Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Tamparan Keras dari Diana

Share

Tamparan Keras dari Diana

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 11:07:36

Plak!

Tamparan itu melayang cepat, suara kerasnya menggema di sudut restoran yang sebelumnya tenang.

“Wanita murahan!”

Suara Diana memecah keheningan seperti badai yang tak terduga. Wanita paruh baya itu berdiri dengan sorot mata menyala, penuh kemarahan yang sulit dibendung.

Tubuhnya bergetar, bukan karena lelah, tetapi karena amarah yang membakar setiap kata yang keluar dari bibirnya.

Elena tersentak. Wajahnya berbalik ke arah tamparan, kulit pipinya memerah dan terasa panas, seperti bara api yang baru saja menyentuhnya.

Matanya melebar, memandang Diana dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan.

Tangannya naik perlahan, memegangi pipinya yang nyeri, sementara jantungnya berdetak cepat, lebih karena penghinaan yang ia rasakan daripada sakit fisik itu sendiri.

“Berani-beraninya kau selingkuh di belakang Gio, Elena!” pekik Diana, suaranya melengking, seperti cambuk yang menghujam telinga.

Elena masih membisu, mencoba mengendalikan gelombang emosi yang hampir meledak di dadanya.

“Gio
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
klo aku jadi elena, udah aku unyeng unyeng itu mak nya si gio.
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Diana sudah kemakan omongannya gio. Padahal gio sendiri yg selingkuh dan apa yg dibilang elena itu benar
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
gio beraninya ngadu ke maknya memalukan .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Menikah dengan Karl?

    “Kau pikir Karl sehebat itu?” suara Gio memecah keheningan, nada sinisnya seperti angin dingin yang menyusup ke tulang. Senyum miring menghiasi wajahnya, seperti topeng seorang pria yang menikmati ilusi kemenangan.“Justru dia sedang memperlihatkan kelemahannya. Dia sendiri yang bermain-main denganku, Elena!”Elena menatapnya dengan pandangan yang tajam namun tenang, seperti air permukaan danau yang menyembunyikan pusaran di bawahnya.“Terserah kau saja, Gio. Sejak kau tahu The Blue Company makin sukses pun kau sudah meradang. Dan ternyata, pemiliknya adalah Karl—orang yang kau benci sejak lama. Tapi, perlu kau ingat, Gio,” suaranya mengalun lembut, tetapi setiap kata terasa seperti belati yang menusuk, “kau pun bekerja sama dengannya.”Ucapan Elena bagai api yang dilemparkan ke dalam bara amarah Gio. Tangannya mengepal kuat, urat-urat di pergelangan tangannya tampak jelas seperti akar pohon tua yang penuh amarah.Ia tidak membalas, hanya menatap Elena dengan tatapan beracun sebelum b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Bertemu dengan Jesika

    "Karl tidak memiliki komitmen untuk menikah dengan siapa pun, termasuk denganku, Maia," ujar Elena dengan suara yang terdengar seperti angin senja, membawa kesedihan yang lembut namun menusuk.“Huh? Apa maksudmu, Elena? Lantas, kenapa kau berselingkuh dengannya, jika pada akhirnya kalian berpisah?” tanya Maia, suaranya menggema di antara tembok keraguan, matanya mencari jawaban di wajah Elena yang redup.Elena menghela napas panjang, seolah ingin mengusir beban dari dadanya, namun hanya berhasil menambah hening di antara mereka."Karena aku yang telah menyeret Karl ke dalam pusaran duniaku. Saat aku melihat Gio dan Jesika bercinta, sesuatu dalam diriku hancur seperti kaca yang dilempar ke lantai marmer.“Aku mabuk, Maia, mabuk oleh kehampaan, dan aku menyeretnya ke dalam kamar hotel, membawa serta dosa yang tak pernah kusangka akan terus menghantuiku."Air di gelas Maia berhenti beriak, suasana kamar seketika terasa begitu pengap oleh pengakuan yang berat itu. Elena melanjutkan, suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Permintaan Elena pada Jesika

