Setelah berada di depan lemari pakaian, Edgar langsung membuka lemari tersebut untuk mengambil pakaiannya. Kemudian ia pun dengan cepat memakai pakaiannya. Setelah semua pakaiannya sudah terpakai, ia langsung menutup pintu lemari pakaiannya dan berjalan ke arah lemari buku. Sedangkan Sylvia yang sejak tadi berbalik badan sambil terus menutup matanya, ia mulai merasa pegal karena menggunakan salah satu tangannya untuk menutup matanya. “Udah belum pakai bajunya?” “Udah,” ucap Edgar.Setelah mendengar ucapan Edgar, Sylvia langsung membuka matanya dan memutar badan. Melihat Edgar sedang berada di depan lemari buku, Sylvia langsung berjalan menghampiri Edgar. “Kamu lagi cari apa?” “Flashdisk,” ucap Edgar.Sylvia langsung mengerutkan keningnya. “Flashdisk? Memangnya ada apa di flashdisk yang sedang kamu cari itu?” Sambil mencari flashdisk ditumpukkan barang yang ada di dalam lemari buku. Edgar pun berucap. “Gak usah banyak tanya! Lebih baik kamu bantuin cari flashdisknya. Flashdisknya w
Setelah berada diluar, Sylvia langsung bergegas masuk kedalam mobil. Saat Sylvia sudah masuk dan menutup pintu mobil, Edgar langsung memerintahkan supir untuk menjalankan mobilnya. Pak supir itu langsung menjalankan mobilnya sesuai perintah Edgar.Sambil menoleh ke arah Edgar, Sylvia pun bertanya. “Kita mau jalan-jalan kemana?” “Nanti kamu juga tau,” ucap Edgar.Mendengar jawaban dari Edgar, Sylvia langsung mengendus kesal. “Dasar nyebelin! Tinggal jawab aja apa susahnya sih? Main rahasia-rahasiaan segala.” “Bisa gak sih gak usah berisik? Aku lagi fokus nih.” Edgar berucap sambil memainkan game diponselnya.Sylvia langsung mengalihkan pandangannya. Lalu sambil melipat kedua tangannya ia pun bergumam. “Kalau main game aja fokus banget. Kalau disuruh kerja entar-entaran. Dasar bocah.” “Jangan ngedumel terus. Aku bisa mendengar semuanya dengan jelas,” sahut Edgar.Sylvia langsung melirik ke arah Edgar. “Percuma kalau cuma di dengerin doang tapi masih tetep main game. Lagi pula aku kan
Malam itu Sylvia dan Edgar menikmati waktu mereka untuk berjalan-jalan di pekan raya Jakarta. Sylvia sendiri heran kenapa Edgar mengajaknya ke Pekan Raya Jakarta. Biasanya orang-orang terpandang seperti keluarga Edgar lebih suka pergi keluar kota, keluar negeri, atau minimal ke restoran bintang 5 untuk menikmati waktu senggang mereka. Sylvia yang penasaran, ia pun memberanikan diri untuk bertanya. “Kenapa kamu mengajak ku ke tempat ini? Kenapa kita gak makan malam di restoran aja?” “Enggak ah, males! Lebih enak disini. Selain tempat ramai, makanan dan minuman yang dijual disini semuanya enak. Bahkan kita bisa nonton live musik disini dan yang paling penting, kita bisa membeli jajanan dengan harga yang lebih murah berkat kupon diskon ini.” Edgar berucap sambil memperlihatkan kumpulan kupon diskon yang ia dapatkan saat di pintu masuk.Setelah mendengar ucapan Edgar, Sylvia langsung mengalihkan pandangannya dan mulai bergumam. “Dasar orang kaya aneh. Punya banyak uang tapi beli makanan
Edgar dan Sylvia langsung pergi ke booth kopi untuk mengambil kopi yang mereka dapatkan dari tantangan teriak berhadiah kopi. Sesampainya di booth kopi, mereka langsung mengambil kopi sesuai rasa yang sudah mereka pilih. Slluuurrpp… “Ahh … enak juga ternyata rasa kopinya,” ucap Sylvia setelah menyeruput kopi yang ia dapatkan.“Setelah ini kita cari makanan berat yuk, aku udah laper nih,” ajak Edgar.“Sama, aku juga laper,” sahut Sylvia. Lalu, ia menoleh ke Edgar. “Memangnya kita mau makan dimana?” “Disekitar sini aja, nanti kita beli beberapa makanan. Pasti bisa bikin kita kenyang,” ucap Edgar. Sambil menghabiskan kopinya, mereka pun duduk dikursi kursi yang sudah disediakan di booth tersebut. Malam itu Sylvia merasa sangat senang karena bisa jalan-jalan bersama Edgar. Meskipun bukan pergi ke restoran mewah, seperti yang ia pikirkan di awal. Namun, ia masih tetap bisa menikmati semua makanan dan minuman yang ada ditempat tersebut. Beberapa menit kemudian mereka pun pergi dari boot
