Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Pertemuan Menegangkan

Share

Pertemuan Menegangkan

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 10:35:44

"Dari mana saja kau, Elena? Kenapa kau tidur di luar lagi?" tanya Gio dengan nada yang mencampurkan rasa khawatir dan kesal.

Malam itu, Elena baru saja tiba di rumah setelah seharian sibuk. Wajahnya terlihat lelah, namun sikap dinginnya semakin terasa begitu ia melangkah masuk.

Elena menoleh pelan, menatap Gio dengan tatapan dingin yang tak bisa disembunyikannya. "Meeting dengan klienku," jawabnya tanpa emosi. "Kau pun tahu restoranku sedang di ambang bangkrut."

Gio berkacak pinggang, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. "Sudah kukatakan padamu, Elena. Aku akan membantumu—"

"Tapi, kapan?" potong Elena cepat, suaranya mengandung nada tajam yang selama ini jarang ia tunjukkan. Wajahnya tetap datar, namun matanya memperlihatkan kekecewaan yang mendalam.

"Kau hanya menjanjikan, tapi tidak pernah kau lakukan. Harus menunggu restoranku gulung tikar dulu, baru kau akan membantuku?" lanjutnya tanpa memberi Gio kesempatan berbicara.

Elena menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan janji-janji kosong Gio. Tanpa menunggu jawaban dari suaminya, ia melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Gio yang tertegun di tempatnya.

Gio mengerutkan kening, bingung dengan perubahan sikap Elena yang begitu tiba-tiba. Ia bergumam pelan, "Ada apa dengannya? Apakah klien itu menolak kerja sama dengannya?"

Mengusap rambutnya dengan gerakan frustrasi, Gio menghempaskan tubuhnya kembali ke sofa. Namun, ponselnya berdering, membuyarkan pikirannya. Melihat nama "Jesika" di layar, senyuman kecil terukir di bibirnya.

"Jesika..." gumam Gio sebelum mengangkat telepon itu.

**

Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi. Di kantor Karl.

Pria itu tengah duduk di kursinya yang mewah, sibuk memeriksa dokumen di mejanya. Vincent, sekretaris pribadinya, masuk dengan langkah sigap sambil membawa sebuah map berisi dokumen perjanjian kerja sama.

"Selamat pagi, Tuan," sapa Vincent sopan sambil meletakkan map di meja Karl.

Karl mengambil dokumen tersebut, membukanya, dan mulai membaca dengan saksama. Setelah yakin, ia menandatangani kontrak kerja sama dengan Elena F&B tanpa ragu. Namun, sesuatu melintas di benaknya. Ia menutup dokumen itu dengan suara pelan sebelum berbicara.

"Cari tahu tentang Gio," perintah Karl dengan nada dingin dan penuh otoritas. "Pria ini adalah suami Elena, pemilik restoran yang akan bekerja sama dengan kita."

Vincent mengangguk, siap melaksanakan tugas itu. Namun, Karl menambahkan informasi lain. "Dia juga bagian dari klien kita. Nama perusahaannya The Ask Company," ucapnya, menambahkan tekanan pada kata-katanya.

Dengan cekatan, Vincent membuka iPad di tangannya. Ia mulai mengetik nama "The Ask Company," melacak segala informasi terkait perusahaan tersebut. Beberapa detik kemudian, ia menemukan data yang relevan.

“Giovani Maxime,” Vincent memulai. “Berusia tiga puluh tahun, berstatus sebagai suami Elena Anderson. Pernikahan mereka telah berjalan selama tiga tahun. Memiliki hobi bermain golf dan sudah menjalankan bisnis bahan pangan lebih dari lima tahun.”

Karl mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya, tanda pikirannya tengah bekerja cepat. Wajahnya tetap dingin, namun ada kilatan di matanya yang sulit ditebak.

“Cari tahu lebih dalam tentang perusahaannya dan bukti perselingkuhannya!” titah Karl tegas. Ia mengambil map berisi kontrak kerja sama lalu bangkit dari kursinya dengan gerakan pasti.

Vincent memandang bosnya dengan penuh keheranan. “Biar aku saja yang memberikan kontrak ini,” tambah Karl sambil melangkah keluar.

Vincent membelalakkan matanya. Ia tidak percaya Karl, yang biasanya mendelegasikan tugas semacam itu, memutuskan untuk turun tangan langsung.

"Sejak kapan bosku ini mau mengantarkan kontrak sendiri?" gumam Vincent sambil menggaruk kepalanya.

