“Tika, terus elo dapat uang dari mana kalau bukan dari Mas Danang??” Ulangku pada Tika.
Tika tersenyum lalu berbisik“Dari Mas Hardi selingkuhan Gue”Aku terbelalak kaget, mataku membulat sempurna“Selingkuhan?Mas Hardi??” Pekikku tak percaya, Tika membekap mulutku“Isshh Melia, jangan kenceng-kenceng ngomongnya” Bisik Tika masih membekap mulutkuAku menepis tangan Tika “Elo udah Gila Tik???” Tanyaku masih tak Percaya.“Lah emang kenapa? Hari gini setia itu engga ada artinya Mel, Elo setia tidak akan dapat apa-apa, yang ada Kita malahan sakit hati terus”kata Tika dengan tenang.“Ta..tapi..”“Melia...Elo tau kan gimana kehidupan Gue dulu, tiap akhir bulan Gue kekurangan dana, anak-anak butuh biaya, penghasilan Mas Danang sama sekali tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup kami, setiap bulan kami harus gali lubang tutup lubang”Aku terdiam, yah realistis memang berapa sih gaji seorang pelatih karate yang bekerja lepas?Suamiku saja yang kerja di kantoran dan seorang Pegawai Negeri Sipil dengan gaji tetap harus berjuang setengah mati apalagi yang hanya Pekerja Lepas??Tika mulai terisak “Mas Danang itu pemalas Mel, tidak mau mencari pekerjaan, pernah sekali di terima di kantoran hanya 2 hari masuk dan tidak mau masuk lagi, alasannya capek kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, Aku harus banting tulang ikut mencari uang, utang Kami dimana-mana sampai Gue ketemu sama mas Hardi, dia baik Mel, dia yang membiayain semua kehidupan Gue sekarang. Dia ngasih uang buat renovasi rumah keluarga Gue, Dia ngasih uang bulanan buat Gue”Aku bergeming, masih kaget dengan apa yang di ceritakan Tika tadi.“Lalu istri Mas Hardi, bagaimana?”“Ya dia tidak tahu lah Mel tentang hubunganku sama Mas Hardi, namanya selingkuh itu diam-diam” Tika terkekeh.sedangkan Aku masih shock dengan semua ini“Apa Kamu tidak kasihan sama istrinya Mas Hardi Tik” tanyaku polos“Melia..Melia...Ngapain harus kasihan??memang ada yang kasihan sama Gue??Mas Hardi itu Bos di perusahaan besar, uangnya sudah tidak bisa dihitung, jadi istrinya juga ga tahu lah uang yang di kasih Mas Hardi buat Gue, istilah kata itu uang recehnya Mas Hardi kali, kan Gue tidak mengambil suaminya Mel, Gue hanya minta uang suaminya aja” kata Tika panjang lebarLagi-lagi Aku bergeming, tidak ada rasa bersalah sedikitpun dalam diri Tika yang telah melakukan hal itu pada suami orang.“Mel..Elo mau hidup seperti ini terus?Gue lihat sepatu elo tadi sudah mangap kelaparan minta di ganti” Ejek Tika padakuAku hanya diam saja“Lihat nih Ponsel Gue aja sekarang Iphone, Tas Gue Donini, dan sepatu olahraga Gue ada adidas, nike dan yang pasti semua original bukan kaleng-kaleng” Kata Tika lagi.“Trus apa imbalannya jika Elo sudah menerima uang dari Mas Hardi?apakah Elo tidur sama Dia?”Tika tertawa “Kalau Gue lagi pengen juga ya Iyalah kita tidur tapi kalau lagi malas paling Gue Cuma nemenin dia makan atau pergi kemana gitu seharian”Aku tersentak lagi “Beneran kamu tidur sama suami orang”“Mel, kan kita juga bukan perawan jadi tidak apa-apa donk kalau sekali-sekali kita tidur sama orang lain, kan suami kita juga tidak tahu, dan anggap aja sebagai penghargaan dan rasa