Sylvia terus berlari mengejar Edgar. Bahkan saat menuruni anak tangga, Sylvia terus berlari sambil meneriaki nama Edgar. Saat Sylvia akan menuruni tiga anak tangga terakhir, salah satu kakinya justru terpeleset. Alhasil Sylvia pun terjatuh dari tangga.“Aaaaaaa,” jerit Sylvia.Bugh! Edgar yang hampir mendekati pintu, ia langsung berbalik badan saat mendengar jeritan Sylvia. “Sylvia!” Edgar yang khawatir dengan kondisi Sylvia, ia langsung bergegas menghampiri Sylvia. Dengan bantuan Edgar, Sylvia berusaha untuk berdiri. Namun, saat Sylvia mencoba berdiri, ia justru meringis kesakitan. “Aaauwww.” “Ada apa?” tanya Edgar.Sambil menahan rasa sakit dengan terus meremas pundaknya Edgar, Sylvia pun angkat bicara. “Salah satu kaki ku sakit, sepertinya kaki ku terkilir saat terjatuh tadi.”Edgar langsung berdecak. “Maka nya lain kali turunnya hati-hati.” Sylvia yang kesal mendengar ucapan Edgar, ia langsung memukul dada Edgar. “Aku juga buru-buru, karena mengejar kamu tau!” “Aku bukan laya
Edgar pun memikirkan ucapan Sylvia. Tak lama kemudian Edgar pun menoleh ke Sylvia. “Kamu bantuin aku ya, untuk buktikan kemampuan aku ke ibu.”Sylvia langsung menyentuh tangan Edgar. “Pasti, aku pasti akan membantu kamu supaya kamu bisa mendapatkan pengakuan dari ibu.” Mendengar ucapan Sylvia, Edgar langsung tersenyum. Begitu pun dengan Sylvia ia juga tersenyum saat melihat Edgar bisa kembali tersenyum. Lalu tanpa disadari oleh Sylvia, wajah Edgar justru semakin dekat.Sylvia pun kembali gugup saat Edgar menatapnya terlalu dekat. Dengan keringat yang mulai membasahi keningnya, Sylvia pun angkat bicara. “Ka-kamu mau ngapain?” Bukannya menjawab pertanyaan Sylvia, Edgar justru mencium bibir Sylvia. Serangan yang dilakukan oleh Edgar secara tiba-tiba tentu saja membuat Sylvia sangat terkejut. Bahkan tanpa mereka sadari, dari lantai atas Catherine yang baru keluar dari ruang kerjanya, justru tersenyum melihat hal yang dilakukan oleh Edgar dan Sylvia. “Sepertinya tidak lama lagi aku akan
Agar tidak membangunkan Edgar yang sudah tertidur lebih awal, Sylvia naik keatas tempat tidur secara perlahan. Setelah berbaring, ia pun tidak lupa untuk memakai selimut. Lalu, Sylvia mematikan lampu kamar. Namun, baru saja Sylvia mematikan lampu, Edgar justru sudah mendekati dirinya. Sylvia yang terkejut karena Edgar ternyata belum sepenuhnya tertidur, ia langsung mendorong tubuh Edgar. “Aaaaaaa! Edgar! Menjauhlah dariku! Nafas mu bau tau!”Sambil memegang pergelangan tangan Sylvia, Edgar pun menyahut. “Benarkah? Lantas kenapa tadi saat aku mencium mu, kamu gak protes sedikit pun?” Sylvia pun terjebak dengan ucapannya sendiri. Lalu, sambil melirik ke arah lain, Sylvia mencoba mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Edgar. “Tadikan aku gak sadar kalau nafas mu bau. Udah sana geseran tidurnya. Aku sempit tau kalau kamu terlalu mepet ke arah ku.” Lalu Edgar pun melepaskan tangan Sylvia. Sambil kembali ke posisi semula, Edgar pun berucap. “Kamu ini gak peka atau terlalu polos sih. Ki
Setelah Sylvia menyingkir dari depan pintu, Edgar langsung masuk kedalam kamar untuk bergegas mandi. Sambil menunggu Edgar, Sylvia memilih duduk disofa untuk merancang desain gaun terbaru. Ia pun dengan serius mendesain baju mengunakan iPadnya. Setelah 30 menit berlalu, Edgar akhirnya keluar dari kamar. Melihat Edgar sudah keluar dengan berpakaian rapih, Sylvia langsung beranjak dari sofa. Sambil berjalan menghampiri Edgar, Sylvia pun berucap. “Aku pikir, kamu gak paham bagaimana cara berpakaian yang rapih.”“Aku berpakaian seperti ini, supaya aktingku lebih meyakinkan aja. Edward kan gaya berpakaiannya rapih dan terlalu formal,” sahut Edgar.“Terserah kamu lah, ayo kita sarapan dulu,” ucap Sylvia.Edgar langsung menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Sylvia. Lalu, mereka pun berjalan ke lantai bawah untuk pergi ke meja makan. Tak lama kemudian mereka pun sampai di meja makan. Sementara itu Catherine yang sudah lebih dulu berada di meja makan, ia langsung tersenyum saat melih