Share

Pagi yang "CERIA"

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-18 07:11:06
Uap hangat mulai memenuhi ruangan saat air pancuran menyala, mengalir lembut di dalam kamar mandi hotel yang luas dan elegan. Elera berdiri di depan wastafel, baru saja melepas jubah tidurnya, ketika suara langkah kaki yang terlalu familiar membuatnya menegang.

Ia menoleh pelan, dan seperti yang ia duga—Leon sudah berdiri di ambang pintu, hanya mengenakan handuk putih melingkar di pinggangnya, rambutnya masih sedikit berantakan, wajahnya menyimpan senyum nakal yang terlalu berbahaya di pagi hari.

“Apa kau tahu arti dari ‘privasi’, Tuan Santiago?” tanya Elera dengan alis terangkat.

Leon mengangkat bahu sambil berjalan santai ke arahnya. “Aku tahu. Tapi kau istriku. Dan kamar mandi ini luas… dan airnya cukup untuk dua orang.”

Elera memutar mata. “Kalau aku menendangmu keluar sekarang, itu termasuk kekerasan dalam rumah tangga, kan?”

Leon tertawa pelan, lalu mendekat dan menyentuh pinggang Elera dengan satu tangan, menariknya sedikit lebih dekat. “Sayang, aku cuma ingin membantu. Kau tadi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bahagia yang Tidak Lama

    Malam telah turun dengan lembut, memeluk kota dalam semilir angin yang membawa aroma bunga musim semi. Setelah sambutan heboh dan pesta kecil di mansion Santiago bersama para sahabat mereka, Elera akhirnya bisa menghela napas lega. Ia duduk di balkon kamarnya, mengenakan gaun santai tipis dan secangkir teh hangat di tangannya. Cahaya lembut dari lampu taman menyinari wajahnya yang tampak tenang—setidaknya untuk malam ini.Dari dalam kamar, langkah kaki Leon terdengar mendekat. Ia baru saja selesai mengganti pakaian, mengenakan kaus hitam dan celana santai. Sejenak ia berdiri di ambang pintu balkon, memandangi istrinya yang kini terlihat jauh lebih damai dibandingkan saat pertama kali ia menculik—eh, menyelamatkan—gadis itu.“Kau tidak lelah?” Leon bertanya pelan, duduk di kursi seberang Elera.Elera menoleh, tersenyum tipis. “Bersama kalian semua? Lelah mental iya, fisik… belum tentu.”Leon tertawa kecil. “Kau bisa minta aku mengurut kakimu kalau mau.”“Terima kasih, tapi aku masih tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Ujung Tenaga

    Ruang operasi penuh dengan keheningan yang mendebarkan. Alat-alat medis berdenting pelan, suster-suster dan asisten bedah bekerja cepat, mengikuti instruksi Elera yang tegas dan fokus.Sudah hampir enam jam berlalu sejak operasi dimulai—operasi yang rumit, melibatkan trauma parah di bagian toraks dan perut. Semua mata tertuju pada Elera. Meski kelelahan sudah tampak jelas di wajahnya, dia tetap berdiri, tangan tetap stabil, matanya tajam.Tak ada yang tahu, semalaman Elera tak bisa tidur karena mimpi buruk tentang masa lalu dan segala kekacauan yang menimpa hidupnya akhir-akhir ini. Tapi saat berada di ruang operasi, semua itu menghilang. Di sana, dia adalah dokter. Penolong. Seseorang yang tak boleh gagal.Tangan bersarung lateksnya bergetar sedikit saat akhirnya dia meletakkan alat bedah terakhir. “Jahit luka bagian bawah… hati-hati,” ujarnya lirih.Asisten bedah mengangguk dan melanjutkan prosedur dengan cekatan.Elera melepas sarung tangan, menyenderkan tubuh ke dinding untuk sejen

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bos Mafia dan Si Dokter Galak

    Rumah sakit pagi itu mendadak menjadi tempat yang penuh bisik-bisik heboh. Para perawat yang biasanya berlari sibuk dari satu ruangan ke ruangan lain, kini malah berkumpul di dekat nurse station, memandang ke ujung lorong dengan ekspresi penuh penasaran dan antusiasme.“Dia datang lagi…” bisik salah satu perawat sambil menyikut temannya.“Dan lihat itu! Bawain bunga segede itu? Astaga, siapa yang bucin sekarang?” balas yang lain, nyaris menjerit tertahan.Langkah kaki tegap Leon Santiago terdengar mantap di lantai koridor rumah sakit. Namun bukan hanya itu yang mencuri perhatian. Pria itu mengenakan jas hitam rapi dengan dasi longgar—gaya yang sangat khas seorang eksekutif—tapi di tangannya… ada sekotak besar bunga mawar segar dan kantong kertas berisi makanan dari restoran bintang lima.Maya yang baru datang dari ruang istirahat dokter langsung mengerutkan kening saat melihat kerumunan. “Apa ini… ada kecelakaan massal?” tanyanya polos, sebelum matanya mengikuti arah pandang semua oran

