"Awalnya, aku berpikir untuk datang ke toko makanan penutup ini ketika aku punya waktu untuk mencoba membeli kue krim kecil mereka. Tapi sekarang sepertinya aku harus melupakannya. Lebih penting menyelamatkan hidupku."...Para penonton mulai berbisik-bisik. Beberapa dari mereka bahkan mengatakan ucapan yang sangat kasar. Sebagai pemilik toko, Amel tentu saja harus maju."Semuanya, tolong dengarkan aku. Aku pemilik toko makanan penutup ini. Kalian hanya mendengar wanita ini memfitnah toko makanan penutupku, tapi apakah kalian sudah benar-benar memahami kebenaran masalah ini?"Amel mengambil pengeras suara dari toko. Kemudian, dia berkata dengan keras menggunakan pengeras suara.Kerumunan orang yang tadinya masih berceloteh, kini menjadi hening sepenuhnya."Wanita ini membawa putranya ke toko kami untuk membeli kue nanas pagi ini. Sekarang dia datang ke sini untuk membuat keributan. Dia mengatakan bahwa putranya mengalami reaksi alergi terhadap kue nanas di toko kami dan perlu dirawat d
Mendengar itu, Dimas langsung tersenyum cerah. Kali ini adalah pertama kalinya Amel memanggilnya sayang di depan orang lain. Dimas pun langsung merasa sangat senang."Tepung ini cukup berat, biarkan aku membantumu." Clara segera pergi membantu tanpa basa-basi."Nggak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." Dimas dengan mudah mengangkat kantong tepung protein tinggi, lalu membawanya masuk ke dapur."Clara, kemarilah. Ada yang ingin kutanyakan padamu," panggil Amel."Kak Amel, ada apa?""Clara, kenapa aku merasa sikapmu terhadap Dimas sangat aneh. Kamu terlihat sedikit terlalu menghormatinya. Katakan yang sejujurnya, apakah kamu takut padanya?"Dimas menjadi gugup ketika mendengar apa yang Amel katakan. Dia sedikit khawatir Clara akan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.Clara menggelengkan kepalanya sambil berujar, "Kak Amel, aku nggak takut padanya.""Kalau kamu nggak takut padanya, itu berarti kamu tertarik padanya?" tanya Amel setengah bercanda.Mata Clara membelalak,
"Apa pendapatmu tentang Yunita?" Amel mengirim pesan WhatsApp pada Lidya."Cukup baik." Balasan dari Lidya datang dengan cepat."Apakah menurutmu dia cocok dengan Andi?" Amel dan Lidya adalah sahabat yang sudah tumbuh bersama sejak kecil. Menurut Amel, Lidya bisa dianggap sebagai seorang kakak perempuan yang relatif dekat dengan Andi. Selain itu, Andi sekarang tinggal di rumah Lidya, jadi Lidya pasti cukup mengenal Andi dengan baik. Itu sebabnya Amel ingin melibatkan Lidya dalam masalah ini.Lidya melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya, lalu hampir kehabisan napas karena sangat marah. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum bergumam, "Nggak marah, nggak marah, aku nggak marah."Lidya memiliki keinginan besar untuk bertengkar dengan Amel. Karena terlalu malas untuk mengirim pesan lagi, dia pun langsung menelepon sahabatnya itu."Amel, hubungan adalah masalah besar. Tak ada satu pun dari kita bisa mengambil keputusan. Kita tetap harus menghormati keinginan orang yang terlibat. Mun