Sebuah pemikiran tiba-tiba terlintas di benaknya. “Apakah dia sedang jatuh cinta? Tapi bukankah Elena adalah istri Gio?” tanyanya pada dirinya sendiri. Namun, jawabannya segera muncul. Ia teringat laporan perselingkuhan Gio, dan ini membuatnya semakin terkejut.

“Jangan-jangan, ini ada hubungannya dengan itu!” serunya, lalu buru-buru keluar dari ruangan. Namun, ketika ia tiba, Karl sudah tidak ada di sana. “Cepat sekali hilangnya,” keluh Vincent, bingung bagaimana bosnya bisa menghilang tanpa jejak.

Lima belas menit kemudian. Karl sudah tiba di restoran Elena. Tempat itu masih lengang karena belum jam operasional. Ia berjalan masuk dengan langkah mantap, disambut oleh Maia, asisten pribadi Elena.

“Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa dibantu?” sapa Maia sopan, sedikit gugup melihat sosok Karl yang memancarkan aura otoritas.

“Aku ingin bertemu dengan Elena. Pemilik restoran ini,” jawab Karl dengan nada datar namun tegas.

Maia mengangguk. “Nyonya Elena belum sampai, Tuan. Mungkin—” Maia terhenti sejenak ketika melihat seseorang masuk ke restoran. “Ah! Itu dia.”

Karl menoleh ke belakang. Tatapannya bertemu dengan Elena yang baru saja tiba. Namun, wajah Elena tampak tegang begitu melihat Karl ada di sana tanpa pemberitahuan.

Karl segera menyadari penyebab ketegangan itu. Elena tidak sendiri. Di sampingnya, Gio berdiri dengan ekspresi penuh tanya, tangannya melingkar di pinggang Elena, seolah ingin menunjukkan kepemilikannya.

“Karl?” Gio membuka percakapan dengan nada datar namun sinis. Ia menatap pria itu dengan alis mengerut. “Lama tidak bertemu.”

“Gio,” balas Karl akhirnya, suaranya tenang namun mengandung dinginnya es. “Kebetulan sekali kita bertemu.”

Elena merasa canggung berada di antara dua pria itu. “Karl, kau tidak memberi tahu bahwa akan datang ke sini,” ucapnya, mencoba memecah ketegangan.

Karl menatap Elena dengan tajam, cukup lama untuk membuat wanita itu sedikit bergeser dari posisi Gio. “Ada sesuatu yang perlu kubahas langsung denganmu, Elena. Kebetulan ada Gio di sini. Sangat kebetulan sekali.”

Deg!

Jantung Elena berdebar tak karuan mendengar ucapan Karl. “Apa … yang ingin kau bahas, Karl?”

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Keputusanmu sudah Benar

    “Silakan duduk,” titah Elena, suaranya terdengar datar namun berusaha tetap sopan.Karl menarik kursi di hadapannya dan duduk dengan postur santai. Ia menyilangkan kakinya dengan elegan, lalu menatap Gio dan Elena yang duduk berdampingan. Pandangannya terfokus pada tangan Gio yang melingkar di pinggang Elena.“Kau sangat mencintai istrimu, ya?” tanya Karl dengan nada dingin yang hampir seperti ejekan. “Sampai-sampai kau tidak ingin melepaskan tanganmu di pinggangnya?”Gio menaikkan alis, jelas merasa tersinggung oleh pertanyaan itu. Namun, ia menjaga nadanya tetap tenang. “Tentu saja,” jawabnya pendek, berusaha tidak terpancing.“Oh!” Karl menyunggingkan senyum kecil yang tampak lebih seperti provokasi. “Kedatanganku ke sini hanya untuk satu hal. Mengantarkan kontrak kerja sama dengan restoran Elena.”Gio mengerutkan keningnya, terkejut. “What? Tunggu dulu. Perusahaan sebesar milikmu—The Blue Company—benarkah ingin bekerja sama dengan restoran kecil seperti milik Elena?”Karl mendonga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bukan Malam yang Harus Dikenang

    “Kurang ajar! Pria tidak tahu diri. Berani sekali kau mengkhianatiku. Argh!” Elena terus mengoceh dalam keadaan mabuk di sebuah minibar yang ada di hotel bintang lima tersebut. Wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu tidak terima diselingkuhi oleh sang suami.“Apa yang kau lakukan di sini, Elena?”Wanita itu menoleh pelan setelah mendengar suara dari samping. Penglihatannya yang sudah memudar akibat mabuk, sontak menyipitkan mata menatap sosok pria tegap yang duduk di sampingnya. “Apa kau mengenaliku?” la menatap pria itu yang meski samar-samar, terlihat tampan.“Ada apa denganmu, Elena?” tanya pria itu dengan nada datarnya sembari membantu Elena agar duduk dengan tegap.“Aku ….” Elena menghela napas berat. Baru saja ia hendak berdiri, namun, kakinya terasa lemas hingga akhirnya hanya menatap wajah pria itu. “Apa kau mau menemaniku malam ini?” tanyanya dengan nada menggoda.Pria yang dengan paras wajah yang nyaris sempurna itu mengerutkan keningnya. Ia lalu menggeleng, tak menyik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Jadi Partner di Atas Ranjang

