Edgar dan supir pribadinya terus mengejar mobil SUV hitam itu melewati berbagai belokan tajam dan jalan-jalan sempit. Melihat rute yang dilalui oleh mobil tersebut, Edgar bertambah panik. Namun semangatnya untuk menyelamatkan Sylvia tidak pernah surut. Beberapa kali dia melihat sekilas ke belakang, memastikan apakah teman-temannya sudah menyusul atau belum. Setelah hampir satu jam pengejaran, mobil SUV hitam itu berhenti di sebuah gudang tua yang terletak di pinggir kota. Edgar memberikan memberikan perintah kepada supirnya untuk memarkir mobil sedikit jauh dari gudang tersebut agar tidak menimbulkan kecurigaan. “Parkir disana aja pak, biar gak ketahuan sama para penculik itu.”“Baik tuan muda.” Supir pun menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Edgar.Lalu, supir memarkirkan mobil di dekat semak-semak supaya tidak terlihat oleh para penculik tersebut. Tidak lama kemudian ke-tiga temannya Edgar pun datang. Melihat mobil Edgar terparkir di dekat semak-semak, mereka langsung memar
“Edgar Alexandro Wijaya. Itu kan nama mu?” tanya Thomas.Lalu ia pun berjalan ke arah Sylvia. “Awalnya aku berpikir bahwa kamu selamat dari kecelakaan waktu itu, tapi ternyata kalian adalah 2 orang yang berbeda.” “Kecelakaan? Apa maksud anda?!” tanya Edgar.“Saudara kembar mu itu sudah merendahkan harga diri dan juga perusahaan ku!” teriak Thomas. Lalu ia pun memegang sandaran kursi yang sedang di duduki oleh Sylvia dengan sangat erat. “Dia begitu sombong sampai menolak tawaran kerjasama dengan perusahaan ku! Melihat kesombongan pria itu justru membuat ku semakin tertantang untuk melenyapkannya dengan perusahaannya itu, tapi sayangnya pria materialistis itu tidak mengatakan hal apapun kalau pria sombong itu memiliki saudara kembar.” “Pria sombong? Materialistis? Siapa yang anda bicarakan? Bicara yang jelas?” tanya Edgar.Thomas langsung menyunggingkan senyumnya. “Sepertinya kamu tidak sepintar saudara kembar mu itu. Sudahlah, aku lelah untuk menjelaskan semuanya kepada mu. Lebih bai
Saat Edgar dan Sylvia keluar dari gudang tersebut, Edgar heran karena ia tidak melihat satu pun mobil polisi diluar gudang. Tak lama kemudian Edgar pun mendengar suara supirnya yang memanggil namanya. Lalu, ia pun bergegas membawa istrinya untuk menghampiri supir tersebut. “Apa kamu melihat ada mobil polisi yang melintas di area gudang ini?” tanya Edgar kepada supirnya.“Suara sirine polisi tadi, sebenarnya berasal dari ponsel saya, tuan muda,” ucap supir.Edgar pun mengerutkan keningnya. “Ponsel mu? Maksudnya?”“Iya tuan muda, tadi kata den Andre, kalau tuan muda dan yang lainnya belum keluar dari gudang itu dalam waktu 20 menit, saya harus mencari suara sirine polisi dan menghidupkannya,” ucap supir.“Kerja bagus, kalau begitu ayo kita pulang sekarang,” sahut Edgar.Supir tersebut langsung menganggukkan kepalanya. Kemudian ia langsung membuka pintu mobil untuk Edgar dan Sylvia. Setelah Edgar dan Sylvia duduk di dalam mobil, supir tersebut langsung masuk dan mulai menyalakan mesin mo
