“Sialan! Lalu kenapa kau malah ke sini? Cepat kejar dan seret dia ke hadapanku!” Max mendengus murka. Bawahannya tampak ragu sebab Max sepertinya kesulitan menghadapi Johan. “Tapi bagaimana dengan Anda, Tuan Muda? Apa Anda butuh bantuan?” tanyanya. Maximilian mendapukkan alisnya dan lantas mendecak, “aku bilang tangkap Ashley, bodoh!” “Baik, Tuan Muda!” Sang bawahan langsung berlalu. Max pun melonggarkan tekanan belatinya, berniat menyusul ke depan untuk menemui Ahsley. Namun, Johan tak bisa membiarkan begitu saja. “Max, urusan kita belum selesai!” decak Johan yang seketika memutar tangan Max hingga belatinya terjatuh. “Argh!” Max mengerang. Belum sampai menampik, Johan langsung membekuk tanganya ke belakang, sampai dia tak bisa memberontak. “Kau pikir bisa pergi begitu saja setelah membuat kekacauan ini?!” decak Johan tegas. Ya, dia sengaja menahan Max agar Jenson bisa membawa kabur Jennifer dan Ashley. Dan benar saja, di depan gedung Alpha’s House, Ashley dan Jennifer sud
“Maksudmu Ibu mertua?!” River bertanya dengan alis mendapuk. Adeline menarik seringai miring dan lantas membalas, “sejak kapan dia jadi ibu mertuamu? Dia bahkan bukan ibu kandungku!” “Aku tau, istriku. Aku hanya tidak ingin menyebut namanya. Karena dia, kau sangat menderita,” sahut River dengan gigi terkatup. Adeline jadi teringat saat-saat menyesakkan selama berada di mansion Daniester. Bahkan tubuhnya merinding setiap kali orang awam menyebutnya dengan nama belakang. Nyonya Daniester! “Sabrina menderita penyakit mental karena depresi setelah kehilangan semuanya. Ayah, Kak Ludwig, bahkan kekuasaannya terhadap DNS Group. Dia tidak bisa lolos dari siksaan para Narapidana sampai mengalami depresi berat!” tukas Adeline mengedutkan alisnya. Dia mengepalkan tangannya geram, seraya melanjutkan. “Dengan alasan penyakit mental, Tuan Besar Daniester menggunakan kekuasaannya untuk mengeluarkan Sabrina dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Tapi kau tau, bukan? Selama di luar penjara, Sabrina b
“Si-siapa yang kau maksud?” Johan bertanya bingung.Dia membuang pandangan, lalu berdehem untuk meredakan canggung. Tapi Jennifer yang hafal dengan sifatnya, tentu saja tau kalau Johan sedang menghindar.“Kenapa berlagak tidak tau? Kak Johan tidak bisa bohong padaku!” sahut Jennifer sengaja menggoda.“Yah, aku ketahuan. Tentu saja ada gadis yang aku sukai. Siapa lagi kalau bukan kau? Adikku yang paling manis!” Johan berkata disertai senyum tipis. Mendengar itu, bibir Jennifer seketika tertekuk ke bawah.“Cih! Kakak mau menyembunyikannya dariku? Lihat saja, aku akan mencaritahu!” tukasnya menaikkan sebelah alis.“Kau sendiri, kenapa tiba-tiba menerima Lionel?” Johan berbalik menyelidiki.Sang adik mengerjap. Dia melihat rasa cemas di mata Johan dan tiba-tiba tertawa.“Lionel si Tuan Muda dari Herald itu?” tutur Jennifer mengangkat kedua alisnya.Dia berdehem, sorot matanya menatap Johan lebih lekat seraya berujar, “Kakak, mari bertukar informasi. Katakan siapa gadis itu, maka aku akan
“Kau?!” Johan tertegun melihat Ashley. “Ke-kenapa kau bisa ada di sini? Sedang apa kau—”“Apa sih yang kau bicarakan? Cepat ikuti aku!” Ashley menyambar sebelum ucapan Johan tuntas.Dia bergegas menarik pemuda itu pergi. Jennifer yang baru turun pun mengernyit, melihat punggung kakaknya menjauh. Dia menyipitkan mata, tapi sialnya tak bisa melihat wajah Ashley yang buru-buru menyeret Johan.“Kak Johan bersama perempuan? Apa dia kekasihnya? Mau ke mana mereka?” gumam Jennifer menahan senyum. Tiba-tiba saja pengamatan Jennifer buyar saat ponselnya bergetar. Dia melirik gawai tersebut dan mengangkat panggilannya.“Ya, Mommy. Aku dan Kak Johan sudah sampai,” tuturnya menyahut Adeline dari seberang. “Baiklah, aku akan masuk bersama Paman Siegran.”Jennifer menoleh dan berjalan masuk ke Picasso Hotel. Siegran pun mengikutinya dari samping sambil menjaga dengan waspada.“Aku dengar Nyonya Walter baru meninggal. Mengapa mereka buru-buru mengadakan pertunangan?” Jennifer bertanya seraya melir