    "Aku ingin bicara denganmu, Jesika." Suara Elena terdengar datar, namun di baliknya tersimpan gelombang badai yang siap menghantam.Jemarinya menggenggam ponsel lebih erat, seolah menyalurkan seluruh amarah yang bergejolak di dalam dirinya."Temui aku di Liu Café. Aku tidak punya banyak waktu, Elena." Jesika menjawab tanpa basa-basi, lalu dengan cepat memutus sambungan telepon, meninggalkan senyap yang terasa menggantung di udara.Elena menghela napas panjang. Matanya menerawang, menatap layar ponsel yang kini telah sunyi."Sepertinya dia tahu... bahwa aku telah mengetahui perselingkuhannya dengan Gio," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.Hatinya mengeras, kepedihan menjalar seperti racun perlahan menyusupi nadinya, tetapi ia menepis segala kelemahan. Tidak. Ia tidak akan mundur.Langkahnya mantap, seolah jalanan yang membentang di hadapannya adalah panggung takdir yang telah menantinya. Ia harus bertemu Jesika."Kau mau ke mana, El?" Maia tiba-tiba muncul di ambang pintu, tatapan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Giliran Elena yang Bertindak

    “Tidak bisa.” Suara Jesika terdengar datar, nyaris tanpa emosi, tetapi sorot matanya memancarkan kilatan tajam yang menusuk Elena.“Aku tidak bisa hamil anak Gio karena dia harus menunggu warisan itu jatuh ke tangannya dulu, Elena. Apa kau tidak mengerti, huh?”Nada suaranya menggertak, seperti kilat yang menyambar tepat di atas kepala Elena. Udara di antara mereka seolah bergetar, dipenuhi ketegangan yang menggumpal pekat.Jesika menghela napas kasar, jemarinya mengetuk perlahan permukaan cangkir kopi yang mulai mendingin.“Jika aku hamil anak Gio dan dia ketahuan selingkuh, maka warisan itu tidak akan jatuh ke tangannya.” Kata-kata itu jatuh ke udara seperti serpihan kaca yang menusuk kulit, memperjelas kenyataan yang selama ini tertutup kabut.Elena menegang. Seketika dadanya sesak, seolah oksigen di ruangan ini menguap begitu saja.Jadi, ini alasan sebenarnya? Bukan hanya karena cinta, bukan karena ikatan yang penuh gairah—mereka hanyalah dua manusia yang terjerat dalam jebakan ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Menyerahkan Diri

    Tiga hari telah berlalu sejak pertemuannya dengan Jesika, namun bara amarah masih membara di dada Elena.Ia memutuskan untuk menemui Vero, pria yang seharusnya berdiri di sisinya, yang seharusnya membelanya dari penghinaan dan pengkhianatan ini. Namun, yang membuatnya bertanya-tanya adalah…“Mengapa hingga kini dia tetap diam?” gumamnya pelan, tatapannya terpaku pada jalanan yang terbentang di depan kaca mobilnya.Apakah Vero sudah mengetahui segalanya? Apakah ia tahu bahwa putranya berselingkuh di belakangnya?Elena menghela napas panjang, kedua tangannya mencengkeram kemudi erat, seolah berusaha meredam kemarahan yang menggelegak di dadanya.“Jika dia tahu, kenapa dia tidak melakukan apa pun? Kenapa tidak meminta Gio untuk menceraikanku?” Suaranya tercekat oleh getir yang menyesakkan.Keluarga itu benar-benar aneh. Bahkan Diana, yang paling vokal dalam mencerca dan menghina, tidak pernah menyuruhnya untuk berpisah dari Gio—hanya makian yang ia terima, seolah dirinya adalah satu-satu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Berhasil Membuat Wajah Diana Memucat

    "Apa kau bilang?" desis Karl, rahangnya mengetat, otot-ototnya menegang di bawah kulit seperti kawat baja yang siap putus.Sorot matanya yang semula teduh kini membara, menyiratkan amarah yang nyaris meledak.Diana berdiri di hadapan mereka dengan postur penuh superioritas, kepalanya terangkat tinggi, seolah-olah dunia tunduk pada keberadaannya.Matanya menyipit, memancarkan penghinaan yang tidak tersamarkan sedikit pun."Perempuan ini… murahan!" Ucapannya menghempas udara seperti cambuk api yang membakar. "Tidak tahu diri! Dia tidak pantas mengkhianati anakku seperti ini. Harga diri Gio jatuh karena menikahi wanita ini, dan sekarang dia telah mengkhianatinya! Apa lagi namanya jika bukan murahan?"Ucapan itu menusuk hati Elena seperti ribuan pecahan kaca yang menghujani dadanya. Luka yang telah lama menganga kini kembali dirobek, tanpa ampun, tanpa belas kasihan.Namun, kali ini ia tidak menangis. Tidak ada air mata yang jatuh. Yang ada hanyalah kepahitan yang mengental di tenggorokan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Permintaan yang Aneh