"Nona Jessica, karena kamu sudah memberi peringatan pada kami, kami pasti akan memperhatikannya."Setelah Jessica memeriksa lokasi konstruksi, dia pergi ke kantor Dimas. Dia berdiri di depan pintu, lalu mengetuk dengan lembut."Masuk.""Pak Dimas, aku baru datang untuk bekerja hari ini. Ruangan untukku belum diaturkan. Menurutmu, aku harus tinggal di mana?""Ada ruangan kosong di sebelah kantorku. Kamu bisa tinggal di sana. Lebih baik jangan tinggal di asrama pekerja di belakang, nggak aman untuk gadis sepertimu." Demi keselamatan pekerja, Dimas langsung menempatkan wanita itu di sebelah kantornya. Di sini lingkungannya relatif lebih baik, cocok untuk ditinggali seorang gadis."Terima kasih, Pak Dimas." Jessica dengan senang hati pergi untuk membereskan ruangan barunya.'Aku benar-benar nggak menyangka Pak Dimas begitu perhatian,' pikir Jessica diam-diam di dalam hatinya. Rasa sukanya pada Dimas jadi meningkat pesat.Untuk mengungkapkan rasa terima kasih, juga untuk meningkatkan kontak
"Karena kamu bosan, bagaimana kalau kamu membantu di toko makanan penutup?" tanya Amel. Bagaimanapun juga, Lidya juga adalah investor di toko makanan penutup ini.Lidya segera menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Sebaiknya lupakan saja. Aku nggak tertarik membuat makanan penutup.""Apakah gadis muda di dalam itu adalah orang yang baru saja kamu rekrut?" Tatapan Lidya tertuju pada Clara.Amel mengangguk sambil berujar, "Ya, namanya Clara. Meskipun usianya masih muda, dia adalah koki berbintang. Aku merasa sangat beruntung bisa merekrut orang berbakat seperti dia.""Benarkah?""Oh ya, Amel, bukankah Bibi Lili mau mencoba menjodohkan Andi dan Yunita? Bagaimana kelanjutannya?" Lidya menyebutkan masalah ini secara sengaja. Sebenarnya, dia datang ke sini khusus untuk mencari tahu tentang masalah ini."Aku sudah memikirkannya baik-baik dalam perjalanan ke tempat kerja hari ini. Aku memutuskan untuk nggak melakukannya. Karena adikku sudah memiliki seseorang yang dia sukai, kenapa harus me
Hal ini langsung membuat Amel merasa bersalah. Dimas selalu menjaganya dengan segala cara, adalah orang yang penuh perhatian. Namun, sekarang Amel jarang-jarang pergi makan dan membiarkan Dimas menunggu di luar. Mana bisa dia seperti ini?"Lidya hanya bercanda denganmu. Kamu nggak akan mengganggu kalau ikut bersama kami," jawab Amel sambil menepuk bahu Dimas untuk menghibur pria itu.Dimas tersenyum penuh kemenangan, sementara Lidya menggertakkan giginya karena merasa kesal. Awalnya, Lidya berencana untuk makan dan mengobrol bersama sahabatnya. Namun, sekarang jadi ada Dimas. Lidya merasa tidak begitu nyaman lagi untuk mengobrol dengan Amel.Setelah sampai di restoran, Dimas menggandeng tangan Amel. Dia berjalan masuk dengan cueknya dan meninggalkan Lidya di belakang. Lidya harus berlari-lari kecil untuk mengikuti mereka. Tiba-tiba saja, Lidya merasa seperti obat nyamuk.Jika bukan karena sudah membayar untuk memesan tempat, Lidya pasti sudah langsung pergi begitu saja."Tuan dan Nyony
Lidya dan Dimas terus saja bertengkar selama acara makan malam tersebut. Lidya buru-buru pergi setelah makan malam itu selesai. Entah kenapa, dia merasa marah saat melihat Dimas.Dimas mengemudikan mobilnya dan mengantar Amel pulang untuk mengunjungi Lili. Baru saja sampai di rumah dan belum sempat masuk ke dalam, Amel menerima pesan WhatsApp dari Lidya."Amel, kita berdua sudah lama nggak makan bareng. Aku mohon padamu, lain kali jangan ajak lagi si pengganggu itu, oke? Dia benar-benar menjengkelkan. Tolong, jangan ajak dia lagi."Melihat pesan WhatsApp yang dikirimkan Lidya, Amel pun tidak tahan untuk tersenyum."Oke, aku mengerti," balasnya."Sayang, apa yang kamu tertawakan?" tanya Dimas dengan rasa ingin tahu, saat melihat istrinya tertawa sambil menatap ponsel.Amel langsung menyimpan ponselnya dan menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Lidya baru saja mengirimkan video lucu padaku."Amel tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Dimas, karena sahabat dan suaminya sepertinya tida
