Lysia membeku, dia bahkan merasa sulit untuk berkedip. Orang itu … orang itu benar-benar ada didepannya sekarang. Garry tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Rumor mengatakan bahwa Ivander sedang berada di dalam pengasingan. Kenapa secara kebetulan dia tiba-tiba saja ada dihadapannya kini. Ivander belum memperhatikan ke arah depan. Dia masih membersihkan diri yang dipenuhi oleh dedaunan dan debu yang menempel di bajunya. Begitu dia melihat ke depan, betapa terkejutnya dia ketika melihat Lysia dengan tampilan yang berbeda. Ivander tercengang melihat wanita yang selama ini membuat dia menderita ada di hadapannya. Sungguh ini adalah kebahagian yang tidak bisa untuk dilukiskan.“Lysia …,” ucap Ivander teriris perih. Lysia terlihat begitu cantik dengan balutan dress merah menyala yang dihiasi oleh blink-blink indah. Perutnya terlihat buncit dan menggemaskan. Namun, yang lebih membuat Ivander kecewa adalah Garry yang saat ini sedang memeluk Lysia dengan kedua tangannya. Ivander rasany
“Irfan, mengapa kamu melakukan itu terhadap suamiku?” desak Lysia. Saat ini mereka berdua berada di rumah Lysia yang dulu dibelikan oleh Irfan.“Kenapa kamu terlihat begitu cemas? Bukankah kamu sangat membencinya? Bukankah dia yang selalu membuatmu menderita?” balas Irfan. Irfan tidak habis pikir dengan apa yang Lysia lakukan. Dia terlihat panik melihat kondisi Ivander, Irfan tidak habis pikir mengapa Lysia seperti itu. Seharusnya Lysia berterima kasih terhadapnya karena sudah menyelamatkannya dari Ivander. “Karena kamu tidak perlu sampai membunuhnya seperti itu,” ucap Lysia gemetar. Entah mengapa dia tidak tega dan tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Irfan. Seharusnya Irfan tidak perlu untuk menembak Ivander. “Kamu seharusnya bersyukur kepadaku, Lysia. Kalau aku tidak melakukan itu, maka kamu tidak akan bisa lari. Dia akan menangkapmu nanti,” jawab Irfan. Lysia terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia sungguh mencemaskan kondisi Ivander. Walaupun Ivander selalu be
“Ivan, kenapa bisa kamu tertembak seperti ini? Andai kami tidak menemukan kamu. Maka mungkin kamu tidak bisa tertolong,” ucap Kylie. Ivander masih saja terdiam. Di dalam pikirannya hanya ada Lysia saja, Ivander ingin bersujud di depan Lysia untuk meminta maaf. Bahkan Ivander tidak akan memaksa Lysia untuk bersama dengannya jika memang Lysia tidak menginginkan itu. Perasaannya sekarang sudah dikuasai penuh oleh Lysia. Sehingga Ivander hanya ingin mendapatkan permintaan maafnya itu sudah lebih dari cukup. “Yang Ivan lihat hanyalah Lysia, Ma. Dia terlihat cantik malam itu dengan perut buncitnya yang terlihat menggemaskan,” terang Ivander. Lalu, dia pun melirik ke arah Irfan yang sedang memainkan ponselnya. Hatinya tambah terluka karena rupanya Irfanlah yang ingin membunuhnya.Sebelum Ivander kehilangan kesadaran, Ivander sempat melihat kebelakang sekilas dan melihat Irfanlah yang sudah menembaknya dengan senjata api. Ivander tidak ingin mengungkapkan kebenaran itu terhadap Kylie dan
“Jadi, siapa pelakunya?” tanya Ivander penasaran. “Tuan Irfan,” jawab David dengan cepat.Ivander terkejut, tapi ini rasanya tidak aneh. Irfan memang mempunyai dendam terhadap dia. Hanya saja, Ivander benar-benar tidak habis pikir karena Irfan melakukan hal yang tidak bermanfaat seperti itu. “Tuan Irfan memasukan sesuatu terhadap minuman, Tuan. Saat hati Tuan sedang frustasi dan kecewa, maka obat itu langsung bereaksi dan membuat Tuan tidak sadarkan diri. Rupanya saat Tuan tidak sadarkan diri, maka Tuan Irfan pun bertindak dan langsung membunuh Devan. Setelah dia berhasil membunuh Devan, dia pun langsung saja bersembunyi dan pergi. Sehingga kejadiannya terlihat seperti Tuanlah yang membunuh Devan.” Ivander gelengkan kepalanya, lalu dia pun akhirnya memutuskan untuk menyuruh David mengawasi Irfan.“David, ada misi penting yang harus kamu jalankan,” ucap Ivander serius. David pun langsung saja diam dan siap mendengarkan. “Kamu harus mengawasi Irfan. Kemanapun dia pergi kamu harus m