    “Kau akan menyebarkan berita tentang perselingkuhan Gio dan Jesika ke media?” tanya Elena, suaranya mengandung getar samar yang nyaris tak terdengar, seolah pertanyaan itu pun menyakitinya.Karl menoleh, matanya tajam menelusuri wajah Elena, membaca setiap keraguan yang tersirat dalam sorot matanya.“Menurutmu?” bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang penuh arti.“Apa aku harus diam saja setelah melihat Diana yang masih saja tidak percaya bahwa anaknya selingkuh?”Elena terdiam, pikirannya berkelindan dalam simpul yang sulit diurai. Diana memang masih terpaku dalam ilusi, menolak menerima kenyataan bahwa darah dagingnya sendiri adalah pengkhianat sejati.Karl mendekat, sorot matanya tajam dan penuh perhitungan. “Permainan ini harus segera dimulai, Elena. Kau sendiri yang bilang akan bertindak tegas. Tapi, kenapa sepertinya kau masih tidak yakin?” Nada bicaranya menyelidik, seakan ingin menelusuri celah dalam hati Elena yang masih menyimpan keraguan.Ia menyipitkan mata, menelusuri w

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tak pernah Bisa Menolaknya

    “Kau memang sama saja!” Elena mendengkus, suaranya dipenuhi bara yang tertahan.Seulas senyum miring terbentuk di bibir Karl, seakan menikmati amarah yang menyala di mata wanita di hadapannya.“Untuk apa menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, Karl?” Elena menghembuskan napas kasar, dadanya naik-turun seperti ombak yang bergulung-gulung di lautan badai.“Kenapa tidak minta saja pada wanita yang dijodohkan oleh orang tuamu itu?”Nada sinis menyelinap di setiap suku kata yang ia lontarkan, namun di baliknya, ada luka yang menganga, mengiris lebih dalam dari yang ia sadari.Karl mendekat, matanya menatap Elena dengan intensitas yang mampu melelehkan bongkahan es paling dingin sekalipun.“Aku tahu, cintamu tulus untukku. Tapi, tidak dengan Ericka.” Bibirnya melengkung tipis, menyiratkan kepahitan.“Dia hanya mengincar kekayaanku, ketenaranku. Akan menumpang tenar di hidupku. Sedangkan kau…”Ia mendekat lagi, tangannya terangkat untuk menyapu rambut Elena ke belakang, ujun

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Berhasrat Selain Denganmu

    Malam telah tiba. Langit pantai dihiasi bintang-bintang yang redup, sementara gelombang laut memecah keheningan dengan suara lembut yang teratur.Aroma garam bercampur dengan bau minuman alkohol yang tumpah, menguar dari gelas-gelas pesta yang berserakan.Lampu-lampu warna-warni berkilauan, menari-nari di atas pasir, menciptakan ilusi yang kontras dengan kegelapan malam.Musik dari DJ berdentum memekakkan telinga, membuat detak jantung terasa berpacu dengan irama bass yang menghentak.Orang-orang tertawa, menari liar, dan melupakan dunia sejenak dalam euforia pesta yang tak mengenal batas.Namun, di sudut yang agak sepi, di bawah bayang-bayang pohon kelapa yang bergoyang ringan diterpa angin, Elena dan Karl berdiri dalam ruang kecil yang seolah terpisah dari hiruk-pikuk.Hanya ada mereka berdua, terjebak dalam keheningan yang jauh lebih bising daripada suara musik yang memekakkan.Mata Elena menatap Karl, sorotnya tajam tetapi rapuh. Ia menarik napas pelan, tetapi berat—seperti sedang

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Perjalanan yang Menantang

    “Kau mau membawaku ke mana, Karl?” tanya Elena, suaranya sedikit terangkat untuk melawan suara deru mesin speedboat yang membelah permukaan laut biru.Karl menoleh sejenak, matanya yang tajam namun hangat memandang Elena sebelum kembali fokus pada kemudi.“Pergi ke beach club yang tak jauh dari pulau ini,” jawabnya ringan.Elena terdiam. Ia memandangi buih ombak yang terpecah di sisi speedboat, sementara angin membawa aroma asin laut yang khas.Beach club… sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di tempat seperti itu. Kesibukannya mengelola restoran miliknya seolah telah menelan seluruh waktunya.Bertahun-tahun ia larut dalam ambisi dan kerja keras hingga melupakan hal sederhana seperti menikmati hidup.Setengah jam berlalu. Perlahan, di hadapan mereka mulai terlihat bangunan berarsitektur tropis dengan atap jerami yang menjulang, diapit oleh deretan pohon kelapa yang menari-nari di bawah belaian angin.Musik chill-out berdentum lembut dari kejauhan, berpadu dengan suara tawa dan