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Malam romantis

    Suara gemericik air mengalun lembut dari balik pintu kamar mandi, sementara uap hangat mulai menyelimuti ruangan. Elera berdiri di bawah shower, membiarkan air mengalir menenangkan tubuhnya yang lelah setelah hari panjang. Rambutnya basah, dan sabun perlahan turun mengikuti lekuk punggungnya.Ia mengembuskan napas perlahan. Akhirnya, sedikit waktu untuk dirinya sendiri.Atau… setidaknya itu yang ia pikirkan.Klik.Elera menoleh cepat ke arah pintu yang tidak terkunci—kesalahan fatal yang terlalu sering dia lakukan akhir-akhir ini, terutama saat berbagi rumah dengan seseorang seperti Leon Santiago.Dan benar saja, sosok tinggi itu masuk tanpa beban, hanya mengenakan celana pendek tidur dan ekspresi paling tidak berdosa yang pernah Elera lihat.“Leon!” serunya, menutupi dada dengan satu tangan sementara tangan satunya mencari handuk. “Keluar! Ini kamar mandi, bukan ruang rapat!”Leon hanya mengangkat alis, lalu dengan tenang menarik kausnya dan melemparkannya ke gantungan. “Dan itu memb

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Cucian Basah Bernama Leon Santiago

    Malam itu mansion terasa lebih hidup dari biasanya. Tawa dari ruang makan menyebar hingga ke ruang tengah, tempat Kai dan Dante kini duduk santai sambil menikmati kopi, sementara Leon dan Elera masih di dapur kecil, bergurau sambil membereskan makanan sisa.Dante menyandarkan tubuhnya di sofa, satu tangan menopang kepala, sedangkan Kai duduk di samping dengan ekspresi penuh observasi.“Pernah membayangkan bos kita yang dingin dan penuh aura mafia itu... sekarang jadi budak cinta di dapur?” gumam Kai, menyesap kopinya.Dante menyeringai. “Dulu dia lebih banyak menatap layar komputer dan laporan bisnis daripada menatap wanita. Sekarang? Satu kerutan di kening Elera saja bisa bikin dia tegang setengah mati.”Kai mengangguk pelan, lalu memutar tubuhnya sedikit saat melihat Elera tertawa kecil saat Leon menyeka saus di sudut bibirnya dengan tisu. Pemandangan yang dulu tampaknya mustahil, sekarang jadi kebiasaan baru.Leon Santiago. Dulu dikenal sebagai pria paling rasional dan kanebo kerin

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Positive

    Beberapa jam setelah Maya akhirnya “dievakuasi” oleh Dante keluar dari kamar agar Elera bisa benar-benar beristirahat, suara ketukan pelan terdengar di pintu.Leon membuka dan mendapati Kai berdiri di ambang, membawa sebuah tas kecil.“Aku dapat kabar dari Maya, dan kupikir lebih baik kita pastikan daripada terus menerka-nerka,” ucap Kai sambil mengangkat alis dan membuka tasnya, menampilkan test pack yang masih tersegel rapi.Leon menoleh ke arah Elera yang masih bersandar di ranjang dengan wajah lelah dan bingung. “Kau mau mencobanya sekarang?”Elera menatap alat mungil itu, hatinya berdesir aneh. Campuran antara gugup, takut, dan entah—ada sedikit rasa hangat yang tidak bisa ia jelaskan.“Baiklah,” katanya akhirnya, mengambil test pack itu dari tangan Kai. “Tapi kalian tunggu di luar.”Kai tertawa kecil. “Tenang saja, ini bukan pertama kalinya aku menghadapi pasien galak. Tapi ini mungkin pertama kalinya pasien galaknya adalah istri bosku.”Leon hanya mendengus sambil menahan senyu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Versi Baru Leon Santiago

