"Mereka berdua memohon padaku untuk nggak memberitahumu dulu. Aku nggak bisa mengkhianati mereka. Sebenarnya, selama kamu mengamati dengan cermat, kamu akan menemukan bahwa pasti ada sesuatu di antara mereka," ucap Dimas sambil mengangkat bahu dengan tak berdaya. Dia juga tidak ingin menyembunyikan hal ini dari istrinya, tapi dia tidak punya pilihan karena dia sudah berjanji pada Andi."Kamu benar-benar hebat. Aku pikir nggak ada rahasia di antara kita berdua. Aku nggak pernah menyangka kalau kamu akan menyembunyikan hal ini dariku. Katakan dengan jujur, apa ada hal lain yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Amel sambil menyipitkan mata dan menatap Dimas dengan tajam.Kilat rasa bersalah melintas di wajah Dimas. Kemudian, dia berkata, "Nggak ada. Sayang, nggak ada lagi yang aku sembunyikan darimu kecuali masalah ini.""Huh, awas saja. Aku paling benci saat orang lain menipuku. Kalau aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku, aku nggak akan pernah memaafkanmu," kata Amel dengan sedikit
Keesokan harinya, Dimas dan Amel dibangunkan oleh nada dering ponsel yang berisik.Amel mengeluarkan ponselnya dari bawah bantal, lalu menjawab panggilan itu dengan setengah sadar."Amel, apa kamu punya waktu pagi ini? Ayo kita belanja bersama!" Suara ceria Lidya terdengar dari ujung lain telepon."Oke," setuju Amel yang masih setengah sadar."Oke, kita sepakat, ya. Sampai ketemu nanti."Sementara itu, Dimas sudah sadar dari kantuknya. Dia bangkit dari tempat tidur, lalu langsung pergi ke kamar mandi. Setelah mandi, dia melihat bahwa Amel masih tidur. Dia pun berjalan ke sisi Amel, membungkuk, lalu dengan lembut mencium wajah Amel.Amel membuka matanya yang masih mengantuk, lalu berujar, "Sayang, selamat pagi!""Sayang, ayo cepat bangun. Bukankah kamu sudah membuat janji dengan Lidya untuk pergi belanja bersama? Jangan sampai terlambat!" ingat Dimas.Amel terkejut sebelum akhirnya segera bangun. Dia hanya tidur sebentar, tapi hampir saja melupakan hal ini.Setelah berganti pakaian, Ame
"Kamu sudah terlalu memuji. Sudahlah, berhenti menggodaku. Ayo kita belanja." Lidya mengangkat cangkir kopinya, lalu meminum sisa kopi dalam satu tegukan.Di sisi lain, Dimas tidak pergi ke lokasi konstruksi. Sudah hampir waktunya untuk menarik jaring, lalu menyelesaikan semuanya.Dimas memarkir mobilnya di pinggir jalan. Begitu mobil terparkir, pintu tiba-tiba terbuka, lalu seseorang masuk ke dalam."Pak Dimas, aku sudah mengumpulkan semua bukti korupsi dan penyelewengan dana publik yang dilakukan Dio. Semuanya ada di sini." Irfan mengeluarkan map dokumen dari tasnya."Bagus." Dimas mengangguk puas."Sesuai instruksimu, semua eksekutif senior cabang Grup Angkasa sudah dipanggil untuk mengadakan rapat dewan.""Ayo kita pergi menyaksikan pertunjukannya."Dio duduk di depan ruang konferensi dengan ekspresi serius. Dia menatap sekeliling dengan tatapan dingin, lalu bertanya, "Apa yang kalian semua lakukan? Kenapa omset perusahaan anjlok dalam dua bulan terakhir? Kalau ini terus berlanjut,
Dio bagaikan tembok besar yang roboh. Bukti pendukung untuk memenjarakannya sangat kuat. Orang-orang di perusahaan yang ada hubungannya dengan Dio juga menjauhkan diri dari pria itu agar tidak terlibat masalah ini.Semua aset atas nama Dio dibekukan."Amel, apa kamu tahu? Sepertinya manajer umum di perusahaan Dimas sudah ditangkap dan dipenjara." Ketika Lidya sedang memainkan ponselnya, dia secara tidak sengaja melihat bahwa berita ini sudah menjadi topik hangat di media. Jadi, dia membukanya."Apa? Ditangkap?" Amel mendekat dengan rasa ingin tahu. Benar saja, ada foto Dio yang ditangkap untuk dipenjarakan dalam berita."Dia pantas ditangkap. Dia sudah melakukan begitu banyak hal kotor," tambah Amel. Dio juga merupakan sosok yang terkenal di Kota Nataya. Namun, orang-orang yang mengenalnya tidak memberikan penilaian positif untuknya. Beberapa orang bahkan menganggapnya sebagai pengusaha yang hanya mengenal uang."Aku dengar kalau dia menyalahgunakan dana publik sampai hampir 200 miliar