"Kak, kenapa Kakak ada di sini?" Andi yang baru saja kembali dari membeli buah, kebetulan bertemu dengan Dimas dan Irfan yang sedang mengobrol di tempat itu.Ketika Andi melihat ke arah Irfan, dia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut di wajahnya. "Kamu ... kamu Pak Irfan? Irfan Sarwono?"Andi sudah pernah melihat Irfan pada kunjungan terakhirnya ke Grup Angkasa untuk mengikuti kompetisi. Dia juga sudah mengetahui siapa Irfan sebenarnya dari teman-temannya. Oleh karena itu, kehadiran Irfan di depan pintu gerbang kompleksnya dan sedang mengobrol dengan Dimas, membuat Andi sedikit terkejut."Halo," sapa Irfan dengan agak canggung."Sudah sampai di depan pintu. Ayo, Kak, cepat ajak Pak Irfan untuk naik dan duduk-duduk dulu.""Benar. Ayo naik dan duduk-duduk bersama kami," kata Dimas dengan antusias, begitu mendengar ucapan Andi."Baik," setuju Irfan.Dimas berjalan di depan sambil membawa tonik dan kacang untuk Lili. Sementara itu, Irfan mengikuti di belakang dengan tangan kosong. Dia m
Lidya sudah terbiasa bebas dan tidak ingin terlalu cepat terikat oleh pernikahan."Baiklah, kita berdua nggak perlu terburu-buru. Orang tuamu dan orang tuaku mungkin sudah nggak sabar untuk menyuruh kita menikah karena ingin segera punya cucu," kata Andi dengan nada bercanda."Kalau Amel nggak menceraikan Dimas, dia mungkin harus mengikuti Dimas kembali ke Kota Ambara. Akan sulit untuk bertemu dengannya lagi di masa depan," sahut Lidya dengan sedih ketika memikirkan hal ini.Andi memeluk bahu Lidya dengan hangat sambil berkata, "Nggak apa-apa. Kalau kamu merindukan kakakku, kita bisa mengunjunginya kapan saja. Lagi pula, sekarang masih ada aku yang menemanimu, 'kan?"Lidya menghela napas, lalu menjawab, "Bagaimana kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu."Di sisi lain, Dimas mengambil sup penghilang rasa mabuk yang sudah dimasak, lalu dengan hati-hati menyuapkannya kepada Amel. Setelah sibuk selama setengah malam, dia baru tertidur di samping Amel dengan mengantuk.Sinar matahari pagi me
Pada saat ini, Amel sudah tersungkur di atas meja, sementara Lidya terbelalak saat melihat Dimas melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah ke arah mereka. Lidya pun mengguncang bahu Amel dengan lembut sambil berkata, "Amel, Dimas ada di sini.""Dimas? Dia itu penipu besar. Aku nggak akan pernah peduli lagi padanya," ucap Amel dengan tidak jelas sambil memeluk botol bir.Dimas mengerutkan kening saat mendengar kata-kata Amel. Melihat Amel dalam keadaan mabuk seperti itu, Dimas merasakan sakit di dalam hatinya."Amel, aku akan mengantarmu pulang," kata Dimas dengan lembut. Amel memaksakan diri untuk mengangkat kepalanya, lalu menatap Dimas yang ada di depannya. Dimas tampak tersenyum kepadanya."Aku nggak akan pulang." Amel menegaskan setiap kata yang diucapkannya. Dia masih marah karena Dimas sudah menipunya."Ka ... kalau begitu, aku serahkan Amel kepadamu. Aku pergi dulu." Melihat suasananya tidak terlalu bagus, Lidya pun bersiap untuk menyelinap pergi. Identitas Dimas sebagai dir
