biasanya. Setelah beberapa hari menjalani rutinitas yang lebih tenang, Elera yang biasanya lebih pendiam, tiba-tiba menjadi sangat penuh ide konyol—dan Leon serta dua sahabatnya, Kai dan Dante, yang lebih sering jadi korban kejahilannya, kini berada di posisi yang sangat tidak nyaman.Sambil duduk di kursi belakang, Elera memandangi mereka satu per satu dengan senyum nakal yang tak bisa dia sembunyikan. Leon menatapnya dari kaca spion, sudah merasa ada sesuatu yang tak beres. “Apa lagi yang ingin kamu minta sekarang, Ratu?”Elera menyandarkan punggungnya dengan santai, lalu berkata dengan nada yang penuh rencana. “Dante,” ujarnya sambil melirik ke arah pria berwajah dingin itu, “Aku ingin kamu berpakaian seperti model dan melakukan pemotretan dengan aku.”Dante hampir tersedak, sementara Kai yang duduk di sampingnya langsung menatapnya dengan heran. “Maaf, apa? Pakaian model? Pemotretan

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Dua Roda, Dua Hati, dan Satu Piring Gorengan

    Udara pagi di kota itu masih segar, langit biru cerah membentang tanpa awan. Jalanan belum terlalu padat, hanya ada lalu lintas yang bersahabat dan mata orang-orang yang terpesona oleh pemandangan luar biasa: Ducati Panigale V4 SP2 berwarna merah menyala, melaju tenang di tengah jalan, dan bukan hanya karena motornya yang mencolok……tetapi karena siapa yang mengendarainya.Leon Santiago—pengusaha, legenda urban, dan pria paling berwibawa di layar berita—mengenakan jaket kulit hitam, helm full-face yang dipoles sempurna, dan di belakangnya, duduk dengan nyaman (dan sedikit meringkuk manja) adalah seorang wanita yang dikenal di kalangan rumah sakit sebagai dokter galak dan penuh nyali—Elera Vasquez, istri sang raja jalanan pagi ini.Elera memeluk pinggang Leon erat, helmnya menempel pada punggung pria itu, suara mesin Ducati yang mendengung lembut membuatnya nyaris mengantuk… hingga…“Leon!” serunya dari balik helm.Leon mengurangi kecepatan sedikit, lalu menolehkan kepala. “Kenapa?”El

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Baby Shower, Monster Glitter, dan Ancaman Lanjutan

    Pagi itu, rumah Leon Santiago sudah lebih mirip aula pesta daripada tempat tinggal pasangan muda yang baru pulang dari bulan madu. Dekorasi pastel melayang-layang, dan aroma manis dari cupcake serta bunga segar memenuhi udara. Para staf sibuk mondar-mandir, menghindari teriakan Maya yang kini mengenakan headset seperti event organizer profesional.“Cepat, cepat! Aku tidak mau bunga itu jatuh ke kanan! Harus seimbang, seimbang!” serunya sambil menunjuk ke arah dinding backdrop bertuliskan ‘A Little Santiago is Coming!’Elera berdiri dengan bantal hamil palsu di bawah dressnya—ide Maya tentunya—dengan wajah antara malu dan tidak percaya dirinya ikut permainan seperti ini. Leon, sementara itu, bersandar santai di sisi ruangan, mengenakan kemeja kasual, memperhatikan istrinya dengan senyum tipis… hingga Kai datang.Kai, lengkap dengan wajah trauma yang belum sembuh dari semalam, menyeret kakinya masuk. “Kalian serius? Ini baru baby shower? Bukan acara pernikahan ulang?”Dante datang di be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status