“Kenapa kamu protes? Sana, cari pacar.” Edzard menyahut pada saudari kembarnya.“Aku harus menjaga kalian. Takutnya kalian lupa kalau sudah putus dan terbawa suasana romantis.” Jasmine mencebik.“Tidak. Aku yakin Edzard lelaki setia.” Kelly menatap sekeliling untuk memastikan keadaan aman, lalu berbisik, “Bagaimana hubunganmu dengan Leona?”“Dia belum berani bilang pada Mommy. Tapi sepertinya, Daddy sudah tau.” Jasmine yang menjawab pertanyaan Kelly.“Husss!” Edzard menutup mulut saudari kembarnya. “Jangan keras-keras.”Kelly terkikik geli melihat tingkah sahabatnya. Jasmine sejak dulu memang lebih mirip Auntie Edith yang bersifat senang mengkritik dan agak tomboy. Sementara Edzard sangat mirip dengan Uncle Jaslan yang serius.Dulu, Auntie Edith lah yang paling semangat menjodohkan Kelly dengan Edzard. Bahkan, sejak kecil, Edzard sudah didoktrin untuk menikah dengan Kelly. Otomatis, saat Kelly dan Edzard bertunangan, Auntie Edith yang paling bahagia.Begitu juga saat Kelly memutuskan
“Daddy, hari ini aku saja yang jemput Mommy, ya.”Daddy William menoleh menatap putrinya. Merasa agak heran dengan pernyataan tersebut. Biasanya Princess akan berkata ia ingin ikut menjemput karena tau Daddynya selalu menjemput sang Mommy.“Maksudnya kita bersama yang jemput Mommy, ‘kan?”Kelly memberengut. “Daddy nggak denger aku? Tadi ‘kan aku bilang aku yang mau jemput Mommy.”“Tanpa Daddy?”Kepala Kelly mengangguk sementara Daddy William menggeleng. Tentu saja ia tidak setuju. Kenapa tiba-tiba ia merasa tersisih?Tetapi, Kelly memberikan alasan bagus. Ia mengatakan Mommy pernah meneleponnya dan berkata cemburu karena Kelly selalu menghabiskan banyak waktu dengan Daddy William. Akhirnya William mengizinkan karena ia juga pernah mendengar istrinya mengeluh tentang hal tersebut.“Daddy kan hari ini mau golf sama Uncle Jaslan. Jadi, santai saja. Biar aku yang jaga Mommy.”“Sebenarnya apa yang mau kalian lakukan?”“Hanya membuat moment Mommy dan Princess kesayangannya.” Kelly mengedipk
Kelly menggeleng. Air mata kini turun ke pipi. Detik berikutnya, Kelly masuk ke dalam dekapan sang Mommy.“Maafkan, Princess.” Lirih Kelly.Keyna menutup mata dan mengembuskan napas panjang. Tangannya mengelus kepala hingga punggung putrinya yang terisak pelan.Sudah ia duga sebelumnya. Saat Princess pulang, ia terlihat lemas. Keyna tau alasannya bukan jetlag seperti yang Princess katakan.Beberapa kali ia memergoki Princess kehilangan nafsu makan. Bahkan di hari ulang tahunnya, Keyna mendengar sang putri muntah-muntah.Keyna menuntun putrinya kembali duduk di sofa. Ia mengambil beberapa helai tisu dan membantu Kelly mengelap air mata.“Benar kamu hamil?” Keyna mengulangi pertanyaannya.Kelly menggeleng lemah. “Tidak tau, Mom. Aku belum cek.”Kembali Keyna mengembuskan napas berat. “Sudah telat menstruasi berapa minggu?”“Tiga minggu lebih.”“Kita cek sekarang!”Perintah Keyna ditolak mentah-mentah oleh Kelly. Wanita muda itu kembali sibuk mengelap air mata dan wajahnya. Lalu, menatap
Keyna mengumpulkan keluarga Dalton di ruang kerja William. Setelah makan sore, Keyna juga memberikan obat penenang dosis rendah pada suaminya. Ia juga memastikan kondisi kesehatan William baik-baik saja.Bahkan, Keyna meminta Ferina bersiap di mansion. Ia takut William kambuh dan butuh pertolongan. Ferina yang mendapat laporan dari Kelly langsung datang.“Ada apa ini?” Louis tampak tak sabar.William menatap istrinya. Keyna memang sudah memberikan sedikit petunjuk bahwa putri mereka akan mengumumkan suatu hal yang cukup mengejutkan. Itu sebabnya Keyna meminta sang suami bersikap tenang.“Baby? Kamu atau Princess yang akan bercerita?”Keyna menatap putrinya. Ia menggenggam tangan Kelly untuk memberi kekuatan. Dalam perjalanan pulang, Keyna juga mengajari bagaimana menyampaikan kabar ini.Cerita Kelly diawali dari saat ia mencari lowongan pekerjaan. Kemudian mendapat panggilan dan berbagai tes kesehatan, termasuk tes kesucian.“Apa? Mana ada perusahaan yang membutuhkan tes semacam itu””
