Agar tidak membangunkan Edgar yang sudah tertidur lebih awal, Sylvia naik keatas tempat tidur secara perlahan. Setelah berbaring, ia pun tidak lupa untuk memakai selimut. Lalu, Sylvia mematikan lampu kamar. Namun, baru saja Sylvia mematikan lampu, Edgar justru sudah mendekati dirinya. Sylvia yang terkejut karena Edgar ternyata belum sepenuhnya tertidur, ia langsung mendorong tubuh Edgar. “Aaaaaaa! Edgar! Menjauhlah dariku! Nafas mu bau tau!”Sambil memegang pergelangan tangan Sylvia, Edgar pun menyahut. “Benarkah? Lantas kenapa tadi saat aku mencium mu, kamu gak protes sedikit pun?” Sylvia pun terjebak dengan ucapannya sendiri. Lalu, sambil melirik ke arah lain, Sylvia mencoba mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Edgar. “Tadikan aku gak sadar kalau nafas mu bau. Udah sana geseran tidurnya. Aku sempit tau kalau kamu terlalu mepet ke arah ku.” Lalu Edgar pun melepaskan tangan Sylvia. Sambil kembali ke posisi semula, Edgar pun berucap. “Kamu ini gak peka atau terlalu polos sih. Ki
Setelah Sylvia menyingkir dari depan pintu, Edgar langsung masuk kedalam kamar untuk bergegas mandi. Sambil menunggu Edgar, Sylvia memilih duduk disofa untuk merancang desain gaun terbaru. Ia pun dengan serius mendesain baju mengunakan iPadnya. Setelah 30 menit berlalu, Edgar akhirnya keluar dari kamar. Melihat Edgar sudah keluar dengan berpakaian rapih, Sylvia langsung beranjak dari sofa. Sambil berjalan menghampiri Edgar, Sylvia pun berucap. “Aku pikir, kamu gak paham bagaimana cara berpakaian yang rapih.”“Aku berpakaian seperti ini, supaya aktingku lebih meyakinkan aja. Edward kan gaya berpakaiannya rapih dan terlalu formal,” sahut Edgar.“Terserah kamu lah, ayo kita sarapan dulu,” ucap Sylvia.Edgar langsung menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Sylvia. Lalu, mereka pun berjalan ke lantai bawah untuk pergi ke meja makan. Tak lama kemudian mereka pun sampai di meja makan. Sementara itu Catherine yang sudah lebih dulu berada di meja makan, ia langsung tersenyum saat melih
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, mereka akhirnya sampai di depan butik milik maminya Sylvia. Saat melihat Sylvia sudah bersiap-siap untuk turun dari mobil, Edgar langsung mengulurkan tangannya. Melihat hal itu Sylvia pun bingung.Sambil melirik ke arah Edgar, Sylvia pun berkata. “Apa nih maksudnya?” “Salim, aku ini kan suami kamu. Jadi, kamu harus pamit dengan cara cium tangan aku terlebih dahulu,” ucap Edgar.Tak lama kemudian Sylvia mencium tangan Edgar. “Masih ada lagi gak ritual yang lain? Aku mau turun nih.”“Gak ada. Udah sana masuk,” ucap Edgar.Mendengar ucapan Edgar, Sylvia langsung turun dari mobil. Edgar pun terus mengamati Sylvia sampai Sylvia benar-benar masuk ke dalam butik dengan aman. Tak lama kemudian ia pun memerintahkan supir untuk menjalankan mobil menuju ke kantor. Sesampainya di depan lobby kantor, Edgar langsung turun dari mobil. Lalu, dengan postur tubuh yang tegap dan gagah, Edgar melenggang masuk kedalam kantor. Jika hari pertama Edgar datang ke k
Edgar yang kesal karena Sylvia terus saja membayangi hidupnya, ia pun memutuskan untuk pergi menemui Sylvia di butik. Setelah menyimpan kembali ponsel di saku jasnya, Edgar langsung keluar dari ruangan CEO. Sebelum pergi, ia terlebih dahulu menitip pesan kepada sang sekretaris. Ceklek! Sekretaris tersebut langsung beranjak dari kursi ketika Edgar menghampirinya. “Ada yang bisa dibantu pak?” “Saya mau keluar sebentar. Kalau ada berkas yang harus saya tandatangani lagi, kamu taruh aja berkasnya diatas meja saya,” ucap Edgar.“Baik pak.” Sekretaris tersebut langsung menganggukkan kepalanya sebagai respon atas perintah yang diucapkan oleh Edgar.Lalu Edgar pun mulai berjalan meninggalkan meja sekretaris tersebut. Beberapa saat kemudian Edgar sampai di depan lobby. Melihat Edgar keluar, supir yang bertugas mengantar dan menjemput Edgar langsung keluar dari mobil untuk membukakan pintu untuk Edgar.Setelah pintu mobil dibuka, Edgar langsung duduk dikursi belakang. Tak lama kemudian supir
