Noah menyingkirkan pelan tubuh Agnes yang berada di dalam dekapannya, dengan penuh hati-hati. Pria itu menarik selimut menutupi tubuh Agnes dengan selimut tebal itu dan menyeka sedikit rambut Agnes yang menutupi wajah wanita itu.Noah menatap kini Agnes sudah tertidur sangat pulas. Dia lega karena sekarang Agnes sudah terlelap. Berikutnya, tatapan Noah teralih pada jam dinding—waktu menunjukkan pukul satu malam.Raut wajah Noah berubah. Kepingan memorinya mengingat dirinya meninggalkan Odelia di kantor begitu saja, di kala dirinya mendapatkan kabar tentang Agnes yang mengalami kecelakaan.Kepanikan melingkupi diri Noah. Detik itu juga Noah berjalan keluar meninggalkan kamar Agnes sambil merogoh ponselnya menghubungi asistennya. Dia membutuhkan informasi tentang Odelia dari sang asisten.“Selamat malam, Tuan,” sapa Barney dari seberang sana kala panggilan sudah terhubung. “Barney, apa kau tahu jam berapa Odelia pulang?” ujar Noah dengan nada sedikit khawatir. Pria itu masih belum meni
“Aku masuk duluan. Kau tunggulah beberapa menit, baru kau masuk.” Odelia membuka seatbelt-nya, dan hendak masuk ke dalam perusahaan, namun Noah yang duduk di kursi kemudi segera menahan lengan Odelia tak membiarkan Odelia turun dari mobil begitu saja.“Tunggu.” Noah mencegah Odelia untuk masuk ke dalam.Odelia mengembuskan napas panjang. “Ada apa, Noah?” tanyanya.“Kau tidak bisa masuk sendirian,” ucap Noah dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.Kening Odelia mengerut dalam. “Apa maksudmu, Noah?” tanyanya tak mengerti.Tanpa berkata apa pun, Noah membuka seatbelt-nya, dan turun dari mobil sambil menarik tangan Odelia untuk turun dari mobil. Tampak raut wajah Odelia berubah terkejut melihat Noah menarik tangannya.“Noah, lepaskan tanganku,” seru Odelia meminta Noah untuk segera melepaskan tangannya. Dia melihat ke sekitar sebentar, memastikan bahwa tidak ada karyawan yang melihatnya bersama dengan Noah. Tentu Odelia panik dan takut kalau ada karyawan yang melihatnya bersama dengan No
Sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari perusahaan Noah menjadi tempat di mana Noah sarapan bersama Monica dan Odelia. Makanan lezat sudah terhidang. Hanya Monica yang makan dengan lahap. Sedangkan Odelia hanya memesan susu cokelat hangat dan roti. Pun Noah hanya meminum kopi. Ya, sebelum ke kantor Noah dan Odelia sudah sarapan bersama.“Monica, bagaimana persiapan pernikahanmu dengan Victor?” tanya Odelia lembut sambil menatap Monica. Jauh dari dalam lubuk hati Odelia terdalam, dia lebih setuju Monica mencari pria lain, bukan Victor. Akan tetapi, dia tidak mungkin memberikan saran seperti itu. Bisa-bisa, Monica akan salah paham padanya.Monica mendesah panjang. “Belakangan ini Victor sibuk sekali. Jadi, aku menyiapkan sendiri persiapan pernikahanku.” Raut wajah Monica nampak sangat kesal. Dia harus menyiapkan pernikahan seorang diri, tanpa bantuan Victor.Odelia terdiam sebentar. Ingin rasanya dia memberi saran pada Monica untuk menghentikan persiapan pernikahan itu, namun dia tidak
“Noah, jadi Agnes masih tinggal di apartemennya yang lama?” ujar Monica bertanya sambil menyesap susu cokelat yang diantar oleh sang pelayan. Dia masih duduk di kafe bersama dengan Noah, karena Odelia dan juga Victor belum muncul. Noah mengangguk singkat. “Ya, dia masih tinggal di apartemen lamanya.”Monica menurunkan gelas di tangannya, dan meletakan ke atas meja. “Aku kasihan sekali pada Agnes, Noah. Dia mendapatkan suami yang jahat. Untungnya sekarang dia sudah berpisah dengan suaminya. Oh, ya, Noah, apa kau sudah memperkenalkan langsung Agnes pada Odelia?”“Belum,” jawab Noah singkat.Kening Monica mengerut dalam. “Kau belum memperkenalkan Agnes pada Odelia? Kenapa, Noah?” tanyanya bingung. Padahal Noah saja sudah memperkenalkan Odelia pada keluarga besarnya, tapi kenapa malah belum memperkenalkan Odelia pada Agnes?“Aku belum menemukan moment yang tepat memperkenalkan Odelia pada Agnes,” jawab Noah dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Benarkah? Kalau aku menjadi dirimu, aku