    "Ah! Aku memang bodoh. Aku sangat ceroboh!" keluh Elena sembari mengikat rambutnya yang berantakan."Mengapa aku harus bertemu dengannya?" gumam Elena pada dirinya sendiri, suaranya pelan namun penuh penyesalan. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan aku telah menikah."Langkahnya membawa dia ke depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, mencakar awan seperti simbol dari ambisi dan kekuasaan. Gedung itu adalah tujuan pertemuannya hari ini, tempat ia harus bertemu dengan seorang klien penting.Setelah memilih sebuah gaun hitam sederhana yang elegan, Elena menggantinya di ruang ganti dengan tergesa. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, memperbaiki riasan seadanya, dan menyisir rambutnya yang sempat berantakan.Ketika pintu lift terbuka, Elena berjalan cepat menuju ruang rapat. Napasnya sedikit memburu saat ia mendorong pintu dan masuk. "Selamat pagi. Maaf, karena saya datang terlambat—"“Selamat datang, Nona Elena.”Senyum tersungging di wajah Karl—senyum yang tidak hanya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bersedia Melakukan apa pun

    "Apa kau gila?" ucapnya, nadanya meninggi, penuh dengan emosi yang terpendam. Karl mengangkat bahunya dengan santai, lalu mengarahkan matanya kembali pada Elena, tatapannya datar dan tanpa kompromi. "Suamimu yang gila, Elena. Bukan aku," jawabnya singkat, seolah pernyataannya adalah fakta yang tidak perlu diperdebatkan. Elena menarik napas panjang, mencoba menenangkan amarah yang mulai memuncak. "Ya, anggap saja begitu. Suamiku memang gila," katanya akhirnya, suaranya melemah saat rasa lelah meresap ke dalam dirinya. “Tapi, sebagai teman tidurmu … aku rasa kau yang gila, Karl!” ucap Elena dengan raut wajah kesalnya pada pria arogan di hadapannya ini. "Seperti yang kau katakan semalam." Karl mendekat menatap wajah Elena yang tampak tegang. "Kau sangat lihai di atas ranjang, Elena," bisiknya mengingatkan Elena tentang ucapannya semalam. "Dan aku mengakui itu. Selama ini aku tidak pernah menemukan wanita seliar dirimu. Dan aku rasa, kau sangat cocok menjadi teman tidurku."

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Perlu Berpikir Jauh

    "Dengar, Karl. Dia memang mengkhianatiku, tapi aku harus mencari tahu lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Elena dengan nada lirih, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.Karl menyandarkan tubuhnya ke belakang, menatap Elena dengan senyum mengejek yang penuh makna. "Sekarang jelaskan," katanya, suaranya rendah namun penuh desakan, "apa yang terjadi sebelum kau masuk bar lalu mengajakku bercinta?""Atau sebenarnya kau sudah mencari tahu tentang perselingkuhan itu?" sambung Karl. "Tidak! Aku tidak tahu jika Gio selingkuh," jawab Elena datar. Ia menelan ludah dengan susah payah. Kata-kata Karl seperti cambuk yang menyentak pikirannya kembali ke momen-momen yang ingin ia lupakan. Bayangan itu muncul lagi, menghantam relung hatinya dengan kasar. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun dadanya terasa sesak."Aku... aku membawakan makan siang untuknya," katanya dengan suara bergetar. "Aku pikir itu kejutan kecil yang menyenangkan. Tapi..." Elena ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menunggu Kabar Perceraianmu