Sesampainya di dalam kamar, Edgar langsung membuka selimut. Lalu, ia pun meminta Sylvia untuk berbaring diatas tempat tidur. “Istirahatlah.”Sylvia yang khawatir karena pak Thomas belum ditangkap oleh pihak yang berwajib, tentu saja hal itu membuat ia tidak ingin tidur. Ia takut jika sewaktu-waktu pak Thomas akan datang ke kamarnya untuk menghabisi nyawanya. Sambil memegang tangannya Edgar, Sylvia pun berkata. “Aku gak mau tidur, Edgar. Aku takut kalau pak Thomas masuk ke kamar ini untuk menghabisi aku ataupun kamu.”Lalu Edgar pun mengusap pipinya Sylvia. “Selama aku masih hidup, gak akan aku biarkan siapapun menyakiti mu. Sekarang tidurlah. Biar aku yang akan menjaga kamu.”Meskipun Sylvia masih khawatir, namun ia mencoba untuk mempercayai Edgar. Lalu ia pun menaikan kedua kakinya dan mulai membaringkan tubuhnya. Setelah Sylvia berbaring, Edgar langsung menyelimuti Sylvia. Tidak lupa juga ia memberikan kecupan singkat di kening Sylvia untuk menenangkannya. Namun, saat Edgar mulai
Sejak kejadian penculikan yang di alami oleh Sylvia, Edgar selalu sibuk untuk mencari tau informasi mengenai pak Thomas, mata-mata pak Thomas, dan juga mencari keberadaan Edward, Edgar jadi jarang punya waktu bersama Sylvia. Bahkan Edgar juga melarang Sylvia untuk keluar dari rumah demi keselamatannya. Selama pak Thomas belum tertangkap, Edgar selalu merasa khawatir jika Sylvi keluar dari rumah.Namun, kekhawatiran Edgar tersebut justru membuat Sylvia merasa terkekang dan tidak bisa bebas. Tok! Tok! Tok!“Masuk,” ucap Sylvia dari dalam kamar.Setelah diperintahkan masuk, pelayan pun membuka pintu kamar Edgar. Kemudian pelayan tersebut menghampiri Sylvia yang sedang berbaring diatas tempat tidur.“Nyonya muda, ini saya bawakan makan siang untuk anda,” ucap pelayan.“Bawa aja makanan itu, aku sedang tidak nafsu makan,” sahut Sylvia.“Anda harus tetap makan, nyonya muda. Sejak semalam anda belum makan. Bahkan sarapan pagi pun tidak anda sentuh sedikitpun. Kalau begini terus, anda akan j
Sore harinya. Melihat jam dinding dikamarnya sudah menunjukkan pukul 5 kurang, Sylvia pun keluar dari kamar untuk menyambut Edgar yang sebentar lagi akan pulang dari kantor. Namun, ketika Sylvia baru melangkahkan kakinya beberapa langkah, ia merasa kepalanya sangat pusing. Namun, ia tetap memaksakan diri untuk turun ke lantai bawah. Sambil berjalan ke arah tangga, Sylvia berusaha menguatkan dirinya. “Ayo Sylvia, sedikit lagi. Kamu pasti bisa.”Ia pun terus melangkah sedikit demi sedikit. Saat ia hampir sampai di lantai bawah, pandangannya justru mendadak buram. Alhasil ia pun terjatuh saat di tiga anak tangga terakhir. “Kenapa penglihatan ku semakin memudar?” Sylvia berucap sambil mengusap matanya.Bruukk! “Astaghfirullah, nyonya muda!” teriak Sekar.Sekar yang sedang merapikan ruang keluarga, ia langsung terkejut saat melihat Sylvia terjatuh dari tangga. Lalu, ia pun menghampiri Sylvia untuk mengecek kondisi Sylvia. Melihat Sylvia dalam keadaan tidak sadarkan diri serta kening ya
Edgar pun masuk kedalam ruang UGD. Setelah berada didalam, Edgar melihat Sylvia sedang berbaring dengan infus yang terpasang di tangannya. Lalu, ia pun mulai berjalan menghampiri Sylvia. Setelah berada didekat Sylvia, Edgar langsung mengusap kepala Sylvia. “Seandainya aku bisa pulang lebih awal, semua ini pasti gak akan terjadi padamu.”Sementara itu Sylvia yang merasakan sentuhan tangan seseorang, ia pun mulai membuka matanya. Ia sangat senang karena bisa melihat Edgar kembali setelah beberapa hari tidak bertemu dengan Edgar.“Edgar,” lirih Sylvia.“Iya, ini aku,” ucap Edgar. Lalu, Edgar pun mengusap pipinya Sylvia. “Bagaimana keadaan mu sekarang? Apa kamu merasa pusing?” “Sedikit,” ucap Sylvia. “Aku dengar dari pelayan, kamu belum makan dari pagi. Kenapa kamu melakukan semua itu?” tanya Edgar.“Aku ini manusia, Edgar. Aku bukan seekor domba yang dikurung didalam kandang dan selalu dikasih rumput setiap saat. Aku butuh menghirup udara segar, aku juga butuh berbicara dan bertemu de