    “Leon... ini berlebihan.”Elera berdiri di depan pintu rumah sakit, memandang suaminya dengan ekspresi campur aduk antara geli, pasrah, dan sedikit frustasi. Di belakang Leon, dua pengawal bersenjata dengan setelan jas rapi berdiri siaga. Di sebelah kanan, mobil hitam dengan plat nomor khusus menunggu, dan di sebelah kiri… ada Kai yang tampak lelah memegangi kotak makan bergizi buatan chef pribadi Leon.“Kau hamil,” kata Leon dengan nada datar tapi tak terbantahkan. “Kau tidak boleh naik kendaraan umum, kau tidak boleh bawa mobil sendiri, dan kau tidak boleh melewatkan waktu makan. Aku serius.”Elera memutar bola matanya. “Leon. Aku masih bisa berjalan. Aku tidak sedang lumpuh.”“Tapi kau sedang mengandung anakku. Dan aku tidak ingin kau terpeleset hanya karena lantai rumah sakit terlalu mengilap,” jawabnya cepat.Kai, yang berdiri di samping mereka, menghela napas dan menyerahkan kotak makan itu. “Kau belum makan siang. Ini ikan kukus, sayur rebus, dan nasi merah. Kalau kau tidak mak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Wilayahku, Aturanku

    Pagi di mansion Santiago tak pernah benar-benar sunyi, tetapi pagi ini terasa berbeda. Ada ketenangan yang menggantung di udara, seolah dunia memberi waktu pada satu pasangan muda untuk menikmati sedikit kedamaian sebelum badai berikutnya datang.Leon berdiri di depan jendela kamarnya, mengenakan kemeja putih yang belum sepenuhnya dikancingkan. Matanya memandangi halaman depan, di mana para pengawal tampak lebih banyak dari biasanya.“Dobelkan penjagaan. Siapkan satu tim untuk investigasi sumber ancaman terakhir. Dan pastikan rumah sakit tempat Elera bekerja sudah disterilkan dari mata-mata mana pun,” katanya dingin melalui ponsel, suaranya seperti perintah militer yang tak bisa dibantah."Siap, Tuan Santiago," jawab suara dari ujung telepon sebelum sambungan diputus.Saat Leon berbalik, pandangannya langsung tertuju pada sosok di ranjang.Elera masih tertidur, wajahnya tenang dan tubuhnya membentuk gumpalan di bawah selimut. Ada rona lembut di pipinya, dan meski Leon sudah berkali-ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Empat Bulan

    Cahaya matahari pagi menembus jendela kamar keluarga itu, menyinari perlahan ranjang besar tempat tiga sosok terbaring santai. Leon membuka mata lebih dulu, menyadari bahwa ada dua kepala kecil—satu besar dan satu sangat kecil—yang menempel di dada dan lengannya.Alva sudah terbangun sejak tadi, tapi alih-alih membuat kekacauan, bocah itu hanya berbaring tenang sambil memeluk perut bundanya. Tangannya yang mungil membentuk lingkaran di perut Elera yang mulai sedikit menonjol.“Adik cepat datang ya,” bisiknya, pelan tapi penuh cinta. “Aku udah punya banyak mainan buat kamu.”Leon menahan senyum. Dia tak menyangka putranya bisa sedewasa itu di usianya yang belum genap tiga tahun.Elera mengerjap pelan, menggeliat sedikit, lalu tersenyum saat melihat kedua lelaki kecil dan besar itu memandanginya.“Pagi...” gumamnya.“Pagi,” jawab Leon lembut, mencium keningnya.“Adik belum datang,” Alva mengeluh kecil, masih menempel di perut bundanya. “Aku udah tunggu lama.”Elera tertawa. “Adik belum

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Suami CEO, Izin Istimewa

    Kepala rumah sakit Dr. Raymond belum lama duduk di ruangannya pagi itu saat sekretarisnya masuk sambil membawa secangkir kopi dan wajah ragu-ragu.“Ada panggilan penting, Pak. Dari... Tuan Leon.”Raymond menaikkan alis. “Pagi-pagi begini?”Sekretaris itu mengangguk. “Katanya, urgent family matter.”Dengan penasaran, Raymond mengambil telepon di meja dan menekan tombol sambungan. “Halo, Leon?”“Dokter Raymond,” suara Leon terdengar tegas namun santai di ujung sana. “Aku ingin melakukan sedikit penyesuaian.”Raymond menyandarkan tubuh ke kursi, sudah terbiasa dengan gaya langsung Leon. “Penyesuaian seperti apa? Jangan bilang kamu mau bangun tower baru di atas atap gedung RS.”“Bukan,” balas Leon. “Ini soal Elera. Dia sedang hamil, dan aku tidak ingin dia terlalu lelah. Aku minta agar jam praktik dan jadwal operasinya dipangkas—sebisa mungkin hanya menangani pasien ringan atau observasi saja.”Raymond tertawa pelan. “Leon... dia spesialis trauma bedah. Pasien ringan itu bukan menunya.”“