terima kasih kita karena Dia sudah memberikan kebahagiaan hidup buat Kita”“Dan ada 1 tips buat Elo Mel, jangan pernah mau diajak tidur kalau belum dapat uang dari dia, dan kalau tidak suka dengan orangnya langsung kabur, blok semua aksesnya” lanjut Tika sambil tertawa“Ini nomor ponselnya Raka” kata Tika menyodorkan sebuah kartu nama, Aku membacanya“Raka Wicaksono, manager operasional PT. Petrolag?" Aku mengernitkan dahi membaca nama perusahaannya"Jadi Dia udah jadi seorang manager operasional di perusahaan BUMN??” tanyaku tak percaya“Shock kan elo pas tau jabatan sama perusahaannya”Aku mengangguk“Pantas saja Tante Eva semakin sombong, ternyata sekarang anaknya sudah sukses” Desisku pelan“Nih liat I* nya Raka” Tika menyodorkan ponselnya kepadaku, Aku mengambilnya dan melihat I* Raka“Masya Allah, tambah Ganteng dan gagah sekali Dia Tik” kataku terpesona“Tuh liat bini nya, jelek kan” kata Tika menunjuk wanita yang menggendong seorang Bayi disebelah Raka.Ya memang menurut ku sesama wanita yang di sebelah Raka tidak cantik, terkesan biasa saja, jauh lebih cantik Aku, meskipun Aku tak ber make up. Aku hanya diam tidak berani memberikan komentar.“Eh Tik udah jam 11.30. Gue harus jemput Rayyan, Dia pasti udah keluar dari kelas dan nunggu di sekolah” kataku sambil melirik arloji di pergelangan tangan kiriku.“Kalau ngobrol pasti deh waktu cepet banget jalannya tapi kalau lagi bete, waktu tuh jalannya lambat banget” kataku kesal padahal sedang seru membahas Raka.“ Ya udah Mel, sana Elo jemput Rayyan dulu, besok kita lanjut lagi, nanti Gue ajarin supaya Elo bisa seperti Gue”“Ok Tik, sampai ketemu besok ya..Makasih traktirannya, semoga besok-besok Gue yang gantian traktir Elo”“Siiiip” kata Tika memajukan ibu jarinya kepadakuSetelah pamitan pada Tika, Aku pun segera beranjak menuju ke sekolah Rayyan.Aku sangat kaget ketika melihat Rayyan menangis di sekolah“Loh bunda, Rayyan kenapa?” tanyaku pada Bu sofia Wali kelas Rayyan“Maaf Bu, tadi anak-anak bertengkar karena saling ejek” Kata Bu Sofia padaku.“Whaat?apa tidak salah dengar?Anakku nangis bertengkar sama temannya hanya karena saling ejek?” batinku dalam hati“Oo begitu Bu, tapi tidak ada bentrok fisik kan antara mereka?” tanyaku penasaran“Tidak ada Bu, si agung tadi sudah pulang di jemput ayahnya setelah mereka saling bermaafan”“Ooo, baiklah kalau begitu Bu, Saya permisi dulu” kataku pamit pada bu Sofia“Baik bu, mohon maaf atas ketidak nyamanannya”Bu Sofia pun meminta maaf padaku“Tidak apa-apa Bu, biasa kalau anak-anak saling bertengkar, mari Bu, Kami pulang dulu” Pamitku pada Bu guru Rayyan“Baik Bu, hati-hati di jalan”Aku mengangguk dan kemudian beranjak pergi sambil menggandeng Rayyan.“Adek, kamu kenapa nangis sih??masa hanya di ejek teman-teman saja menangis” tanyaku penasaran pada Rayyan“Mereka mengejek keterlaluan Ma, Rayyan di ejek rame-rame”“Rayyan di ejek apa?” tanyaku masih menggandengnya menuju motor“Mereka bilang Papa dan Mama Rayyan orang miskin, buktinya motor Rayyan itu butut engga kaya motor mereka, terus tas sama sepatu Rayyan juga di bilang udah butut karena dari kelas 1 kemarin engga ganti-ganti” kata Rayyan menjelaskan padakuAku menghentikan langkahku“Mereka bilang begitu?”Mataku berkaca-kaca mendengar itu, Aku berusaha menahan buliran bening itu di pelupuk mataku agar tidak tumpah dan terlihat oleh Rayyan, sedih sekali rasanya jika anakku di bully hanya karena tidak pernah gonta ganti barang seperti temannya, Ya ampun miris sekali mendengar omongan bocah- bocah itu, apa orang tuanya tidak pernah mengajarkan kebaikan pada orang lain.