Setelah berada diluar, Sylvia langsung bergegas masuk kedalam mobil. Saat Sylvia sudah masuk dan menutup pintu mobil, Edgar langsung memerintahkan supir untuk menjalankan mobilnya. Pak supir itu langsung menjalankan mobilnya sesuai perintah Edgar.Sambil menoleh ke arah Edgar, Sylvia pun bertanya. “Kita mau jalan-jalan kemana?” “Nanti kamu juga tau,” ucap Edgar.Mendengar jawaban dari Edgar, Sylvia langsung mengendus kesal. “Dasar nyebelin! Tinggal jawab aja apa susahnya sih? Main rahasia-rahasiaan segala.” “Bisa gak sih gak usah berisik? Aku lagi fokus nih.” Edgar berucap sambil memainkan game diponselnya.Sylvia langsung mengalihkan pandangannya. Lalu sambil melipat kedua tangannya ia pun bergumam. “Kalau main game aja fokus banget. Kalau disuruh kerja entar-entaran. Dasar bocah.” “Jangan ngedumel terus. Aku bisa mendengar semuanya dengan jelas,” sahut Edgar.Sylvia langsung melirik ke arah Edgar. “Percuma kalau cuma di dengerin doang tapi masih tetep main game. Lagi pula aku kan
Malam itu Sylvia dan Edgar menikmati waktu mereka untuk berjalan-jalan di pekan raya Jakarta. Sylvia sendiri heran kenapa Edgar mengajaknya ke Pekan Raya Jakarta. Biasanya orang-orang terpandang seperti keluarga Edgar lebih suka pergi keluar kota, keluar negeri, atau minimal ke restoran bintang 5 untuk menikmati waktu senggang mereka. Sylvia yang penasaran, ia pun memberanikan diri untuk bertanya. “Kenapa kamu mengajak ku ke tempat ini? Kenapa kita gak makan malam di restoran aja?” “Enggak ah, males! Lebih enak disini. Selain tempat ramai, makanan dan minuman yang dijual disini semuanya enak. Bahkan kita bisa nonton live musik disini dan yang paling penting, kita bisa membeli jajanan dengan harga yang lebih murah berkat kupon diskon ini.” Edgar berucap sambil memperlihatkan kumpulan kupon diskon yang ia dapatkan saat di pintu masuk.Setelah mendengar ucapan Edgar, Sylvia langsung mengalihkan pandangannya dan mulai bergumam. “Dasar orang kaya aneh. Punya banyak uang tapi beli makanan
Edgar dan Sylvia langsung pergi ke booth kopi untuk mengambil kopi yang mereka dapatkan dari tantangan teriak berhadiah kopi. Sesampainya di booth kopi, mereka langsung mengambil kopi sesuai rasa yang sudah mereka pilih. Slluuurrpp… “Ahh … enak juga ternyata rasa kopinya,” ucap Sylvia setelah menyeruput kopi yang ia dapatkan.“Setelah ini kita cari makanan berat yuk, aku udah laper nih,” ajak Edgar.“Sama, aku juga laper,” sahut Sylvia. Lalu, ia menoleh ke Edgar. “Memangnya kita mau makan dimana?” “Disekitar sini aja, nanti kita beli beberapa makanan. Pasti bisa bikin kita kenyang,” ucap Edgar. Sambil menghabiskan kopinya, mereka pun duduk dikursi kursi yang sudah disediakan di booth tersebut. Malam itu Sylvia merasa sangat senang karena bisa jalan-jalan bersama Edgar. Meskipun bukan pergi ke restoran mewah, seperti yang ia pikirkan di awal. Namun, ia masih tetap bisa menikmati semua makanan dan minuman yang ada ditempat tersebut. Beberapa menit kemudian mereka pun pergi dari boot