Amel ragu-ragu untuk beberapa saat, sebelumnya akhirnya perlahan-lahan berkata, "Sejujurnya, aku benar-benar nggak rela berpisah dari Dimas. Sejak kami menikah sampai sekarang, dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik. Dimas adalah contoh sempurna dari suami yang baik."Semalam saat berbaring di tempat tidur, yang terlintas di benak Amel hanyalah kebaikan Dimas kepada dirinya. Amel pun menjadi tidak begitu marah lagi."Hatiku masih sangat kacau sekarang." Amel menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal."Jangan khawatir. Semua pasti akan ada jalan keluarnya," bujuk Lidya sambil menepuk bahu Amel dengan lembut."Bagaimana kalau kita minum bersama malam ini, untuk menenangkan suasana hati?" usul Lidya saat melihat Amel tampak bingung dan gelisah.Sebelumnya, Amel pasti akan menolaknya. Namun, sekarang Amel langsung menyetujuinya tanpa ragu. "Oke."Dimas menghabiskan sepanjang pagi di rumah sakit. Kondisi Nenek Salma juga sudah stabil. "Ayah, Ibu, Nenek, masih ada beberapa hal yang harus
"Tentu saja, Kak Amel. Aku benar-benar ingin terus bekerja di sini," kata Clara dengan tegas. Dia sudah memantapkan hati untuk tetap bekerja pada Amel."Oke." Raut wajah Amel langsung menunjukkan perasaan lega.Dimas memesan penerbangan paling awal dan bergegas pulang malam itu juga. Sesampainya di rumah sakit, Salma sudah beristirahat di bangsal."Ayah, Ibu, aku datang.""Akhirnya kamu datang juga. Nenekmu terus menyebut-nyebut namamu sepanjang malam tadi," tegur Bela.Dimas berjalan menghampiri ranjang Salma dengan perasaan bersalah. Tiba-tiba saja Dimas menyadari jika neneknya benar-benar sudah sangat tua. Entah sejak kapan, rambut neneknya sudah memutih semua.Untuk sementara waktu ini, Dimas tidak memenuhi kewajibannya sebagai cucu. Dimas juga gagal membina hubungan asmaranya. Tiba-tiba saja, Dimas merasa agak sedih dan kecewa karenanya.Salma perlahan-lahan membuka matanya. Melihat Dimas, raut wajahnya tampak agak emosional."Aku sudah pulang, Nek." Dimas menggenggam erat tangan
Amel memandangi punggung kepergian Dimas. Dia merasa agak kehilangan di dalam hati. Namun, melihat Dimas yang tampak begitu cemas, Amel merasa pasti ada suatu masalah yang sangat penting.Lantaran suasana hatinya sedang buruk, Amel tidak punya keinginan untuk mengurus toko makanan penutup miliknya. Dia memutuskan untuk sementara waktu membiarkan Clara membantunya mengawasi toko. Keesokan harinya, Amel bangun pagi-pagi sekali, lalu pergi ke toko untuk memberi penjelasan pada Clara."Tenang saja, Pak Irfan. Aku pasti akan membantu Bu Amel menjaga toko dengan baik. Aku yakin Pak Dimas dan Bu Amel pasti akan baikan nanti."Begitu memasuki pintu, Amel mendengar suara Clara. Amel pun mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya kenapa Clara berkata seperti itu.Memikirkan kembali sikap Clara terhadap Dimas dan fakta bahwa Clara yang merupakan seorang ahli pembuat makanan penutup top, tapi bersedia merendahkan diri untuk bekerja di toko makanan penutup kecil miliknya ini, Amel pun sepertinya sudah
Amel sangat sadar diri dan tahu bahwa dia tidak layak untuk pria di depannya ini. Mungkin sekarang Dimas memiliki perasaan padanya, tetapi jika kesenjangan antara keduanya mulai ditemukan di masa depan, kemungkinan besar cinta mereka akan perlahan-lahan kandas.Dimas cukup baik, orang-orang di sekitar Dimas juga sangat baik. Amel hanya seorang wanita biasa, benar-benar tidak bisa berjalan berdampingan dengan pria itu.Saat mendengar kata cerai, Dimas langsung terbelalak kaget, lalu berkata, "Aku nggak bisa. Amel, jangan cerai, ya? Nggak peduli siapa aku, cintaku padamu nggak akan pernah berubah."Dimas menjelaskan dengan tegas kepada Amel alasan kenapa dia menyembunyikan identitasnya, tetapi Amel tampaknya tetap bertekad untuk menceraikannya."Dimas, beri aku waktu untuk menenangkan diri dulu," jawab Amel, lalu menutup pintunya lagi.Lili menepuk bahu Dimas sambil berkata, "Beri dia waktu. Bagaimanapun, ini bukan masalah sepele. Dia perlu waktu untuk menerimanya."Dimas mengangguk frus