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kau Berhak Bahagia

    Cahaya matahari keemasan menyelinap masuk melalui celah tirai, menari lembut di atas kulit Elena yang masih terasa hangat. Dengan mata yang masih sedikit berat, ia mengerjap pelan, membiarkan pikirannya kembali ke kenyataan setelah malam panjang yang penuh dengan gelora dan kelembutan.Tangannya terulur, meraba sisi tempat tidur yang kosong. Dingin.Karl sudah tidak ada di sana.Elena menghela napas panjang. Bagaimana mungkin dia sudah bangun? Kita baru tidur pukul lima tadi.Rasa heran bercampur kekaguman mengisi benaknya. Ia tahu Karl bukan tipe pria yang bisa berdiam diri terlalu lama, tetapi tetap saja, hanya tidur dua jam lalu langsung bangun untuk beraktivitas seperti biasa? Itu di luar nalar.Dengan enggan, ia menyibakkan selimut, duduk di tepian ranjang sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Pandangannya turun ke lantai, di mana lingerie tipisnya masih tergeletak begitu saja—salah satu bukti dari malam yang menguras energi mereka. Pipinya sedikit merona saat mengingat

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bercinta Sampai Pagi

    Setelah menempuh perjalanan panjang selama sebelas jam tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba di sebuah pulau kecil yang dikelilingi lautan biru yang jernih. Dari atas jet, Elena sudah bisa melihat hamparan pasir putih yang bersih, ombak yang berkejaran dengan lembut, serta pepohonan hijau yang menghiasi pulau bak surga tersembunyi.Namun, yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa hanya ada satu bangunan di seluruh pulau—sebuah villa mewah yang berdiri megah di tengah-tengah hamparan alam yang masih asri.Saat melangkah masuk ke dalam villa, Elena hampir tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Interiornya begitu elegan—lantai marmer dingin menyambut telapak kakinya, lampu gantung kristal menggantung anggun di tengah ruangan, dan jendela besar terbuka lebar, memperlihatkan pemandangan laut yang begitu luas seolah tak berujung.Elena melayangkan pandangan ke sekeliling, lalu menatap Karl dengan dahi berkerut. “Kenapa hanya ada satu villa saja di sini?” tanyanya penuh rasa ingin ta

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menuju Hawaii

    “Ka—kau bercanda, kan?” suara Elena terdengar ragu, nyaris berbisik. Matanya membulat, menatap Karl dengan campuran keterkejutan dan ketidakpercayaan.Karl tidak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menyunggingkan senyum tipis—senyum yang sarat akan misteri, seolah menyimpan banyak rahasia yang hanya dirinya sendiri yang tahu. Matanya menatap Elena dengan sorot tajam, seakan menguliti setiap reaksi yang terpancar dari wajah perempuan itu.“Apa aku terlihat bercanda, Elena?” tanyanya pelan, suaranya berat namun penuh keyakinan.Elena hanya bisa menelan ludah, dadanya sedikit terasa sesak. Tatapan pria di depannya begitu dingin, begitu tegas—dan dia tahu, Karl bukan tipe pria yang sekadar mengucapkan ancaman kosong. Dengan ragu, ia menggeleng pelan.Karl mendekat, membiarkan suaranya menjadi bisikan yang menusuk. “Listen to me. Aku tidak suka basa-basi pada orang yang menghalangi jalanku. Jika mereka terus menerus mengusik, maka jangan harap mereka akan hidup dalam damai.”Kata-kata itu t