“Apa Daddy perlu minum obat dulu?” Kelly hati-hati bertanya lembut pada William saat mereka sudah berada di kamar.William memandang putrinya lama. Tatapan itu membuat Kelly kembali berderai air mata. Ia tau sang Daddy sangat kecewa padanya.Tanpa kata, William mengusap pelan wajah Kelly dari air mata. Meski tanpa senyum, wajah William terlihat teduh, tanpa emosi sama sekali.“Kapan kamu menikah persisnya, Princess?”“Satu minggu setelah aku tiba di negara itu. Hari pertama di sana, aku langsung mendapat panggilan dan beberapa tes di perusahaan RichLand.”Kepala William mengangguk. Sebelum berangkat, Kelly memang sudah memasukkan lamaran di beberapa perusahaan besar di luar negeri. Jadi, bukan kebetulan Kelly tiba-tiba mendapat pekerjaan.“Sudah lebih dari tiga bulan kamu menyembunyikan ini dari Daddy.” William menggumam pelan.“Maaf, Daddy. Princess takut Daddy tidak siap menerima kabar ini.”“Kamu pikir, Daddy siap sekarang?” Suara William bergetar saat bertanya.Kelly tertunduk dal
“Salam kenal, Brandon. Anggap itu sebagai hadiah kontrak kerja sama kita.” Louis memasang wajah murka di depan Brandon.Spontan, Gio maju melindungi adiknya. Sementara Brandon hanya memegangi perut dengan mata tetap memandang Kelly. Grandpa Albert kemudian maju mendekati William dan Keyna.“Kami datang baik-baik. Bukan untuk memperkeruh suasana.”William tersenyum tipis dan mengangguk pada Albert. Ia menatap Keyna yang memandang para tamunya dengan ekspresi tak terbaca.“Memang sebaiknya tamu dijamu.” Keyna berucap lalu memerintah, “Kak Cha, tolong bawa Princess ke kamarnya.”“Mom ... “ Kelly protes, merasa ia harus hadir karena ini masalahnya.“Tunggu di kamar dulu ya, Princess.” Mommy Keyna mengelus kepala putrinya sebelum Sacha menyeret adiknya.“Kelly.” Brandon hanya bisa menggumam melihat Kelly menjauh.“Silahkan.” Keyna dan William mengarahkan jalan menuju ruang tamu.Sepanjang lorong, keluarga Richmont dapat melihat dinding yang penuh dengan foto-foto keluarga Dalton. Mulai Kel
Keyna mengembuskan napas panjang dan menenangkan ketiga anak sambungnya. Ia paham Fred, Sacha dan Louis tersinggung karena mengatakan Kelly adalah anak satu-satunya.“Maksudku ... anak satu-satunya yang lahir dari rahimku,” ralat Keyna.Ketiga anak William dari pernikahan pertama itu merengut. Bertahun-tahun, Keyna tidak pernah menyinggung bahwa ia hanya memiliki satu orang putri. Meski mereka paham saat ini ibu sambung mereka sedang memiliki perasaan campur aduk.“Aku akan bahagia melihat putriku bahagia. Tetapi, melihatnya berurai air mata sedih .... “Keyna menjeda kalimatnya. “Aku bisa menjadi seorang wanita yang jahat untuk membalas kesedihan putriku.”Brandon menutup mata sejenak dan menggeleng mendengar pernyataan keras Keyna. Jelas, ia harus berjuang lebih keras sekarang.Kelly lalu berdiri. Membuat semua yang ada di ruangan turut berdiri.“Kami permisi. Hari ini telah banyak kejutan yang membuat keluarga kami syok. Tenagaku pun habis setelah memporak-porandakan satu ruangan.”
Setelah semua tamu pergi, Sacha ke kamar Princess. Saat ini pasti adiknya membutuhkan seseorang. Ferina pun pulang saat Sacha berkata semua aman terkendali.“Hai.” Sacha naik ke ranjang dan mengelus rambut adiknya.“Hem.” Kelly yang berbaring miring membalas singkat.“Tamu-tamu sudah pulang.”Kelly diam sesaat, lalu mengangguk. Matanya panas dan ia tau air matanya siap mengalir namun ia tahan.“Brandon itu ... tampan sekali, ya.” Sacha terkekeh, berusaha menghibur adiknya.Hanya senyum setengah bibir yang diberikan Kelly sebagai balasan dari pernyataan Sacha. Hanya sebentar saja tadi ia melihat Brandon dan hatinya terasa sakit.“Mereka mau apa, Kak?”“Besok, Mommy Key dan Daddy akan bicara padamu.”Kelly menghela napas panjang dan menggeleng samar. “Rasanya aku tidak bisa tidur tenang sampai besok pagi, menunggu apa yang Mommy dan Daddy katakan.”“Kak Cha minta susu hangat untukmu, ya.” Sacha segera menelepon pelayan untuk mengantar susu.Akhirnya Kelly duduk bersandar pada punggung r
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”