Setelah menunggu selama hampir 1 jam. Akhirnya, kedua pria itu keluar dari ruangan Edward. Tidak lama kemudian mereka pun saling berbicara dengan nada pelan satu sama lain. Sementara itu Sylvia yang sejak tadi bersembunyi di toilet, ia langsung keluar dari toilet. Namun, ketika ia keluar dari toilet, ia justru terkejut saat tidak sengaja mendengar obrolan kedua pria itu di lorong yang suasananya cukup sepi. Bahkan tanpa disadari butiran keringat mulai muncul dikening Sylvia. “Kamu cari informasi mengenai pria itu. Apakah mereka satu orang yang sama atau berbeda. Kalau mereka berbeda, segera lenyapkan dia seperti cara kita melenyapkan si pria sombong waktu itu.” Thomas berucap sambil terus melewati lorong.“Lantas bagaimana dengan Frans? Apa yang harus kita lakukan dengan dia?” tanya John. “Suruh dia datang ke apartemen. Dia harus menjelaskan semuanya kepada kita,” ucap Thomas. “Baik, bos,” sahut John.Setelah melihat kedua pria itu sudah menghilang dari lorong, Sylvia langsung men
Setelah mendengar ucapan Sylvia, Edgar langsung mengeluarkan ponsel dari dalam saku jasnya untuk menghubungi pamannya. Disatu sisi, ia sebenarnya masih tidak percaya dengan dugaan Sylvia bahwa pamannya orang jahat. Namun, setelah melihat bukti tentang adanya penggelapan sejumlah uang perusahaan yang dilakukan oleh pamannya, hal itu tentu saja membuat Edgar merasa sedikit curiga.Saat mendengar Edgar menghubungi seseorang, Sylvia langsung menoleh ke arah suaminya. “Semoga aja dia gak terkecoh sama tipu muslihat pamannya sendiri.” Tidak lama kemudian pintu ruangan Edward diketuk dari luar. Edgar langsung memerintahkan orang tersebut untuk langsung masuk. Tok! Tok! Tok! “Masuk,” ucap Edgar.Ceklek! “Ada apa kamu memanggil, om?” Frans bertanya sambil berjalan menghampiri Edgar.“Silahkan duduk dulu om,” ucap Edgar. Frans langsung duduk dikursi yang ada dihadapan Edgar. Setelah itu Frans pun mulai angkat bicara. “Apa ada hal penting yang mau kamu bicarakan dengan om?” tanya Frans. “
Sambil menengok ke berbagai arah, Sylvia mencari cara untuk bisa mendengarkan obrolan Frans dan Pak Thomas. Tak lama kemudian seorang anak laki-laki berjalan ke arah Sylvia sambil memegang segelas es jeruk. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Sylvia langsung menghentikan bocah tersebut. “Stop!” “Ada apa tante?” tanya bocah tersebut.“Gelasnya untuk tante aja ya,” ucap Sylvia.“Gak mau! Ini kan es jeruk punya aku. Kalau tante mau, ya beli sendiri dong. Tante kan udah besar,” ucap bocah tersebut.Sylvia yang malas bernegosiasi dengan bocah tersebut, ia langsung menyerahkan 2 lembar uang pecahan 100.000 kepada bocah tersebut. Setelah menerima uang dari Sylvia, bocah itu langsung menyerahkan gelasnya lalu pergi dari hadapan Sylvia. “Sayang kalau dibuang es jeruknya. Lebih baik aku habisin dulu deh, kebetulan aku lagi haus,” gumam Sylvia.Sylvia langsung menghabiskan es jeruk tersebut dalam 3 kali teguk. Setelah gelasnya sudah kosong, ia langsung menempelkan gelas tersebut ke dindi
Satu jam kemudian Edgar dan Sylvia pergi ke ruangan meeting. Ketika Edgar dan Sylvia memasuki ruangan meeting, para karyawan yang sebagian besar adalah pimpinan dari masing-masing divisi, semuanya langsung berdiri untuk memberikan penghormatan kepada Edgar. Setelah Edgar dan Sylvia duduk, karyawan yang lain juga langsung duduk. “Apa meeting hari ini bisa kita mulai, pak Edward?” tanya sekretaris.“Hhmmm,” sahut Edgar.Setelah melihat respon dari Edgar, meeting pun dimulai. Namun, bukannya mengamati meeting yang sedang berjalan, Edgar justru sibuk memainkan game di ponselnya. Melihat hal itu, Sylvia berusaha untuk menegur Edgar. Namun, teguran yang berubah deham dan juga senggolan tangan dari Sylvia selalu diabaikan oleh Edgar. Setelah 1 jam berlalu para pemimpin divisi akhirnya selesai menyampaikan laporan yang mereka miliki. “Maaf pak, masing-masing pimpinan sudah selesai menjelaskan mengenai laporan ataupun keluhan dari setiap divisi. Apa pak Edward ingin menanyakan sesuatu hal?”