Sylvia terus berlari mengejar Edgar. Bahkan saat menuruni anak tangga, Sylvia terus berlari sambil meneriaki nama Edgar. Saat Sylvia akan menuruni tiga anak tangga terakhir, salah satu kakinya justru terpeleset. Alhasil Sylvia pun terjatuh dari tangga.“Aaaaaaa,” jerit Sylvia.Bugh! Edgar yang hampir mendekati pintu, ia langsung berbalik badan saat mendengar jeritan Sylvia. “Sylvia!” Edgar yang khawatir dengan kondisi Sylvia, ia langsung bergegas menghampiri Sylvia. Dengan bantuan Edgar, Sylvia berusaha untuk berdiri. Namun, saat Sylvia mencoba berdiri, ia justru meringis kesakitan. “Aaauwww.” “Ada apa?” tanya Edgar.Sambil menahan rasa sakit dengan terus meremas pundaknya Edgar, Sylvia pun angkat bicara. “Salah satu kaki ku sakit, sepertinya kaki ku terkilir saat terjatuh tadi.”Edgar langsung berdecak. “Maka nya lain kali turunnya hati-hati.” Sylvia yang kesal mendengar ucapan Edgar, ia langsung memukul dada Edgar. “Aku juga buru-buru, karena mengejar kamu tau!” “Aku bukan laya
Edgar pun memikirkan ucapan Sylvia. Tak lama kemudian Edgar pun menoleh ke Sylvia. “Kamu bantuin aku ya, untuk buktikan kemampuan aku ke ibu.”Sylvia langsung menyentuh tangan Edgar. “Pasti, aku pasti akan membantu kamu supaya kamu bisa mendapatkan pengakuan dari ibu.” Mendengar ucapan Sylvia, Edgar langsung tersenyum. Begitu pun dengan Sylvia ia juga tersenyum saat melihat Edgar bisa kembali tersenyum. Lalu tanpa disadari oleh Sylvia, wajah Edgar justru semakin dekat.Sylvia pun kembali gugup saat Edgar menatapnya terlalu dekat. Dengan keringat yang mulai membasahi keningnya, Sylvia pun angkat bicara. “Ka-kamu mau ngapain?” Bukannya menjawab pertanyaan Sylvia, Edgar justru mencium bibir Sylvia. Serangan yang dilakukan oleh Edgar secara tiba-tiba tentu saja membuat Sylvia sangat terkejut. Bahkan tanpa mereka sadari, dari lantai atas Catherine yang baru keluar dari ruang kerjanya, justru tersenyum melihat hal yang dilakukan oleh Edgar dan Sylvia. “Sepertinya tidak lama lagi aku akan
Agar tidak membangunkan Edgar yang sudah tertidur lebih awal, Sylvia naik keatas tempat tidur secara perlahan. Setelah berbaring, ia pun tidak lupa untuk memakai selimut. Lalu, Sylvia mematikan lampu kamar. Namun, baru saja Sylvia mematikan lampu, Edgar justru sudah mendekati dirinya. Sylvia yang terkejut karena Edgar ternyata belum sepenuhnya tertidur, ia langsung mendorong tubuh Edgar. “Aaaaaaa! Edgar! Menjauhlah dariku! Nafas mu bau tau!”Sambil memegang pergelangan tangan Sylvia, Edgar pun menyahut. “Benarkah? Lantas kenapa tadi saat aku mencium mu, kamu gak protes sedikit pun?” Sylvia pun terjebak dengan ucapannya sendiri. Lalu, sambil melirik ke arah lain, Sylvia mencoba mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Edgar. “Tadikan aku gak sadar kalau nafas mu bau. Udah sana geseran tidurnya. Aku sempit tau kalau kamu terlalu mepet ke arah ku.” Lalu Edgar pun melepaskan tangan Sylvia. Sambil kembali ke posisi semula, Edgar pun berucap. “Kamu ini gak peka atau terlalu polos sih. Ki
Setelah Sylvia menyingkir dari depan pintu, Edgar langsung masuk kedalam kamar untuk bergegas mandi. Sambil menunggu Edgar, Sylvia memilih duduk disofa untuk merancang desain gaun terbaru. Ia pun dengan serius mendesain baju mengunakan iPadnya. Setelah 30 menit berlalu, Edgar akhirnya keluar dari kamar. Melihat Edgar sudah keluar dengan berpakaian rapih, Sylvia langsung beranjak dari sofa. Sambil berjalan menghampiri Edgar, Sylvia pun berucap. “Aku pikir, kamu gak paham bagaimana cara berpakaian yang rapih.”“Aku berpakaian seperti ini, supaya aktingku lebih meyakinkan aja. Edward kan gaya berpakaiannya rapih dan terlalu formal,” sahut Edgar.“Terserah kamu lah, ayo kita sarapan dulu,” ucap Sylvia.Edgar langsung menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Sylvia. Lalu, mereka pun berjalan ke lantai bawah untuk pergi ke meja makan. Tak lama kemudian mereka pun sampai di meja makan. Sementara itu Catherine yang sudah lebih dulu berada di meja makan, ia langsung tersenyum saat melih
