Meski begitu, Amel tetap mempertahankan senyuman di wajahnya. Dia berkata, "Kak, semua makanan penutup yang kami miliki di sini sudah memenuhi standar kebersihan makanan. Kalau kamu nggak yakin, kita bisa meminta orang dari Biro Kesehatan untuk datang memeriksanya.""Sudahlah, kamu nggak perlu melakukan trik ini padaku. Awalnya anakku baik-baik saja. Dia mendapat reaksi alergi setelah memakan segigit kue nanasmu. Kalau dia nggak dirawat tepat waktu, dia pasti akan mati," kata wanita itu terus mengulangi kata-katanya."Kak, apakah anakmu memiliki alergi terhadap makanan tertentu, seperti madu atau kacang-kacangan?""Anakku alergi kacang almond. Aku sudah meminta dokter memeriksa kue nanas kalian. Ada kandungan bahan almond di dalamnya, itulah sebabnya anakku jadi harus masuk rumah sakit. Kalian harus menanggung biaya pengobatan anakku. Kalian harus memberi ganti rugi karena sudah menyebabkan kerugian mental pada kami, juga memberi kami biaya gizi," kata wanita itu dengan marah sambil me
"Awalnya, aku berpikir untuk datang ke toko makanan penutup ini ketika aku punya waktu untuk mencoba membeli kue krim kecil mereka. Tapi sekarang sepertinya aku harus melupakannya. Lebih penting menyelamatkan hidupku."...Para penonton mulai berbisik-bisik. Beberapa dari mereka bahkan mengatakan ucapan yang sangat kasar. Sebagai pemilik toko, Amel tentu saja harus maju."Semuanya, tolong dengarkan aku. Aku pemilik toko makanan penutup ini. Kalian hanya mendengar wanita ini memfitnah toko makanan penutupku, tapi apakah kalian sudah benar-benar memahami kebenaran masalah ini?"Amel mengambil pengeras suara dari toko. Kemudian, dia berkata dengan keras menggunakan pengeras suara.Kerumunan orang yang tadinya masih berceloteh, kini menjadi hening sepenuhnya."Wanita ini membawa putranya ke toko kami untuk membeli kue nanas pagi ini. Sekarang dia datang ke sini untuk membuat keributan. Dia mengatakan bahwa putranya mengalami reaksi alergi terhadap kue nanas di toko kami dan perlu dirawat d
Mendengar itu, Dimas langsung tersenyum cerah. Kali ini adalah pertama kalinya Amel memanggilnya sayang di depan orang lain. Dimas pun langsung merasa sangat senang."Tepung ini cukup berat, biarkan aku membantumu." Clara segera pergi membantu tanpa basa-basi."Nggak perlu, aku bisa melakukannya sendiri." Dimas dengan mudah mengangkat kantong tepung protein tinggi, lalu membawanya masuk ke dapur."Clara, kemarilah. Ada yang ingin kutanyakan padamu," panggil Amel."Kak Amel, ada apa?""Clara, kenapa aku merasa sikapmu terhadap Dimas sangat aneh. Kamu terlihat sedikit terlalu menghormatinya. Katakan yang sejujurnya, apakah kamu takut padanya?"Dimas menjadi gugup ketika mendengar apa yang Amel katakan. Dia sedikit khawatir Clara akan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.Clara menggelengkan kepalanya sambil berujar, "Kak Amel, aku nggak takut padanya.""Kalau kamu nggak takut padanya, itu berarti kamu tertarik padanya?" tanya Amel setengah bercanda.Mata Clara membelalak,
"Apa pendapatmu tentang Yunita?" Amel mengirim pesan WhatsApp pada Lidya."Cukup baik." Balasan dari Lidya datang dengan cepat."Apakah menurutmu dia cocok dengan Andi?" Amel dan Lidya adalah sahabat yang sudah tumbuh bersama sejak kecil. Menurut Amel, Lidya bisa dianggap sebagai seorang kakak perempuan yang relatif dekat dengan Andi. Selain itu, Andi sekarang tinggal di rumah Lidya, jadi Lidya pasti cukup mengenal Andi dengan baik. Itu sebabnya Amel ingin melibatkan Lidya dalam masalah ini.Lidya melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya, lalu hampir kehabisan napas karena sangat marah. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum bergumam, "Nggak marah, nggak marah, aku nggak marah."Lidya memiliki keinginan besar untuk bertengkar dengan Amel. Karena terlalu malas untuk mengirim pesan lagi, dia pun langsung menelepon sahabatnya itu."Amel, hubungan adalah masalah besar. Tak ada satu pun dari kita bisa mengambil keputusan. Kita tetap harus menghormati keinginan orang yang terlibat. Mun