“Rayyan tidak usah khawatir ya, nanti kalau Mama punya uang kita segera membeli tas dan sepatu yang baru”“Beneran Ma?Mama tidak bohong kan sama Aku, tapi kapan Ma?Rayyan sudah tidak sabar ingin memakai sepatu dan tas baru”“Sabar ya Sayang, 2 minggu lagi kalau ada uang mama belikan”Raut wajah Rayyan berubah menjadi ceria. Ya Tuhan dapat uang dari mana untuk membeli barang yang diingin kan Rayyan 2 minggu lagi. Mengapa Aku begitu mudah menjanjikan.Sampai dirumah Rayyan sudah ceria kembali, Aku membuatkan telur dadar goreng dengan kecap manis“Rayyan, ayo Kamu cuci tangan lalu makan, Mama mau mandi dulu ya tadi pulang senam rasanya gerah”Ku lihat wajah Rayyan cemberut“Kenapa lagi sih dek” tanyaku mulai sedikit kesal“Aku bosan Ma, tiap hari makan telur sama kecap saja, kapan Aku makan ayam goreng seperti teman yang lain”Aku menghembuskan nafas dengan kasar“Rayyan!Kamu jangan banyak permintaan deh, Kamu tahu kan kalau Papa Kamu itu gajinya kecil, jadi kita harus berhemat” bentakku kesalRayyan hanya diam saja, lalu mulai memakan nasi yang ku berikan. Aku masuk ke kamar mandi dan menangis di sana. Rasanya sesak sekali dadaku ketika anakku permintaannya sederhana dan Aku tak bisa memenuhinya.Apa yang harus Aku lakukan??Aku hanya ingin membahagiakan anak-anakku. Kalau kerja pun tak mungkin karena Aku tak punya keahlian.Aku hanya bisa menangis di dalam kamar mandi.Tiba-tiba pintu kamar mandi di gedor dari luar“Ma, cepatan mandi nya, Rayyan mau pipis udah kebelet” kata rayyan menggedor kamar mandi.Aku menghapus airmataku agar anak-anak atau mas Erlang tidak tahu kalau Aku sering menangis di kamar mandiAku cepat-cepat hendak ke luar dan mengambil baju kotor bekas Aku tadi dari gantungan tapi tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh dari saku celana yang ku pakai tadi.Aku melotot tak percaya, sebuah kartu nama bertuliskan nama“Raka Wicaksono”yah Dia adalah Sang mantan terindah.Aku mengambil kartu nama itu, lalu keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamarku.Aku memandangi kartu nama itu dari tadi, kenapa kartu nama ini bisa jatuh?apakah ini pertanda bahwa dia yang akan membantuku untuk membelikan barang buat anak-anakku dan Aku seperti Mas Hardinya Tika.Aku menyimpan nomor teleponnya di ponselku. Tapi Aku ragu untuk memulai mengirim pesan duluan ke Raka, Setelah pergulatan batin yang cukup lama, akhirnya Aku memutuskan untuk mengetik pesan di aplikasi WA.[Assalamualaikum Mas...Aku Melia..Apakah kamu masih ingat denganku?]Ragu Aku untuk mengirimkan pesan itu tapi saat ini yang terlintas dipikiranku adalah Raka, hanya dia yang mampu mewujudkan keinginanku dengan jalan tercepat dan Akhirnya SEND, Aku memencet tombol ituAku menunggu balasan dengan perasaan cemas, bagaimana kalau Dia mengabaikan pesanku, Aku pasti akan malu seumur hidupku. Baru saja pesan tadi ku kirim akan ku hapus tapi ku lihat statusnya sudah centang biru dan Raka sedang mengetik.H