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, mereka akhirnya sampai di depan butik milik maminya Sylvia. Saat melihat Sylvia sudah bersiap-siap untuk turun dari mobil, Edgar langsung mengulurkan tangannya. Melihat hal itu Sylvia pun bingung.Sambil melirik ke arah Edgar, Sylvia pun berkata. “Apa nih maksudnya?” “Salim, aku ini kan suami kamu. Jadi, kamu harus pamit dengan cara cium tangan aku terlebih dahulu,” ucap Edgar.Tak lama kemudian Sylvia mencium tangan Edgar. “Masih ada lagi gak ritual yang lain? Aku mau turun nih.”“Gak ada. Udah sana masuk,” ucap Edgar.Mendengar ucapan Edgar, Sylvia langsung turun dari mobil. Edgar pun terus mengamati Sylvia sampai Sylvia benar-benar masuk ke dalam butik dengan aman. Tak lama kemudian ia pun memerintahkan supir untuk menjalankan mobil menuju ke kantor. Sesampainya di depan lobby kantor, Edgar langsung turun dari mobil. Lalu, dengan postur tubuh yang tegap dan gagah, Edgar melenggang masuk kedalam kantor. Jika hari pertama Edgar datang ke k
Sesampainya didepan ruangan Larissa, Sylvia langsung membuka pintu ruangan tersebut. Saat melihat kedatangan Sylvia, Elis yang sedang merapikan beberapa dokumen, ia langsung beranjak dari kursinya. Lalu, ia pun bergegas menghampiri Sylvia.Ceklek!"Bu Sylvia." Elis berucap saat melihat kedatangan Sylvia."Selamat datang, bu. Silahkan duduk," ucap Elis."Iya," sahut Sylvia.Sylvia dan Edgar bergegas duduk di sofa yang ada didalam ruangan Larissa. Setelah duduk, Sylvia pun mulai mengutamakan maksud kedatangannya."Begini Elis, sebenarnya kedatangan saya kesini ini menanyakan sesuatu ke kamu," ucap Sylvia."Mau menanyakan apa ya, bu?" tanya Elis."Belum lama ini saya sempat mengirimkan sebuah rekaman video ke email kamu. Apa kamu udah memeriksa email kamu? Saya khawatir rekaman video itu gak sempat terkirim," tanya Sylvia."Tunggu sebentar ya, bu. Saya ambil iPad saya dulu," ucap Elis.Elis pun beranjak dari sofa. Lalu, ia pun mengambil iPad miliknya yang ia letakkan di meja kerja Lariss
Melihat istrinya panik, Edgar bukannya melepaskan pelukannya ia justru semakin menggoda Sylvia. Sedangkan Sylvia sendiri terus berontak agar bisa melepaskan diri dari pelukan Edgar. "Edgar!! Lepasin aku!" Sylvia berucap sambil mendorong dada Edgar."Tidak mau! Aku tidak akan membiarkan kamu kabur. Hari ini juga kamu akan menjadi milikku seutuhnya. Muaacchh." Edgar menyahut dengan mencium bibir istrinya diakhir ucapannya.Sylvia yang sudah kesal, ia langsung mencubit lengannya Edgar. Sontak, hal itu membuat Edgar melepaskan pelukannya. "Aaaaaaa!!" jerit Edgar."Syukurin emangnya enak! Genit sih jadi cowok," ucap Sylvia."Kamu kenapa cubit tangan aku sih? Aku kan cuma pengen mesra-mesraan sama kamu." Edgar bertanya sambil mengusap tangannya yang bekas dicubit Sylvia."Aku kan udah pernah bilang sama kamu, aku belum mau melakukan hal itu sama kamu sebelum semua masalah ini selesai dan status pernikahan kita jelas," ucap Sylvia."Masih lama dong kalau begitu." Edgar menyahut sambil meng