Setelah mendengar perintah yang diberikan oleh Catherine, para pelayan langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan dan potongan buah untuk Sylvia. Sementara itu di dalam kamar, Edgar baru saja membaringkan Sylvia diatas tempat tidur. Sambil menaikkan selimut, Edgar pun berkata. “Hari ini kamu harus banyak istirahat. Gak boleh turun dari tempat tidur.”“Kalau aku mau ke kamar mandi bagaimana?” tanya Syila.Edgar pun duduk disamping Sylvia. “Aku yang akan menggendong kamu ke kamar mandi.”Sylvia langsung tersenyum saat mendengar ucapan Edgar. Lalu, Edgar pun mengusap kepala Sylvia. “Maaf ya, beberapa hari terakhir ini aku jarang pulang dan jarang memperhatikan kamu.”“Dimaafin gak, ya?” Sylvia berpikir sambil mengetuk dagunya.“Muaacchh… harus dimaafin dong. Aku kan suami kamu,” ucap Edgar setelah mencium keningnya Sylvia.Mendapatkan ciuman secara mendadak, Sylvia langsung melirik ke arah Edgar. “Mulai genit deh. Siapa sih yang ngajarin?”“Memangnya gak boleh genit sama istri sen
Sylvia pun bergegas duduk disamping suaminya. Tak lama ia pun mulai mengambil makanan yang ada diatas meja. Selama mereka makan, tidak ada obrolan apapun yang terjadi. Masing-masing, hanya fokus dengan makanannya sendiri. Beberapa menit kemudian, Catherine yang sudah lebih dulu menyelesaikan santap malamnya, ia pun beranjak dari kursi."Kalian lanjutkan aja ya makan malamnya. Ibu ke kamar dulu," ucap Catherine."Iya, bu," sahut Edgar dan Sylvia.Setelah melihat bahwa ibunya sudah naik ke lantai atas, Edgar pun berbisik ditelinga istrinya. "Memangnya gak panas memakai syal dan sweater seperti itu?" bisik Edgar.Kesal dengan pertanyaan suaminya, seketika Sylvia langsung menancapkan garpu nya di paha ayam goreng miliknya. Lalu, ia pun melirik tajam ke arah suaminya. "Gak usah ngeledek deh! Ini semua gara-gara kamu tau!" ucap Sylvia.Seketika Edgar pun tertawa saat mendengar ucapan istrinya."Tapi kamu suka kan?" bisik Edgar."Hhmmm," sahut Sylvia.Lagi-lagi Edgar pun tertawa karena res
Melihat tingkah Sylvia yang malu karena Edgar memandangi lekuk tubuhnya, Edgar seketika langsung tersenyum. Kemudian ia pun melepaskan celananya. Seketika Sylvia langsung menutup matanya menggunakan kedua tangannya saat bagian intimnya Edgar."Aaaaaaa!! Edgar! Pakai lagi celana mu itu!" ucap Sylvia.Edgar pun hanya tersenyum. Kemudian ia kembali mencumbu setiap inci bagian tubuh istrinya. Setelah dirasa pemanasannya sudah cukup, Edgar pun fokus pada tujuannya. Saat pertahanan Sylvia sudah berhasil ditebus oleh Edgar, seketika Sylvia langsung meringis kesakitan sambil mencengkram seprai nya. "Aakkhh... Sakit Edgar, pelan-pelan," ringis Sylvia "Tenang sayang, sakitnya cuma diawal aja kok," sahut Edgar. Kamar yang awalnya dingin, seketika merubah menjadi panas. Bahkan saking panasnya, Edgar dan Sylvia sampai berkeringat. Bahkan deru nafasnya Edgar semakin cepat, seiring dengan aktivitas yang saat ini sedang ia lakukan. Setelah cairan istimewa tersebut membasahi area intim Sylvia, Edg