"Kami nggak bisa menerima permintaan maaf dari seorang direktur," sahut Gibran dengan kesal.Dimas mengerutkan keningnya dan kembali menjelaskan "Ayah, Ibu, aku benar-benar nggak bermaksud menyembunyikan identitasku.""Kalau begitu, beri tahu aku kenapa kamu menyembunyikan identitasmu?" sahut Lili dengan nada dingin.Saat menghadapi Dimas, Lili masih mengalah dan ingin memberi Dimas kesempatan untuk menjelaskan. Bagaimanapun, dia masih bisa memercayai karakter Dimas.Mereka juga dapat melihat bahwa Dimas tidak memperlakukan putri mereka hanya untuk bermain-main saja."Orang yang bertanggung jawab atas cabang Grup Angkasa adalah kerabat jauh Keluarga Cahyadi. Ketika aku meninjau dana pada akhir tahun lalu, aku menemukan ada celah keuangan yang besar. Aku menyelidikinya secara pribadi dan menemukan kalau dia telah menggelapkan dana publik. Dia sering mengabaikan tugasnya dan membeli properti dalam jumlah besar. Tapi karena kurangnya bukti, aku dan asistenku menyembunyikan identitas kami
Sebagai seorang profesor, Gibran tidak pernah memperhatikan ketenaran dan kekayaan selama bertahun-tahun. Meskipun identitas asli Dimas adalah direktur Grup Angkasa, menurutnya juga tidak ada yang istimewa dengan itu."Kenapa Dimas menyembunyikan identitasnya? Mungkinkah dia sengaja melakukannya pada kita karena takut kita menginginkan uangnya?" sahut Lili dengan nada kecewa.Lili selalu merasa bahwa Dimas lumayan baik. Dia bahkan menganggap Dimas seperti putranya sendiri."Amel, karena kamu sudah memikirkannya dan memutuskan untuk menceraikannya, Ayah akan mendukung keputusanmu. Keluarga Santoso nggak peduli apakah dia direktur atau bukan," ucap Gibran. Pria itu adalah orang pertama yang mengungkapkan sikapnya."Ibu juga mendukungmu. Hal yang paling penting bagi pasangan untuk hidup bersama adalah kejujuran. Dia bahkan nggak bisa melakukan integritas paling dasar. Meskipun Keluarga Cahyadi kaya, Amel juga nggak bisa menikmatinya. Jadi, lebih baik lupakan saja," ujar Lili dengan nada k
"Aku ingin menceraikannya. Dia adalah seorang direktur Grup Angkasa, sementara aku cuma gadis biasa. Kami nggak berasal dari dunia yang sama dan nggak akan mendapatkan hasil apa pun di masa depan," tukas Amel. Ketika mengatakan itu, Amel merasa sakit yang menyesakkan datang dari hatinya.Ketika mendengar itu, Lidya langsung mengerutkan dahinya. Dia bisa melihat betapa Amel sangat mencintai Dimas."Huh ...." Lidya menghela napas panjang."Aku nggak pernah mengira bahwa hal dramatis yang ditampilkan di TV akan terjadi padaku," ujar Amel. Dia merasa sangat kecewa dengan Dimas ketika mengingat kembali berapa banyak kebohongan yang sudah dibuat pria ini untuk menipunya sejak mereka menikah."Ya, ini sudah keterlaluan. Kupikir hal semacam ini hanya ada di TV, tapi nggak disangka hal ini benar-benar terjadi di kehidupan nyata," sahut Lidya dengan emosi.Setelah suasana hati Amel sedikit stabil, Lidya mengantarnya pulang ke rumah Keluarga Santoso.Saat ini, Mirna sedang berbicara dengan Lili,