    "A-aku...."Elena masih diliputi keraguan.Namun, Karl tidak memberikan gadis itu banyak waktu untuk berpikir. "Terlalu bodoh jika kau tetap bertahan meski sudah diselingkuhi, Elena." Karl menatap wanita itu dengan senyuman penuh arti. "Lagi pula, apa untungnya mempertahankan suami tidak berguna seperti itu? Apa dia bisa menolongmu ketika kau butuh bantuan seperti ini? Atau... kau masih mengharap dapat anak darinya?"Elena langsung terkesiap. "Tidak." Sisi emosinya kembali bergejolak. "Aku pastikan, aku akan bercerai. Aku juga tidak sudi mengandung anaknya." Elena duduk di kursi dengan tubuh yang sedikit tegang, menatap tangan-tangannya yang saling menggenggam erat di atas meja. Ia sudah menimbang-nimbang cukup lama, bahkan terlalu lama. Keputusannya ini akan mengubah segalanya. Ia mengangkat kepala, menatap Karl yang duduk santai di depannya, wajahnya tetap dingin dan tanpa ekspresi."Jadi, bagaimana keputusanmu, Elena?" Karl menyilangkan tangan di dada, pandangannya tajam namun p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Keputusanmu sudah Benar

    “Silakan duduk,” titah Elena, suaranya terdengar datar namun berusaha tetap sopan.Karl menarik kursi di hadapannya dan duduk dengan postur santai. Ia menyilangkan kakinya dengan elegan, lalu menatap Gio dan Elena yang duduk berdampingan. Pandangannya terfokus pada tangan Gio yang melingkar di pinggang Elena.“Kau sangat mencintai istrimu, ya?” tanya Karl dengan nada dingin yang hampir seperti ejekan. “Sampai-sampai kau tidak ingin melepaskan tanganmu di pinggangnya?”Gio menaikkan alis, jelas merasa tersinggung oleh pertanyaan itu. Namun, ia menjaga nadanya tetap tenang. “Tentu saja,” jawabnya pendek, berusaha tidak terpancing.“Oh!” Karl menyunggingkan senyum kecil yang tampak lebih seperti provokasi. “Kedatanganku ke sini hanya untuk satu hal. Mengantarkan kontrak kerja sama dengan restoran Elena.”Gio mengerutkan keningnya, terkejut. “What? Tunggu dulu. Perusahaan sebesar milikmu—The Blue Company—benarkah ingin bekerja sama dengan restoran kecil seperti milik Elena?”Karl mendonga

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pertemuan Menegangkan

    "Dari mana saja kau, Elena? Kenapa kau tidur di luar lagi?" tanya Gio dengan nada yang mencampurkan rasa khawatir dan kesal.Malam itu, Elena baru saja tiba di rumah setelah seharian sibuk. Wajahnya terlihat lelah, namun sikap dinginnya semakin terasa begitu ia melangkah masuk.Elena menoleh pelan, menatap Gio dengan tatapan dingin yang tak bisa disembunyikannya. "Meeting dengan klienku," jawabnya tanpa emosi. "Kau pun tahu restoranku sedang di ambang bangkrut."Gio berkacak pinggang, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. "Sudah kukatakan padamu, Elena. Aku akan membantumu—""Tapi, kapan?" potong Elena cepat, suaranya mengandung nada tajam yang selama ini jarang ia tunjukkan. Wajahnya tetap datar, namun matanya memperlihatkan kekecewaan yang mendalam."Kau hanya menjanjikan, tapi tidak pernah kau lakukan. Harus menunggu restoranku gulung tikar dulu, baru kau akan membantuku?" lanjutnya tanpa memberi Gio kesempatan berbicara.Elena menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan janji-jan

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menunggu Kabar Perceraianmu

    "A-aku...."Elena masih diliputi keraguan.Namun, Karl tidak memberikan gadis itu banyak waktu untuk berpikir. "Terlalu bodoh jika kau tetap bertahan meski sudah diselingkuhi, Elena." Karl menatap wanita itu dengan senyuman penuh arti. "Lagi pula, apa untungnya mempertahankan suami tidak berguna seperti itu? Apa dia bisa menolongmu ketika kau butuh bantuan seperti ini? Atau... kau masih mengharap dapat anak darinya?"Elena langsung terkesiap. "Tidak." Sisi emosinya kembali bergejolak. "Aku pastikan, aku akan bercerai. Aku juga tidak sudi mengandung anaknya." Elena duduk di kursi dengan tubuh yang sedikit tegang, menatap tangan-tangannya yang saling menggenggam erat di atas meja. Ia sudah menimbang-nimbang cukup lama, bahkan terlalu lama. Keputusannya ini akan mengubah segalanya. Ia mengangkat kepala, menatap Karl yang duduk santai di depannya, wajahnya tetap dingin dan tanpa ekspresi."Jadi, bagaimana keputusanmu, Elena?" Karl menyilangkan tangan di dada, pandangannya tajam namun p