Disaat Frans dan Thomas sedang bersiap untuk melarikan diri keluar negeri. Disisi lain, polisi yang sudah memproses laporan yang dibuat oleh Catherine dan Edgar, mereka langsung bergegas pergi mencari keberadaan Frans. Sementara itu, Catherine, Edgar dan Sylvia yang merasa urusannya dikantor polisi sudah selesai, mereka memutuskan untuk pulang."Terimakasih ya pak, atas bantuannya." Catherine berucap sambil mengulurkan tangannya."Sama-sama bu." Martin menyahut sambil menjabat tangan Catherine."Pantau terus setiap perkembangan kasus ini ya, pak," ucap Edgar."Tentu saja, saya akan kabari kalian jika pihak kepolisian sudah berhasil menangkap pak Frans dan pak Thomas." Martin menyahut sambil melepaskan jabatan tangannya."Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu ya pak Martin," pamit Catherine."Iya, bu Catherine. Silahkan," sahut Martin. Catherine, Edgar dan Sylvia langsung bergegas pergi meninggalkan kantor kepolisian. 1 jam kemudian mereka pun sampai kembali dirumah. Setelah turun d
Saat mendengar suara tembakan, Catherine dan Sylvia langsung bergegas pergi keluar. Sementara itu, Edgar yang berhasil menghentikan langkah om nya, ia kembali menyimpan pistolnya dibalik punggungnya. Kemudian ia pun bergegas menghampiri om nya. "Maaf om, aku terpaksa menembak kaki om," ucap Edgar."Dasar keponakan tidak tau diri!! Selama ini aku yang selalu ada untuk membela kamu!! Kenapa sekarang kamu malah memperlakukan seperti ini!! Aku ini paman mu, Edgar!" teriak Frans."Aku berterimakasih karena om sudah memperlakukan aku dengan baik dari kecil. Namun, bukan berarti aku akan menutup mata atas kejahatan yang sudah om lakukan. Terlebih lagi karena rencana jahat om, saudara kembar ku yang jadi korbannya. Dari pada om terlalu banyak bergerak dan bicara, lebih baik om diam dan tenangkan diri om jika gak mau kehabisan banyak darah," ucap Edgar."Aaarrrgghh!" Frans menggeram sambil memukul aspal jalan.Tak lama Catherine dan Sylvia pun muncul. Melihat adiknya tersungkur di dekat mobil
Setelah hampir setengah jam berkendara, Edgar dan Sylvia akhirnya sampai di parkiran apartemen Frans. Tak lama mereka pun keluar dari mobil. Dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi mereka pun berjalan memasuki apartemen. Kali ini mereka yakin 100% bahwa Catherine pasti akan mempercayai ucapan mereka."Mudah-mudahan aja ibu percaya dengan bukti yang kita berikan ya." Sylvia berucap sambil berjalan menuju ke kamar apartemen Frans."Harus percaya lah, masa bukti udah sejelas ini, ibu masih gak percaya sih. Gak mungkin banget," sahut Edgar.Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di depan kamar apartemen Frans. Edgar pun mengetuk pintu tersebut. Mendengar suara ketukan pintu, Frans langsung beranjak dari sofa untuk membuka pintu kamar apartemennya.Tok! Tok! Tok! "Sebentar ya, kak. Aku buka pintunya dulu," ucap Frans."Hhmmm," sahut Catherine.Frans pun bergegas membuka pintu apartemennya. Namun, saat pintunya terbuka seketika Frans langsung menutup pintunya kembali kala melihat Ed
Sesampainya didepan ruangan Larissa, Sylvia langsung membuka pintu ruangan tersebut. Saat melihat kedatangan Sylvia, Elis yang sedang merapikan beberapa dokumen, ia langsung beranjak dari kursinya. Lalu, ia pun bergegas menghampiri Sylvia.Ceklek!"Bu Sylvia." Elis berucap saat melihat kedatangan Sylvia."Selamat datang, bu. Silahkan duduk," ucap Elis."Iya," sahut Sylvia.Sylvia dan Edgar bergegas duduk di sofa yang ada didalam ruangan Larissa. Setelah duduk, Sylvia pun mulai mengutamakan maksud kedatangannya."Begini Elis, sebenarnya kedatangan saya kesini ini menanyakan sesuatu ke kamu," ucap Sylvia."Mau menanyakan apa ya, bu?" tanya Elis."Belum lama ini saya sempat mengirimkan sebuah rekaman video ke email kamu. Apa kamu udah memeriksa email kamu? Saya khawatir rekaman video itu gak sempat terkirim," tanya Sylvia."Tunggu sebentar ya, bu. Saya ambil iPad saya dulu," ucap Elis.Elis pun beranjak dari sofa. Lalu, ia pun mengambil iPad miliknya yang ia letakkan di meja kerja Lariss