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Misi Rahasia Kakak Jenderal

    Setelah pengumuman kecil namun mengguncang pagi itu, Alva tampak semakin sibuk dengan “misi” barunya. Dengan ekspresi serius dan mulut cemberut khas anak-anak, ia berkeliling rumah dengan langkah kecilnya yang cepat, membawa boneka dinosaurus di tangan kanan dan mainan stetoskop mainan di lehernya.Elera, yang sedang duduk bersandar di sofa dengan Leon di sampingnya, tertawa melihat tingkah anak mereka. "Sepertinya dia benar-benar menyiapkan diri jadi kakak," katanya, mengusap perutnya yang masih rata tapi kini terasa berbeda.Leon melirik Alva yang sedang mendekat sambil menggertak bonekanya. "Dinosaurus jahat nggak boleh dekat-dekat adik!" serunya sambil menunjuk lantai dengan dramatis. "Adik masih kecil!"Elera menutup mulut menahan tawa, sementara Leon berpura-pura serius. “Tuan Jenderal,” katanya dengan nada formal, “kami sebagai rakyatmu siap menerima tugas.”Alva dengan cepat mendekat, menunjuk Leon dan berkata, “Papa jaga Mama! Aku jaga rumah!”Leon menegakkan badan, memberi h

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Keajaiban

    Pagi itu, Leon berangkat lebih awal dari biasanya. Ia harus melakukan perjalanan bisnis mendadak ke Surabaya. Sebelum pergi, ia sempat mengecup kening Elera yang masih setengah tertidur, membisikkan kata-kata lembut agar istrinya beristirahat dengan baik.Elera menggeliat kecil di tempat tidur, mendengar suara langkah kaki Leon menjauh. Rumah terasa sedikit sunyi tanpa kehadiran suaminya yang biasanya terlalu protektif dan selalu memastikan dirinya dalam pelukan sebelum pergi.Saat matahari naik perlahan di langit, Elera mempersiapkan diri untuk masuk kerja siang ini. Namun, ada sesuatu yang aneh.Tubuhnya terasa berbeda.Bukan hanya rasa lelah biasa, bukan hanya sisa rasa capek karena bermain sepanjang hari sebelumnya dengan Alva dan pasukan kecil mereka. Ini... sensasi yang sangat familiar.Sama seperti dulu, sebelum Alvario hadir dalam hidup mereka.Dengan jantung berdebar, Elera membuka laci kecil di meja riasnya. Di dalamnya, tersimpan beberapa test pack yang pernah ia simpan—han

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Taman Kecil, Cinta Besar

    Matahari sore menyinari taman belakang mansion Santiago dengan lembut. Rumput hijau yang terawat tampak berkilau keemasan, dan angin membawa aroma bunga segar yang baru saja mekar. Di tengahnya, sebuah tikar piknik sudah digelar rapi.Leon duduk bersandar di batang pohon, mengenakan kemeja santai dan celana linen. Di pangkuannya, Elera bersandar, rambutnya diikat longgar dan mengenakan gaun kasual berwarna pastel. Wajahnya bersinar lembut, penuh ketenangan dan kebahagiaan. Di depan mereka, Alva sedang bermain gelembung sabun yang ditiupkan oleh alat otomatis mungil—hadiah iseng dari Kai yang entah kenapa ternyata sangat berguna."Aku nggak ingat kapan terakhir kita bisa seperti ini. Santai. Tenang," bisik Elera sambil menggenggam tangan Leon yang membelai rambutnya.Leon menoleh dan mencium pelipisnya. "Dan utuh," tambahnya pelan. "Kamu, aku, dan Alva."Alva menjerit kecil kegirangan saat berhasil memecahkan gelembung sabun dengan kepalan mungilnya, lalu kembali berlari ke arah orang