Satu jam kemudian.Setelah berada di kantor, Edgar langsung langsung mengeluarkan surat pernyataan mengenai pemecatan Frans. Hanya berselang setengah jam setelah Edgar mengesahkan surat tersebut, ponsel Edgar tiba-tiba saja berbunyi. Edgar pun mengambil ponselnya.Kriinngg..."Ibu." Edgar berucap saat menatap layar ponselnya.Menyadari bahwa ibunya pasti udah mendapatkan kabar tentang pemecatan Frans, Edgar pun meletakkan ponselnya dan membiarkan ponselnya terus berbunyi. Catherine yang merasa kesal karena panggilan telponnya diabaikan oleh Edgar, ia pun memutuskan untuk pergi ke kantor guna menemui putranya."Aaarrrgghh!! Edgar pasti sengaja tidak menjawab ponselku. Sebaiknya aku temui saja dia dikantor," ucap Catherine. Catherine langsung mengambil tasnya untuk pergi menemui Edgar. Setelah melewati kemacetan yang cukup parah, Catherine akhirnya sampai di depan kantor. Setelah turun dari mobil, dengan langkah cepat, Catherine langsung berjalan menuju ke ruangan Edgar. Tak lama ia pu
Tak lama kemudian Edgar pun membawa Sylvia keluar dari ruang UGD. Kemudian Edgar pun pergi sebentar ke loket administrasi untuk membayar perawatan Sylvia. "Kamu tunggu disini sebentar ya, aku mau urus administrasi nya dulu," ucap Edgar.Sylvia langsung menganggukkan kepalanya. "Iya." Selagi menunggu Edgar selesai mengurus pembayaran administrasinya, Sylvia pun menunggu di ruang tunggu UGD. Saat mengingat bahwa ponselnya sudah diambil oleh pak Thomas, Sylvia langsung mendengus kesal."Sial! Semoga aja Elis udah melihat email yang aku kirimkan tadi deh," gumam Sylvia.Setelah menunggu cukup lama, Edgar pun datang. "Udah selesai semuanya?" tanya Sylvia."Udah, yuk kita pulang sekarang." Edgar berucap dengan mengulurkan tangannya."Pulang? Kenapa gak kembali ke kantor aja? Urusan kita kan masih banyak yang harus dikerjakan," tanya Sylvia."Urusan kantor, om Dean beser pak Thomas biar jadi urusan aku. Kamu istirahat dirumah aja," ucap Edgar."Edgar! Aku ini bosan istirahat dirumah terus
Sesampainya dirumah sakit, Edgar langsung turun dari mobil. Lalu, ia pun mengeluarkan Sylvia dari dalam mobil. Sambil menggendong Sylvia, ia pun membawa Sylvia ke ruang UGD."Dokter! Suster! Tolong selamatkan istri saya," teriak Edgar.Tak lama seorang dokter pun datang menghampiri Edgar. "Istrinya kenapa pak?" "Istri saya pingsan dok, tolong periksa istri saya dulu." Edgar berucap sambil terus menggendong istrinya.Dokter langsung menunjuk ke arah ruang UGD. "Silahkan bawa istrinya ke dalam, pak."Edgar pun menganggukkan kepalanya. "Baik, dok."Sesuai perintah dokter, Edgar langsung membawa istrinya masuk kedalam ruang UGD. Saat melihat ada ranjang yang kosong, Edgar langsung membaringkan Sylvia diatas ranjang tersebut. Tak lama dokter pun mulai memeriksa kondisi Sylvia. "Sebaiknya bapak tunggu diluar saja ya. Biarkan dokter berkonsentrasi untuk memeriksa kondisi pasien," ucap seorang suster yang menghampiri Edgar.Edgar pun dengan berat hati keluar dari ruang UGD. Selama Sylvia se
"Kenapa om? Om terkejut melihat keberadaan ku disini? Sama om, aku juga terkejut mendengar semua ucapan om. Kenapa om segitu teganya sama Edward? Memangnya salah Edward apa, om?" cecar Edgar.Frans langsung memegang pundak Edgar. "Kamu salah paham Edgar, semua yang kamu dengar gak seperti apa yang kamu pikirkan."Edgar pun menghempaskan tangan omnya. "Salah paham apanya om?! Aku jelas-jelas denger kalau om dan pak Thomas yang membuat rencana untuk melenyapkan Edward. Dia itu saudara kandung ku, om! Keponakan kandung om sendiri!" "Om terpaksa melakukan semua itu Edgar, maafkan om." Frans berucap sambil menundukkan kepalanya."Maaf om bilang?" tanya Edgar. "Saudara kembar ku udah tewas, om!" teriak Edgar.Melihat suaminya yang sudah emosional, Sylvia langsung menghampiri suaminya. Lalu, Sylvia memegang lengan suaminya. "Udah Edgar, kamu gak usah berteriak. Itu hanya membuang energi mu aja. Sebaiknya kita laporkan hal ini ke kantor polisi. Pelakunya harus mendapatkan hukuman yang setim