Irfan mengerucutkan bibirnya, “Lysia, tolong jangan bercanda. Aku sedang ingin bicara hal yang serius!” Lysia mengerutkan kening, “aku tidak bercanda, Irfan. Kalau memang kamu ini sedang dikejar oleh polisi, aku tidak bisa membantumu.”Irfan langsung saja menggenggam tangan Lysia dengan kuat. “Lysia, tolong. Aku mohon. Aku sedang tidak dikejar oleh polisi! Aku disini hanya untuk meminta sesuatu darimu,” ungkap Irfan serius. Lysia mengerutkan keningnya, apa yang akan Irfan minta? Lysia pun hanya bisa terdiam dengan beberapa pikiran negatifnya. Semoga apa yang Irfan minta bukanlah hal yang aneh-aneh. “Katakan apa yang kamu mau. Namun, aku tidak bisa memberikan apa yang tidak mampu aku berikan,” jawab Lysia mulai gugup. Irfan menghela nafas panjang …. “Aw ….” Tiba-tiba saja Lysia menjerit dan wajahnya terlihat memerah. Irfan pun langsung menanyakan apa yang telah terjadi terhadap dia. “Ada apa, Lysia?” tanya Irfan. Lysia menahan senyum, lalu menatap ke arah perutnya. “Irfan … b
“Klan Rustom! Awas saja kau!” geram Irfan dan langsung pergi meninggalkan markasnya. Dia akan bergegas untuk menemui Ivander dan klan Rustom. Dia sangat murka dan emosi jiwa. ***Ivander sedang duduk di kursi kebesarannya. Dia berada di markas klan Rustom yang ada di Sharklig dan menatap sebuah foto cantik yang terlihat di dalam layar komputer. “Terimakasih karena kalian sudah menemukan keberadaan wanitaku,” ucap Ivander. Rupanya benar dengan apa yang ada di dalam pikirannya itu. Irfan yang selama ini ada di balik hilangnya Lysia dan berusaha untuk menjauhkannya. Entah sampai kapan adiknya itu akan menyerah. Dia terus saja berontak dan membuat Ivander gelengkan kepalanya pelan. Benar-benar tidak mengerti dengan tingkah laku adiknya itu.David yang sedang berdiri di depan Ivander menjadi gugup. Tuannya itu mengucapkan terima kasih dan sungguh membuat dia merasa begitu lebih baik. Lalu, David pun melaporkan hal lain. “Saya sudah membuat anggota Marvori sebelum nya untuk tetap bers
“Lysia, kamu sudah bangun? Ini aku bawakan makanan untuk kamu, aku yakin kalau kamu sedang lapar saat ini,” ucap Yandi yang tiba-tiba muncul di depan Lysia. Bahkan dia tidak mengetuk pintu untuk meminta izin memasuki rumah ini. Membuat Lysia terasa kaku dan begitu tidak nyaman. “Terima kasih, Pak Yandi. Namun, itu tidak perlu, saya akan makan masakan saya sendiri,” tolak Lysia. “Sekarang bapak silahkan pergi, dan jangan melakukan hal yang merepotkan untuk saya,” ucap Lysia mengusir dengan halus.Yandi malah langsung mendekati Lysia dan berbicara dengan tenang.“Jangan sungkan, Lysia. Ibuku sudah menganggap kamu sebagai putrinya sendiri, jadi kamu juga jangan sungkan kepadaku,” jelas Yandi. Dia langsung saja berjalan ke arah meja makan untuk membawakan sebuah piring. “Pak, tolong jangan seperti ini. Saya bisa melakukannya sendiri,” ucap Lysia sambil menatap tidak suka kepada Yandi yang dengan santainya menyiapkan makanan di atas meja. Yandi tidak menjawab perkataan dari Lysia, dia m
Mendengar apa yang barusan Irfan katakan. Ivander tidak bisa menahan diri lagi. Dia rasanya ingin membunuh adiknya sendiri sekarang. Ivander pun langsung membabi buta menghajar wajah Irfan dengan sekuat tenaga. Bahkan darah pun sampai mencurat keluar dari wajah Irfan. Namun, Irfan hanya bisa tersenyum, “kak lihatlah dirimu sendiri. Bagaimana rasanya? Sakit bukan? Kau pasti sangat mencemaskan Lysia, begitupun yang aku rasakan. Apalagi aku yang sampai kehilangan dia di depan mataku sendiri. Bisa terbayangkan bagaimana rasanya aku merasa tidak berguna saat itu!” Setelah mendengar perkataan itu, Ivander pun terdiam. Dia tidak boleh sampai membunuh Irfan. Karena Irfan adalah adiknya sendiri yang masih terjerumus ke dalam kesalahpahaman dan tidak bisa melihat kebenaran. Ivander pun langsung saja berhenti menyerang. Dia menunjuk David untuk menyalakan sebuah Video di depan Irfan. Video yang membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Bukti ini sudah disimpan cukup lama, tapi tidak ada wakt