"Nona Jessica, karena kamu sudah memberi peringatan pada kami, kami pasti akan memperhatikannya."Setelah Jessica memeriksa lokasi konstruksi, dia pergi ke kantor Dimas. Dia berdiri di depan pintu, lalu mengetuk dengan lembut."Masuk.""Pak Dimas, aku baru datang untuk bekerja hari ini. Ruangan untukku belum diaturkan. Menurutmu, aku harus tinggal di mana?""Ada ruangan kosong di sebelah kantorku. Kamu bisa tinggal di sana. Lebih baik jangan tinggal di asrama pekerja di belakang, nggak aman untuk gadis sepertimu." Demi keselamatan pekerja, Dimas langsung menempatkan wanita itu di sebelah kantornya. Di sini lingkungannya relatif lebih baik, cocok untuk ditinggali seorang gadis."Terima kasih, Pak Dimas." Jessica dengan senang hati pergi untuk membereskan ruangan barunya.'Aku benar-benar nggak menyangka Pak Dimas begitu perhatian,' pikir Jessica diam-diam di dalam hatinya. Rasa sukanya pada Dimas jadi meningkat pesat.Untuk mengungkapkan rasa terima kasih, juga untuk meningkatkan kontak
"Karena kamu bosan, bagaimana kalau kamu membantu di toko makanan penutup?" tanya Amel. Bagaimanapun juga, Lidya juga adalah investor di toko makanan penutup ini.Lidya segera menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Sebaiknya lupakan saja. Aku nggak tertarik membuat makanan penutup.""Apakah gadis muda di dalam itu adalah orang yang baru saja kamu rekrut?" Tatapan Lidya tertuju pada Clara.Amel mengangguk sambil berujar, "Ya, namanya Clara. Meskipun usianya masih muda, dia adalah koki berbintang. Aku merasa sangat beruntung bisa merekrut orang berbakat seperti dia.""Benarkah?""Oh ya, Amel, bukankah Bibi Lili mau mencoba menjodohkan Andi dan Yunita? Bagaimana kelanjutannya?" Lidya menyebutkan masalah ini secara sengaja. Sebenarnya, dia datang ke sini khusus untuk mencari tahu tentang masalah ini."Aku sudah memikirkannya baik-baik dalam perjalanan ke tempat kerja hari ini. Aku memutuskan untuk nggak melakukannya. Karena adikku sudah memiliki seseorang yang dia sukai, kenapa harus me
Hal ini langsung membuat Amel merasa bersalah. Dimas selalu menjaganya dengan segala cara, adalah orang yang penuh perhatian. Namun, sekarang Amel jarang-jarang pergi makan dan membiarkan Dimas menunggu di luar. Mana bisa dia seperti ini?"Lidya hanya bercanda denganmu. Kamu nggak akan mengganggu kalau ikut bersama kami," jawab Amel sambil menepuk bahu Dimas untuk menghibur pria itu.Dimas tersenyum penuh kemenangan, sementara Lidya menggertakkan giginya karena merasa kesal. Awalnya, Lidya berencana untuk makan dan mengobrol bersama sahabatnya. Namun, sekarang jadi ada Dimas. Lidya merasa tidak begitu nyaman lagi untuk mengobrol dengan Amel.Setelah sampai di restoran, Dimas menggandeng tangan Amel. Dia berjalan masuk dengan cueknya dan meninggalkan Lidya di belakang. Lidya harus berlari-lari kecil untuk mengikuti mereka. Tiba-tiba saja, Lidya merasa seperti obat nyamuk.Jika bukan karena sudah membayar untuk memesan tempat, Lidya pasti sudah langsung pergi begitu saja."Tuan dan Nyony
Lidya dan Dimas terus saja bertengkar selama acara makan malam tersebut. Lidya buru-buru pergi setelah makan malam itu selesai. Entah kenapa, dia merasa marah saat melihat Dimas.Dimas mengemudikan mobilnya dan mengantar Amel pulang untuk mengunjungi Lili. Baru saja sampai di rumah dan belum sempat masuk ke dalam, Amel menerima pesan WhatsApp dari Lidya."Amel, kita berdua sudah lama nggak makan bareng. Aku mohon padamu, lain kali jangan ajak lagi si pengganggu itu, oke? Dia benar-benar menjengkelkan. Tolong, jangan ajak dia lagi."Melihat pesan WhatsApp yang dikirimkan Lidya, Amel pun tidak tahan untuk tersenyum."Oke, aku mengerti," balasnya."Sayang, apa yang kamu tertawakan?" tanya Dimas dengan rasa ingin tahu, saat melihat istrinya tertawa sambil menatap ponsel.Amel langsung menyimpan ponselnya dan menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Lidya baru saja mengirimkan video lucu padaku."Amel tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Dimas, karena sahabat dan suaminya sepertinya tida