Siang harinya.Menjelang jam makan siang, Edgar menerima telpon dari sekretarisnya. Ia mengatakan kepada Edgar bahwa ia melihat Frans baru saja pergi. Mendengar kabar tersebut, Edgar langsung menutup telponnya. "Benarkah?" tanya Edgar."Iya pak, baru 3 menit yang lalu saya melihat pak Frans meninggalkan mejanya. Sepertinya ia akan pergi menemui seseorang," ucap sekretaris."Kamu tau dari mana?" tanya Edgar."Pengamatan saya aja pak, karena saya melihat bahwa pak Frans sangat terburu-buru untuk pergi setelah beliau menerima panggilan telpon," ucap sekretaris."Baiklah, terimakasih atas informasinya," sahut Edgar."Sama-sama pak," sahut sekretaris. Edgar langsung meletakkan gagang telponnya. Kemudian ia pun beranjak dari kursinya. Sambil berjalan menghampiri istrinya, Edgar pun berkata. "Ayo Sylvia, kita buntuti om Frans."Sylvia langsung menoleh ke arah Edgar. "Memangnya om Frans udah pergi?""Udah, tadi aku dapet informasi dari sekretaris. Katanya om Frans belum lama ini pergi. Kit
Setelah selesai sarapan Edgar dan Sylvia langsung pergi ke kantor. Selama di perjalanan menuju kantor, Edgar terus mengecek laporan keuangan perusahaan. Melihat kesibukan yang dilakukan oleh Edgar, Sylvia memberanikan diri untuk bertanya.Dengan melirik ke arah iPad yang ada di tangan Edgar, Sylvia pun bertanya. “Kamu lagi ngapain sih? Keliatannya sibuk banget.”Sambil terus menatap layar iPadnya, Edgar pun menjawab. “Aku lagi ngecek laporan keuangan perusahaan.”“Memangnya ada yang aneh dengan laporannya?” tanya Sylvia.“Sejauh ini sih belum ada,” ucap Edgar. Lalu, Edgar pun menoleh ke arah Sylvia. “Nanti kamu ikut aku sebentar ya.”“Kemana?” tanya Sylvia.“Membuntuti om Frans secara diam-diam,” ucap Edgar.Sylvia pun mengerutkan keningnya. “Maksudnya gimana?” “Beberapa hari yang lalu, aku minta bantuan sama Richard untuk menyadap ponsel om Frans. Kemarin, Richard mengatakan bahwa om Frans menerima panggilan telpon dari nomor yang gak dikenal dan mereka janjian di sebuah tempat untu
3 hari kemudian.Setelah dirawat dengan telaten oleh Edgar, kini kondisi Sylvia sudah semakin membaik. Bukan hanya itu saja hubungan diantara mereka pun semakin mesra. Bahkan, kini Edgar sudah tidak sungkan untuk mencium pipi Sylvia ataupun memanggilnya dengan sebutan sayang.“Kamu yakin mau ikut ke kantor hari ini?” Edgar bertanya sambil memasang kancing diujung lengannya.“Yakin.” Sylvia berucap sambil menyisir rambutnya. “Aku ingin masalah ini cepat selesai. Aku gak mau hidupku gak bebas hanya karena pak Thomas belum kunjung tertangkap.”Dengan membawa dasinya, Edgar pun menghampiri Sylvia. Saat berada di samping Sylvia, Edgar langsung menyerahkan dasinya. “Baiklah, kamu boleh ikut ke kantor, tapi kamu gak boleh jauh dari aku. Kamu harus selalu berada di depan mata ku.”Sylvia pun mengambil dasinya Edgar. Sambil memasangkan dasi tersebut, Sylvia langsung menimpali ucapan Edgar. “Kalau aku selalu ada di depan mata kamu, nanti kamu gak bisa kerja dong. Gimana coba mau ngecek berkas-b