Melihat istrinya panik, Edgar bukannya melepaskan pelukannya ia justru semakin menggoda Sylvia. Sedangkan Sylvia sendiri terus berontak agar bisa melepaskan diri dari pelukan Edgar. "Edgar!! Lepasin aku!" Sylvia berucap sambil mendorong dada Edgar."Tidak mau! Aku tidak akan membiarkan kamu kabur. Hari ini juga kamu akan menjadi milikku seutuhnya. Muaacchh." Edgar menyahut dengan mencium bibir istrinya diakhir ucapannya.Sylvia yang sudah kesal, ia langsung mencubit lengannya Edgar. Sontak, hal itu membuat Edgar melepaskan pelukannya. "Aaaaaaa!!" jerit Edgar."Syukurin emangnya enak! Genit sih jadi cowok," ucap Sylvia."Kamu kenapa cubit tangan aku sih? Aku kan cuma pengen mesra-mesraan sama kamu." Edgar bertanya sambil mengusap tangannya yang bekas dicubit Sylvia."Aku kan udah pernah bilang sama kamu, aku belum mau melakukan hal itu sama kamu sebelum semua masalah ini selesai dan status pernikahan kita jelas," ucap Sylvia."Masih lama dong kalau begitu." Edgar menyahut sambil meng
Satu jam kemudian.Setelah berada di kantor, Edgar langsung langsung mengeluarkan surat pernyataan mengenai pemecatan Frans. Hanya berselang setengah jam setelah Edgar mengesahkan surat tersebut, ponsel Edgar tiba-tiba saja berbunyi. Edgar pun mengambil ponselnya.Kriinngg..."Ibu." Edgar berucap saat menatap layar ponselnya.Menyadari bahwa ibunya pasti udah mendapatkan kabar tentang pemecatan Frans, Edgar pun meletakkan ponselnya dan membiarkan ponselnya terus berbunyi. Catherine yang merasa kesal karena panggilan telponnya diabaikan oleh Edgar, ia pun memutuskan untuk pergi ke kantor guna menemui putranya."Aaarrrgghh!! Edgar pasti sengaja tidak menjawab ponselku. Sebaiknya aku temui saja dia dikantor," ucap Catherine. Catherine langsung mengambil tasnya untuk pergi menemui Edgar. Setelah melewati kemacetan yang cukup parah, Catherine akhirnya sampai di depan kantor. Setelah turun dari mobil, dengan langkah cepat, Catherine langsung berjalan menuju ke ruangan Edgar. Tak lama ia pu
Tak lama kemudian Edgar pun membawa Sylvia keluar dari ruang UGD. Kemudian Edgar pun pergi sebentar ke loket administrasi untuk membayar perawatan Sylvia. "Kamu tunggu disini sebentar ya, aku mau urus administrasi nya dulu," ucap Edgar.Sylvia langsung menganggukkan kepalanya. "Iya." Selagi menunggu Edgar selesai mengurus pembayaran administrasinya, Sylvia pun menunggu di ruang tunggu UGD. Saat mengingat bahwa ponselnya sudah diambil oleh pak Thomas, Sylvia langsung mendengus kesal."Sial! Semoga aja Elis udah melihat email yang aku kirimkan tadi deh," gumam Sylvia.Setelah menunggu cukup lama, Edgar pun datang. "Udah selesai semuanya?" tanya Sylvia."Udah, yuk kita pulang sekarang." Edgar berucap dengan mengulurkan tangannya."Pulang? Kenapa gak kembali ke kantor aja? Urusan kita kan masih banyak yang harus dikerjakan," tanya Sylvia."Urusan kantor, om Dean beser pak Thomas biar jadi urusan aku. Kamu istirahat dirumah aja," ucap Edgar."Edgar! Aku ini bosan istirahat dirumah terus