Tubuh Noah membatu di tempatnya mendengar apa yang Odelia katakan. Sepasang iris mata pria itu memancarkan jelas rasa keterkejutannya. Napas Noah sedikit memburu. Kata-kata Odelia terus terngiang di dalam benaknya.Noah mulai membalikkan badannya, menatap Odelia dengan tatapan dalam serta penuh arti. “Apa kau bilang?” serunya seraya melangkah mendekat ke arah Odelia. Nadanya tersirat penuh tuntutan agar Odelia menjawab dengan lugas pertanyaannya.Odelia terdiam sebentar mengatur napasnya. Dia berusaha untuk setenang mungkin. Walaupun dia tahu Noah akan marah dan kecewa padanya. Namun, Odelia tidak bisa jika terus menerus hanyalah diam.Ya, Odelia telah mengambil keputusan untuk menceritakan yang sejujurnya pada Noah. Dia tidak ingin terus menerus menutupi hal yang membuat hatinya sesak. Terlebih tadi Victor sudah nekat mendekatinya di belakang Noah. “Victor adalah mantan kekasihku. Dia meninggalkanku demi wanita lain. Keluarganya tidak setuju padaku, karena latar belakangku yang kelu
Noah bisa sedikit tenang karena Odelia tidak percaya dengan ucapan sialan Victor Vendros. Jika saja Odelia sampai memercayai ucapan Victor, Noah bersumpah akan melenyapkan Victor dengan kedua tangannya sendiri.Noah membenci seseorang yang ikut campur urusan kehidupannya. Kalau sampai Victor ikut campur dengan hubungannya dengan Odelia, itu menandakan Victor masih menaruh perasaan pada Odelia.Membayangkan itu semua membuat amarah dalam diri Noah semakin menjadi, layaknya terkena bara api yang panas. Noah tidak akan mungkin hanya diam saja, ketika mengetahui semua ini.Ya, pagi ini Noah tidak datang ke kantornya. Dia hanya menurunkan Odelia saja di depan kantor, dan beralasan memiliki meeting di luar. Untungnya Odelia menurut dan sama sekali tidak curiga pada Noah—yang tengah menutupi sesuatu dari Odelia.Mobil sport Noah mendarat di sebuah gedung pencakar langit di kota New York. Sebuah gedung yang tertuliskan jelas logo ‘V’ yang mana merupakan Vendros Group. Pagi itu, Noah memang me
“Odelia, aku membutuhkan tanda tanganmu.” Darla menyerahkan dokumen yang ada di tangannya pada Odelia yang duduk di kursi kerjanya. Siang itu, Odelia memang sudah cukup sibuk dengan pekerjaan. Beberapa hari kesehatan menurun, membuat pekerjaan Odelia sedikit menumpuk.Sebenarnya, Odelia bisa saja bersantai tapi dia tidak ingin seperti itu. Terlebih gossip Odelia adalah kekasih Noah Danzel sudah tersebar dengan cepat. Odelia tidak ingin menggunakan nama Noah untuk membuatnya malas bekerja.Odelia mengambil dokumen yang diberikan oleh Darla dan segera membubuhkan tanda tangannya ke dokumen itu—lalu memberikan pada Darla. “Laporan yang minggu lalu sudah aku kirimkan ke email-mu. Tolong kau cek email-mu.”Darla mengangguk samar. “Oke, nanti aku akan memeriksa email-ku. Anyway, aku kagum sekali pada Noah yang akhirnya memublikasikan hubungan kalian di depan publik. Kau tahu? Namamu sekarang menjadi pembahasan utama di group kantor. Tapi tenang, tidak ada yang mengatakan hal buruk. Mereka t
Noah turun dari mobilnya, dan melangkah masuk ke dalam perusahaannya. Pria itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukkan pukul empat sore. Sebelumnya, dia memiliki meeting di luar. Itu kenapa dirinya sekarang baru datang ke kantor.Sebenarnya, Noah bisa saja langsung kembali pulang, namun dia tidak mau karena dia ingin pulang bersama dengan Odelia. Jadwalnya cukup padat. Tadi pagi pun dia tidak bisa berangkat bersama Odelia.Ting! Pintu lift terbuka. Noah melangkah keluar dari lift.“Selamat sore, Tuan.” Seorang sekretaris melangkah menghampiri Odelia yang baru saja keluar dari lift.Noah mengangguk singkat membalas sapaan sang sekretaris. “Apa kau melihat Odelia?” tanyanya datar.“Nona Jackson sudah pulang, Tuan. Tadi yang saya dengar beliau pulang lebih awal,” tutur sang sekretaris sopan.Kening Noah mengerut. “Odelia pulang lebih awal? Apa dia sakit?” tanyanya khawatir. Beberapa hari belakangan ini kesehatan Odelia menurun. Itu kenapa Noah menduga ka