‘Aish, sial! Mereka memukul Sopirnya, jadi ….’ Ahsley menjeda ucapannya dalam hati saat melihat sang Sopir pingsan di luar mobil.Lelaki bermasker yang duduk di kursi kemudi menyalakan mobilnya, hingga memicu Ahsley kian panik.“Katakan siapa kalian! Apa Max yang menyuruh kalian?!” Ashley mendecak geram.Alih-alih menjawab, lelaki bermasker hitam tadi malah menginjak pedal gas dan langsung melesat dari Picasso Hotel.Saat itu Siegran yang sedang memeriksa keamanan sekitar hotel, langsung mengernyit melihat sopir Ashley tergeletak. Dia mengamati mobil Ashley yang baru pergi dan menyadari sesuatu.‘Tuan Muda Johan?!’ batinnya mengenali pemuda yang ada di kursi belakang. ‘Tuan Muda bersama siapa? Sepertinya … itu Nona Ashley?’Iris Siegran semakin lebar kala melihat dua lelaki bermasker hitam di kursi depan. Seketika itu kecurigaannya membumbung.‘Aish, sial! Sepertinya ada yang tidak beres!’ batinnya.Siegran berpaling pada dua rekan di belakangnya, lalu berkata, “kalian amankan orang i
“Tuan Muda?!” Siegran memekik buncah.Dia yang tak bisa melihat jelas siapa yang tertembak menjadi kian resah. Tanpa ragu Siegran langsung melesatkan pelurunya di kaca dekat kemudi.“Brengsek! Apa dia gila?!” umpat lelaki bermasker hitam dari dalam, saat Siegran menembah dengan brutal.Dia buru-buru meraih senjata api dari selipan pinggangnya.“Kau tangani anak-anak sialan ini!” decaknya melirik sang rekan. Tangannya dengan cepat membuka pintu, lalu menendang Siegran amat kuat. Siegran terhuyung, tapi beruntung dia bisa menjaga keseimbangan kakinya, hingga dengan sigap menembakkan peluru tepat di lengan lelaki tersebut.“Argh!” Lelaki masker hitam itu mengerang.Namun, Siegran yang tak kenal ampun langsung berlari ke arahnya dan menghajar wajahnya yang meringis kesakitan. Melihat rekannya yang terdesak, lelaki beralis tebal terpaksa keluar. Tapi baru saja menginjak aspal, Johan segera menarik bahu dan lantas melayangkan pukulan keras di wajahnya.“Bocah brengsek!” umpat si alis teba
***“Nona Walter?!” Jenson melebarkan irisnya saat melihat Ahsley masuk ballroom Picasso Hotel.Penampilan gadis itu yang berantakan memicu banyak tanya. Terlebih Ashley datang bersama Johan yang terluka.Ya, akhirnya Ashley dan Johan bisa lolos dari Maximilian saat beberapa anak buah River datang. Mereka dan Siegran menghadang antek-antek Max. Meski luka tembak dan tusukan di dada Johan kian menyakitkan, tapi pemuda itu berupaya keras membawa Ashley kembali ke Picasso. Sebab martabat keluarga Herakles dipertaruhkan!Namun, Ashley yang melihat Jenson justru membelalak tegang. Dia mengerjap, tapi wajah pemuda di hadapannya tidak berubah.‘Ja-jadi … mereka kembar?!’ batinnya tercengang. ‘Ba-bagaimana aku bisa tidak tau? Tidak, tunggu dulu. Kenapa Ayah tidak memberitahuku?’Ashley terpaku pada Jenson yang kini mendekatinya. Rambut pirang dengan manik abu itu memang sosok yang muncul di pertemuan keluarga. Sedangkan Johan yang rambutnya masih hitam alami dan leher penuh tato, adalah pemud
“Jenson, menyingkir!” Adeline memekik frustasi.Dirinya sangat khawatir karena pendengaran putranya bermasalah. Bahkan dengan impulsive, Adeline hendak berlari ke arahnya, tapi Jennifer segera menahan karena itu berbahaya.“Tidak, Mommy!” tukas gadis itu mencekal Adeline.Beruntungnya Jenson menyadari situasi. Dia mendongak dengan mata terbelalak.‘Aish, sial!’ batinnya yang dengan cepat mendorong Ashley turun dari podium.Mereka tersungkur ke lantai. Jenson pun mendekap Ashley dan melindungi gadis itu dari pecahan kaca lampu kristal yang berhamburan. “Argh!” Jenson mengernyit saat punggungnya tak sengaja terkena pecahan kaca tersebut.Orang-orang pun menjerit. Semua mata terbelalak karena lampu itu tiba-tiba jatuh. Bahkan beberapa dari mereka langsung mangkir dari ballroom.Namun, Adeline dan Jennifer justru mendekati podium. Mereka menghampiri Jenson dengan wajah tegang.“Jens, kau tidak apa-apa?” Adeline bertanya panik.Irisnya semakin lebar saat melihat punggung putranya terluka.