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Perlu Berpikir Jauh

    "Dengar, Karl. Dia memang mengkhianatiku, tapi aku harus mencari tahu lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Elena dengan nada lirih, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.Karl menyandarkan tubuhnya ke belakang, menatap Elena dengan senyum mengejek yang penuh makna. "Sekarang jelaskan," katanya, suaranya rendah namun penuh desakan, "apa yang terjadi sebelum kau masuk bar lalu mengajakku bercinta?""Atau sebenarnya kau sudah mencari tahu tentang perselingkuhan itu?" sambung Karl. "Tidak! Aku tidak tahu jika Gio selingkuh," jawab Elena datar. Ia menelan ludah dengan susah payah. Kata-kata Karl seperti cambuk yang menyentak pikirannya kembali ke momen-momen yang ingin ia lupakan. Bayangan itu muncul lagi, menghantam relung hatinya dengan kasar. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun dadanya terasa sesak."Aku... aku membawakan makan siang untuknya," katanya dengan suara bergetar. "Aku pikir itu kejutan kecil yang menyenangkan. Tapi..." Elena ber

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bersedia Melakukan apa pun

    "Apa kau gila?" ucapnya, nadanya meninggi, penuh dengan emosi yang terpendam. Karl mengangkat bahunya dengan santai, lalu mengarahkan matanya kembali pada Elena, tatapannya datar dan tanpa kompromi. "Suamimu yang gila, Elena. Bukan aku," jawabnya singkat, seolah pernyataannya adalah fakta yang tidak perlu diperdebatkan. Elena menarik napas panjang, mencoba menenangkan amarah yang mulai memuncak. "Ya, anggap saja begitu. Suamiku memang gila," katanya akhirnya, suaranya melemah saat rasa lelah meresap ke dalam dirinya. “Tapi, sebagai teman tidurmu … aku rasa kau yang gila, Karl!” ucap Elena dengan raut wajah kesalnya pada pria arogan di hadapannya ini. "Seperti yang kau katakan semalam." Karl mendekat menatap wajah Elena yang tampak tegang. "Kau sangat lihai di atas ranjang, Elena," bisiknya mengingatkan Elena tentang ucapannya semalam. "Dan aku mengakui itu. Selama ini aku tidak pernah menemukan wanita seliar dirimu. Dan aku rasa, kau sangat cocok menjadi teman tidurku."

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Jadi Partner di Atas Ranjang

    "Ah! Aku memang bodoh. Aku sangat ceroboh!" keluh Elena sembari mengikat rambutnya yang berantakan."Mengapa aku harus bertemu dengannya?" gumam Elena pada dirinya sendiri, suaranya pelan namun penuh penyesalan. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan aku telah menikah."Langkahnya membawa dia ke depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, mencakar awan seperti simbol dari ambisi dan kekuasaan. Gedung itu adalah tujuan pertemuannya hari ini, tempat ia harus bertemu dengan seorang klien penting.Setelah memilih sebuah gaun hitam sederhana yang elegan, Elena menggantinya di ruang ganti dengan tergesa. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, memperbaiki riasan seadanya, dan menyisir rambutnya yang sempat berantakan.Ketika pintu lift terbuka, Elena berjalan cepat menuju ruang rapat. Napasnya sedikit memburu saat ia mendorong pintu dan masuk. "Selamat pagi. Maaf, karena saya datang terlambat—"“Selamat datang, Nona Elena.”Senyum tersungging di wajah Karl—senyum yang tidak hanya s

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bukan Malam yang Harus Dikenang

    “Kurang ajar! Pria tidak tahu diri. Berani sekali kau mengkhianatiku. Argh!” Elena terus mengoceh dalam keadaan mabuk di sebuah minibar yang ada di hotel bintang lima tersebut. Wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu tidak terima diselingkuhi oleh sang suami.“Apa yang kau lakukan di sini, Elena?”Wanita itu menoleh pelan setelah mendengar suara dari samping. Penglihatannya yang sudah memudar akibat mabuk, sontak menyipitkan mata menatap sosok pria tegap yang duduk di sampingnya. “Apa kau mengenaliku?” la menatap pria itu yang meski samar-samar, terlihat tampan.“Ada apa denganmu, Elena?” tanya pria itu dengan nada datarnya sembari membantu Elena agar duduk dengan tegap.“Aku ….” Elena menghela napas berat. Baru saja ia hendak berdiri, namun, kakinya terasa lemas hingga akhirnya hanya menatap wajah pria itu. “Apa kau mau menemaniku malam ini?” tanyanya dengan nada menggoda.Pria yang dengan paras wajah yang nyaris sempurna itu mengerutkan keningnya. Ia lalu menggeleng, tak menyik

DMCA.com Protection Status