Begitu Amel keluar dari mobil, sekilas dia melihat sosok yang dikenalnya masuk."Amel, apa yang kamu lihat?" tanya Lidya dengan curiga ketika memperhatikan tatapan Amel."Sepertinya aku baru saja melihat Dimas," gumam Amel. Punggung seseorang yang baru saja masuk terlihat sangat mirip dengan Dimas.Mendengar itu, Lidya mentertawakan Amel sambil berkata, "Sebenarnya seberapa sukanya kamu pada Dimas? Sekarang bosnya dipenjara dan perusahaannya mungkin sedang dalam kekacauan. Bagaimana mungkin dia masih punya waktu luang untuk datang ke restoran pribadi seperti ini?""Benar juga. Mungkin aku yang sudah salah lihat. Ayo kita masuk," ajak Amel setelah menggosok matanya. Kemudian, dia berjalan bergandengan dengan Lidya."Halo, apakah kalian berdua sudah melakukan reservasi?" sambut sang pelayan dengan antusias."Sudah, aku sudah melakukan reservasi setengah jam yang lalu," jawab Lidya."Baik, silakan kemari," ujar pelayan sebelum membawa mereka berdua ke ruangan pribadi di lantai dua."Lidya
Amel berjalan menuju ruangan tempat di mana Dimas berada."Pak Dimas, aku sudah menangani masalah di kantor cabang," kata Irfan dengan hormat.Amel berdiri di luar pintu dan dapat mendengar dengan jelas bahwa suara itu adalah milik Irfan, tetapi dia tidak mengerti mengapa Irfan memanggil Dimas dengan panggilan 'Pak Dimas'."Bagus kalau sudah ditangani. Aku sudah menghubungi Rega. Pesawatnya akan tiba di Kota Nataya besok siang pukul dua. Saat waktunya tiba, semua urusan cabang akan diserahkan kepadanya," jelas Dimas dengan nada tenang."Pak Dimas, karena semua masalah di sini sudah ditangani sesuai dengan harapan. Kapan Bapak berencana untuk pulang? Selama Bapak nggak ada, para anggota dewan direksi itu pasti akan banyak bertingkah," sahut Irfan ragu-ragu.Dimas sudah berada di sini terlalu lama. Meski sekarang fondasi Grup Angkasa sudah kembali stabil, Dimas sudah terlalu lama tidak muncul di kantor pusat, jadi beberapa orang memiliki niat yang tidak pantas.Jika harimau tidak ada di
Dimas tertegun sejenak sebelum kembali tersadar. Ketika dia mencoba menyusul Amel, sosok Amel sudah lama menghilang.Amel bersembunyi di dalam ruangan yang dia pesan bersama Lidya dengan mata memerah. Begitu Amel masuk, tidak ada seorang pun di dalam kecuali meja yang dipenuhi dengan hidangan mewah. Ketika Amel mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon, dia menemukan pesan teks yang dikirimkan Lidya kepadanya.Amel menangis tersedu-sedu. Sulit bagi Amel untuk menerima semuanya. Suami yang tinggal bersamanya sepanjang hari ternyata menggunakan identitas palsu. Ternyata selama ini, semuanya palsu.Sementara itu, Lidya bergegas pulang setelah melalui perjalanan jauh. Kemudian, dia melihat bahwa orang tuanya sedang duduk di sofa di ruang tamu, aman dan sehat, sementara itu, ada seorang pria lain yang memakai jubah duduk di sisi lain sofa."Bu, kenapa Ibu mendesak meneleponku dan menyuruhku pulang? Sebenarnya ada apa?" ujar Lidya dengan sangat tidak puas, tetapi tidak berani menunjukkanny
"Lidya, bisakah kamu datang menjemputku? Aku masih di ruangan tempat kita makan," ucap Amel. Dia menenangkan suasana hatinya sebelum berbicara dengan isak tangis."Oke, tunggu aku. Aku akan segera ke sana," sahut Lidya. Dia tidak punya waktu untuk bertanya lagi, hanya mengambil kunci mobil dan bergegas pergi.Ketika Amel mengetahui bahwa Dimas adalah direktur dari Grup Angkasa, dia sama sekali tidak merasakan kegembiraan karena menjadi nyonya keluarga kaya, hanya merasa marah karena merasa sudah dipermainkan.Hal yang terpenting antara suami istri adalah jujur dan tulus terhadap satu sama lain, tetapi Dimas tidak demikian. Tidak heran jika Dimas terus menolak ketika Amel berulang kali meminta untuk bertemu dengan anggota keluarganya. Ternyata Dimas memang tidak punya niatan sama sekali untuk membawanya pulang.Amel tiba-tiba merasa dirinya seperti sebuah lelucon.Dimas bergegas pulang ke rumah, tetapi tidak ada seorang pun di sana, Amel sepertinya belum kembali. Dia menelepon Amel