Setelah keluar dari ruangan Edward, Sylvia dan Edgar langsung berjalan keluar dari kantor. Sesampainya di depan, mobil mereka sudah menunggu kedatangan mereka. Lalu mereka langsung masuk kedalam mobil untuk pergi ke restoran. “Cari restoran yang mahal ya pak,” ucap Edgar.Sylvia yang sudah duduk di dalam mobil, ia langsung menimpali ucapan Edgar. “Gak usah jauh-jauh pak, cukup di restoran depan kantor aja.” “Baik nyonya muda,” sahut supir.“Kenapa cuma ke restoran depan sih?” tanya Edgar.“Ini tuh masih siang Edgar! Kalau kita pergi jauh-jauh hanya untuk makan. Waktu kita akan banyak terbuang untuk hal yang gak penting. Sebagai seorang pimpinan perusahaan, kamu harus memaksimalkan setiap waktu yang ada,” ucap Sylvia. Mendengar ucapan Sylvia, Edgar langsung berdecak dan mengalihkan pandangannya. “Mau makan aja masih diatur. Apa enaknya jadi pria kaku itu.” Sylvia yang samar-samar mendengar ucapan Edgar, ia langsung menimpalinya. “Jangan mengumpat dibelakang ku mengenai Edward.”“Ke
Edgar yang mendengar ucapan Sylvia, ia langsung melihat ke belakang. Tidak seperti Sylvia yang menganggap bahwa mobil sedan hitam yang ada dibelakang mobil mereka sebagai pembuntut. Edgar justru menaggap mobil itu hanya mobil biasa yang kebetulan jalan di jalan yang sama seperti mobil mereka.“Itu cuma perasaan kamu aja, ini kan jalan umum bukan jalan pribadi kita. Wajar kalau ada mobil yang jalan dibelakang mobil kita,” ucap Edgar.Sylvia yang tidak terima dengan anggapan Edgar, ia langsung menimpali ucapan Edgar. “Beda Edgar! Mobil itu terlalu mencurigakan. Kalau dia hanya pengendara jalan pada umumnya, mobil itu pasti akan menyalip mobil kita. Sedangkan mobil itu terus saja berjalan sangat hati-hati seakan sedang menjaga jarak dengan mobil kita.” Edgar yang tidak perduli dengan semua anggapan Sylvia, ia justru memilih memasang earphone ditelinga. Kemudian ia kembali melanjutkan gamenya yang sempat tertunda. Tidak lama kemudian mereka pun sampai kembali di kantor.“Nyonya muda! And
Setelah Sylvia beranjak dari kursi, ia langsung berjalan ke arah sofa untuk mengirimkan nomor rekening yang sudah dituliskan Edgar ke pak Johan. Setelah nomor rekening tersebut terkirim, Sylvia kembali melanjutkan perjalanannya. Begitu pun dengan Edgar, ia menyibukkan dirinya dengan membaca berkas-berkas yang ada diruangan Edward dan juga mengecek file dokumen yang ada didalam laptop Edward. ***Sore harinya. Tak terasa karena kesibukan mereka masing-masing, waktu berjalan sangat cepat. Saat Edgar melihat jam yang ada di laptop Edward sudah menunjukkan pukul 17.00, ia langsung mematikan laptop tersebut dan bersiap untuk pulang.“Ternyata udah waktunya pulang. Baiklah, untuk hari ini cukup sampai disini dulu ya laptop. Besok kita sambung lagi,” ucap Edgar.Setelah menutup laptopnya, Edgar langsung beranjak dari kursinya untuk menghampiri Sylvia. “Udah, nanti aja dilanjutin dirumah. Ini udah jam 5 sore loh. Ayo buruan pulang.” “Sebentar, aku save dulu hasil desain ku,” sahut Sylvia.
Sesampainya dirumah, Edgar langsung membawa Sylvia kedalam kamar. Setelah berada didalam kamar, Edgar langsung menuntun Sylvia untuk duduk disofa. Lalu, Edgar pun memeriksa kondisinya Sylvia.Saat Edgar menaikan sedikit lengan bajunya, Sylvia mulai meringis. “Aaaaauww.” “Astaga, pergelangan tangan kamu terluka,” ucap Edgar.“Iya, tadi saat pria itu memecahkan kaca mobil, salah satu serpihannya mengenai tanganku. Belum lagi pria itu mencengkram pergelangan tanganku sangat kencang,” sahut Sylvia.“Ya udah kalau begitu aku ambil kotak P3K dulu,” ucap Edgar.Syila langsung menganggukkan kepalanya. “Iya, tapi sebelum itu tolong ambilkan segelas air untuk ku.” Mendengar ucapan Sylvia, Edgar langsung mengambil kan air minum yang ada diatas laci. Setelah memberikan air minumnya, Edgar langsung keluar untuk mencari kotak P3K. “Kotak P3K-nya ditaruh dimana ya?” Edgar berpikir sambil menggaruk kepalanya.Disaat Edgar sedang memikirkan dimana letak kotak P3K, seorang pelayan justru melintas di