Aku dan Raka kemudian pergi menuju Mall terbesar di kotaku.Kami memasuki Mall, tujuanku saat ini membeli keperluan senam dan juga keperluan anakku Rayyan dan Amanda.Aku seperti orang kalap, semua yang Aku perlukan Aku beli, Raka hanya diam saja sambil menyuruhku membeli apa saja yang Aku inginkan. Aku merasa bahagia sekali, hari ini Aku berbelanja semua seperti orang kaya.“Mel, perjalanan pulang kan masih jauh, kita istirahat dan makan dulu yuk di hotel Bringin, viewnya bagus loh” Kata Raka padakuAku hanya mengangguk saja, karena Aku masih merasa gembira bisa memiliki apapun yang Aku mau. Aku membayangkan besok senam dengan pakaian, sepatu dan matras baru. Raka menggandengku masuk ke hotel, woow hotelnya bagus dan mewah sekali, seumur-umur Aku hanya bisa masuk ke hotel melati bersama Mas Erlang itupun karena Kami kemalaman di jalan saat berkunjung ke rumah mertuaku di daerah Jawa tengah.Raka membuka pintu dengan kartu chip, lalu menempelkan kartu chip itu di tempatnya, dan lampu
Aku baru saja sampai di studio senam Kharisma, Hari ini adalah jadwal senam Aero BL di klub itu. Aku celingukan kesana kemari mencari anggota yang lain, tetapi coach dan teman-teman senam ku belum datang, akhirnya Aku memutuskan untuk duduk di dekat pintu dan memainkan ponselku. Aku berselancar di Dunia maya, melihat profile FB dan IG teman- teman ku. Tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang Aku kenal, Aku meng-klik foto profilenya“Wooow, Kartika Wulansari?ini beneran Tika?Kenapa dia beda sekali sekarang? dia cantik sekali” Batin ku dalam hati.“Hai Mel..baru datang atau dari tadi” sapa mpok inung teman senamku. Aku menutup ponselku untuk menjawab sapaannya “Udah dari tadi mpok..tapi kok masih sepi ya??biasanya kan jam segini udah pada kumpul” “Alaah Mel..mel ..kamu kaya ga tau aja emak-emak zaman now..bilang nya sih OTW alias On The Way padahal sih masih dirumah baru mau mandi” ujar Mpok Inung dengan gaya kocaknya yang membuat Aku terkekeh. Aku dan Mpok inung ngobrol sambil be
Pagi itu, setelah mengantar Amanda dan Rayyan, Aku segera meluncur ke tempat senamku.“Tumben Mel datangnya kesiangan” tanya Mpok Inung padaku“Iya Mpok ..itu loh si Rayyan drama terus kalau mau berangkat sekolah” keluhku sambil meletakkan tas ku di meja dan memakai sepatu, Aku melihat ujung sepatu olahragaku yang sedikit mangap minta di ganti.“Aduuh ini sepatu bikin malu aja” batinku dalam hati, karena anggota senam ini semua orang-orang yang berada dan sosialita, kadang mereka pakai baju seragam untuk senam, sedangkan Aku? aku hanya mencocokkan warna baju mereka saja, tak pernah membeli seragam, kalaupun beli pasti aku kredit sama Cik Mirna atau Mpok Inung.“Eh Mel...”colek Mpok Inung padaku“Apaan Mpok..”tanyaku heran“Sepatumu kelaparan itu” tunjuk Mpok Inung ke arah sepatukuAku tersenyum kecut sambil memandang sepatu senamku, memang Mpok Inung biar begitu-begitu banyak uangnya karena suaminya juragan kontrakan, kontrakannya dimana-mana, Mpok Inung aja memakai emas seperti to