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Membunuhnya

    “Kenapa kau mengenalkanku sebagai calon istrimu di depan kolegamu?” tanya Elena dengan nada tajam setelah mereka keluar dari hotel tersebut.Langkah mereka melambat ketika mencapai taman kota. Malam sudah semakin larut, tapi lampu-lampu taman yang redup menciptakan suasana tenang. Air mancur di tengah danau buatan memancarkan bias cahaya keemasan, membentuk kilauan indah di permukaan air. Semilir angin malam menggoyangkan dedaunan, membawa serta aroma bunga yang samar.Karl berhenti di tepian danau, menghela napas panjang sebelum akhirnya menatap wajah Elena dengan ekspresi yang sulit diterka. Matanya berkilat, bukan karena cahaya lampu, tapi ada sesuatu yang lebih dalam di sana—sebuah rahasia yang selama ini ia pendam.“Kau tidak penasaran siapa yang menjadi selingkuhan dari istri Taylor tadi?” tanyanya, suaranya terdengar datar, tetapi menyimpan sesuatu di baliknya.Elena mengernyit, mencoba mencari jawaban dalam pikirannya sebelum akhirnya bertanya dengan nada hati-hati, “Memangn

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Calon Istri (?)

    “Ikut aku.”Elena yang tengah duduk di tepi ranjang mengangkat kepalanya, menatap pria itu dengan ragu. Sorot matanya mencari-cari petunjuk di wajah Karl, berharap bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Namun seperti biasa, pria itu tetap sulit ditebak.“Ke mana?” tanyanya akhirnya, suaranya terdengar samar di tengah keheningan kamar.Karl tidak langsung menjawab. Ia hanya mengulurkan tangannya, memberi isyarat agar Elena segera berdiri. Dengan enggan, Elena bangkit, menyapukan tangannya ke gaun sutra yang ia kenakan. “Aku masih packing, Karl.”Senyuman tipis menghiasi bibir Karl, tetapi bukan senyuman lembut yang menghangatkan—melainkan senyuman penuh kendali. “Aku tidak memintamu untuk packing, Elena. Ada pelayan yang akan menyiapkan semuanya. Jadi, sekarang ikut aku.”Elena menghela napas panjang, rasa pasrah menyelimuti dirinya. Percuma mencoba menolak Karl. Kata tidak mau bukan bagian dari kamusnya jika berurusan dengan pria itu. Karl bukan hanya mendominasi dirinya, teta

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Terima Saja

    “Kau datang?” Suara Federick terdengar datar, tetapi matanya memancarkan sedikit keheranan saat melihat Karl memasuki ruang kerjanya. “Hm.” Karl melangkah santai, jasnya masih rapi tanpa satu pun kerutan, meskipun wajahnya terlihat sedikit lelah.Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk di sudut ruangan, lalu menyandarkan kepala ke belakang sebelum akhirnya menatap Federick yang masih berdiri di dekat mejanya. “Ada yang ingin kusampaikan padamu.”Federick menautkan kedua alisnya sebelum berjalan mendekat. Ia duduk di kursi berhadapan dengan Karl, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Ada apa?” tanyanya dengan nada waspada.Karl menghela napas panjang, seolah tengah mencari cara terbaik untuk menyampaikan sesuatu yang akan memicu reaksi besar dari lawan bicaranya. Pandangannya menelisik wajah Federick sebelum akhirnya berkata, “Aku akan pergi ke Hawaii.”Sejenak, ruangan itu hening. Federick menatap Karl dengan mata membesar, seolah tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. Kemu

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anggap Saja Sedang Bulan Madu

    Hening.Elena membeku di tempatnya. Tangannya yang semula hendak meraih parfum di atas meja berhenti di udara.Ada sesuatu dalam nada suara Karl yang membuat dadanya sesak. Sebuah tuduhan, sebuah peringatan, dan yang lebih menyakitkan… kebenaran yang tak ingin ia akui.Karl tetap menatapnya, ekspresinya tak terbaca. Namun, jemarinya yang besar terangkat, perlahan menyentuh bahu Elena sebelum turun ke lengannya.Ia tidak mengatakan apa pun lagi, tapi genggamannya yang sedikit menekan di kulitnya mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini belum selesai.Elena menghela napas panjang, dadanya naik turun dengan berat seakan beban yang menghimpitnya enggan enyah.Tatapannya menerawang, menembus batas ruang dan waktu, seolah berusaha mencari jawaban di balik gemerlap lampu kamar yang samar.“Sampai aku dan Gio resmi berpisah,” suaranya lirih, hampir tenggelam di antara detak jam dinding yang terasa lebih nyaring daripada biasanya.Ia menutup mata sesaat, sebelum bibirnya kembali bergerak, kali ini

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status