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Keluarga Kecil

    Sore itu, setelah tawa dan kehebohan soal 'hukuman kerajaan', suasana di Mansion Santiago perlahan menjadi lebih tenang.Elera duduk santai di teras belakang bersama Leon dan Alva. Matahari mulai tenggelam, memandikan halaman dengan cahaya keemasan yang hangat.Leon memangku Elera di pangkuannya, sementara Alva duduk di samping mereka dengan mainannya.Sesekali Alva mengoceh dengan bahasa bayinya, membuat kedua orangtuanya tertawa lembut."Aku rindu momen santai seperti ini," gumam Elera sambil bersandar di dada Leon.Leon menunduk dan mengecup puncak kepala Elera. "Aku juga," katanya pelan, "keluarga kecilku adalah tempatku pulang."Alva yang sepertinya merasa diabaikan, langsung menarik tangan Leon sambil berkata, "Papa, mama, maen!"Leon tertawa dan membungkuk meraih Alva, mendudukkan si kecil di pangkuan mereka berdua.Mereka bertiga membentuk lingkaran kecil, begitu erat dan hangat."Kalau begini rasanya," kata Leon perlahan, sambil menatap kedua orang yang paling dicintainya,"a

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Kembali ke Hangatnya Rumah

    Langkah Elera menuruni tangga pelan-pelan, masih setengah mengantuk, tapi hatinya penuh kehangatan.Begitu ia mencapai lantai bawah, pemandangan yang menantinya membuatnya ingin tertawa dan menangis sekaligus.Di ruang keluarga, Alva sedang duduk di pangkuan Leon, dengan Dante di samping mereka — meskipun Dante masih tampak setengah memegangi lukanya sambil berlagak sebagai 'penasihat kerajaan' Alva.Kai, di sudut lain, memeriksa sesuatu di tablet sambil sesekali mencuri pandang ke arah mereka, dan Maya... Maya sibuk mengenakan mahkota mainan di kepala Alva.Suasana terasa begitu penuh cinta dan tawa.Leon, yang mendengar langkah ringan Elera, langsung menoleh.Tatapan matanya melunak saat melihat istrinya berdiri di sana, mengenakan piyama yang ia pilihkan tadi — rambutnya sedikit berantakan, mata masih sayu, tapi... bagi Leon, dia tak pernah terlihat lebih cantik dari ini.Tanpa berkata apa-apa, Leon bangkit, menggendong Alva di satu tangan, lalu menghampiri Elera."Ratu kita sudah

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Persiapan Pulang

    Pagi itu villa terasa lebih hidup dari biasanya. Sinar matahari menembus jendela besar, menari di atas lantai kayu hangat, sementara suara burung-burung kecil dari luar menjadi latar alami yang merdu.Leon dan Elera sibuk di kamar, mengemasi barang-barang mereka ke dalam koper.Elera duduk bersila di atas tempat tidur, melipat pakaian mereka dengan rapi, sementara Leon lebih banyak mondar-mandir, memasukkan berbagai benda ke dalam tas... bahkan beberapa barang yang sebenarnya bukan milik mereka.“Leon...” Elera memanggil sambil melipat blus. “Itu sandal villa. Bukan punya kita.”Leon melirik sandal di tangannya, lalu mengangkat bahu dengan cuek.“Mereka pasti mau memberikannya sebagai kenang-kenangan. Ini sandal saksi bisu pertempuran kita.”Elera memukul bantal di sebelahnya dengan geli. “Sandal villa, Leon.”Leon tertawa kecil, akhirnya meletakkan sandal itu kembali ke raknya. Dia lalu mendekat dan berjongkok di depan Elera, merebut blus dari tangannya dan mulai membantunya melipat

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Rencana Baru di Balik Canda

    Bulan madu mereka terasa seperti dunia milik berdua, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan mereka yang penuh dengan intrik dan tantangan. Di tengah keheningan pantai yang indah, hanya suara deburan ombak yang terdengar, Elara dan Leon menikmati momen penuh kedamaian, jauh dari segala ancaman.Leon terbaring di samping Elara, menatap wajah istrinya yang kini tengah berbaring santai di atas matras besar. Tangannya melingkar di pinggang Elara, membelai lembut perutnya. Mata Leon yang penuh perhatian tak lepas dari Elara, seakan mengekspresikan sejuta kata yang tak terucapkan.Dengan senyum nakal, dia mendekatkan wajahnya ke perut Elara, mencium lembut kulitnya yang halus. "Aku sangat senang," katanya dengan suara lembut yang hampir berbisik, "jika di dalam perutmu ini akan ada adik untuk Alvario."Elara menatapnya dengan sedikit rasa terkejut, namun senyum perlahan muncul di bibirnya. "Leon..." suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya, penuh kehangatan. "Apa yang kamu katakan itu... seriu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status