Edgar dan supir pribadinya terus mengejar mobil SUV hitam itu melewati berbagai belokan tajam dan jalan-jalan sempit. Melihat rute yang dilalui oleh mobil tersebut, Edgar bertambah panik. Namun semangatnya untuk menyelamatkan Sylvia tidak pernah surut. Beberapa kali dia melihat sekilas ke belakang, memastikan apakah teman-temannya sudah menyusul atau belum. Setelah hampir satu jam pengejaran, mobil SUV hitam itu berhenti di sebuah gudang tua yang terletak di pinggir kota. Edgar memberikan memberikan perintah kepada supirnya untuk memarkir mobil sedikit jauh dari gudang tersebut agar tidak menimbulkan kecurigaan. “Parkir disana aja pak, biar gak ketahuan sama para penculik itu.”“Baik tuan muda.” Supir pun menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Edgar.Lalu, supir memarkirkan mobil di dekat semak-semak supaya tidak terlihat oleh para penculik tersebut. Tidak lama kemudian ke-tiga temannya Edgar pun datang. Melihat mobil Edgar terparkir di dekat semak-semak, mereka langsung memar
“Edgar Alexandro Wijaya. Itu kan nama mu?” tanya Thomas.Lalu ia pun berjalan ke arah Sylvia. “Awalnya aku berpikir bahwa kamu selamat dari kecelakaan waktu itu, tapi ternyata kalian adalah 2 orang yang berbeda.” “Kecelakaan? Apa maksud anda?!” tanya Edgar.“Saudara kembar mu itu sudah merendahkan harga diri dan juga perusahaan ku!” teriak Thomas. Lalu ia pun memegang sandaran kursi yang sedang di duduki oleh Sylvia dengan sangat erat. “Dia begitu sombong sampai menolak tawaran kerjasama dengan perusahaan ku! Melihat kesombongan pria itu justru membuat ku semakin tertantang untuk melenyapkannya dengan perusahaannya itu, tapi sayangnya pria materialistis itu tidak mengatakan hal apapun kalau pria sombong itu memiliki saudara kembar.” “Pria sombong? Materialistis? Siapa yang anda bicarakan? Bicara yang jelas?” tanya Edgar.Thomas langsung menyunggingkan senyumnya. “Sepertinya kamu tidak sepintar saudara kembar mu itu. Sudahlah, aku lelah untuk menjelaskan semuanya kepada mu. Lebih bai
Saat Edgar dan Sylvia keluar dari gudang tersebut, Edgar heran karena ia tidak melihat satu pun mobil polisi diluar gudang. Tak lama kemudian Edgar pun mendengar suara supirnya yang memanggil namanya. Lalu, ia pun bergegas membawa istrinya untuk menghampiri supir tersebut. “Apa kamu melihat ada mobil polisi yang melintas di area gudang ini?” tanya Edgar kepada supirnya.“Suara sirine polisi tadi, sebenarnya berasal dari ponsel saya, tuan muda,” ucap supir.Edgar pun mengerutkan keningnya. “Ponsel mu? Maksudnya?”“Iya tuan muda, tadi kata den Andre, kalau tuan muda dan yang lainnya belum keluar dari gudang itu dalam waktu 20 menit, saya harus mencari suara sirine polisi dan menghidupkannya,” ucap supir.“Kerja bagus, kalau begitu ayo kita pulang sekarang,” sahut Edgar.Supir tersebut langsung menganggukkan kepalanya. Kemudian ia langsung membuka pintu mobil untuk Edgar dan Sylvia. Setelah Edgar dan Sylvia duduk di dalam mobil, supir tersebut langsung masuk dan mulai menyalakan mesin mo
Sesampainya di dalam kamar, Edgar langsung membuka selimut. Lalu, ia pun meminta Sylvia untuk berbaring diatas tempat tidur. “Istirahatlah.”Sylvia yang khawatir karena pak Thomas belum ditangkap oleh pihak yang berwajib, tentu saja hal itu membuat ia tidak ingin tidur. Ia takut jika sewaktu-waktu pak Thomas akan datang ke kamarnya untuk menghabisi nyawanya. Sambil memegang tangannya Edgar, Sylvia pun berkata. “Aku gak mau tidur, Edgar. Aku takut kalau pak Thomas masuk ke kamar ini untuk menghabisi aku ataupun kamu.”Lalu Edgar pun mengusap pipinya Sylvia. “Selama aku masih hidup, gak akan aku biarkan siapapun menyakiti mu. Sekarang tidurlah. Biar aku yang akan menjaga kamu.”Meskipun Sylvia masih khawatir, namun ia mencoba untuk mempercayai Edgar. Lalu ia pun menaikan kedua kakinya dan mulai membaringkan tubuhnya. Setelah Sylvia berbaring, Edgar langsung menyelimuti Sylvia. Tidak lupa juga ia memberikan kecupan singkat di kening Sylvia untuk menenangkannya. Namun, saat Edgar mulai