Pagi itu, setelah mengantar Amanda dan Rayyan, Aku segera meluncur ke tempat senamku.“Tumben Mel datangnya kesiangan” tanya Mpok Inung padaku“Iya Mpok ..itu loh si Rayyan drama terus kalau mau berangkat sekolah” keluhku sambil meletakkan tas ku di meja dan memakai sepatu, Aku melihat ujung sepatu olahragaku yang sedikit mangap minta di ganti.“Aduuh ini sepatu bikin malu aja” batinku dalam hati, karena anggota senam ini semua orang-orang yang berada dan sosialita, kadang mereka pakai baju seragam untuk senam, sedangkan Aku? aku hanya mencocokkan warna baju mereka saja, tak pernah membeli seragam, kalaupun beli pasti aku kredit sama Cik Mirna atau Mpok Inung.“Eh Mel...”colek Mpok Inung padaku“Apaan Mpok..”tanyaku heran“Sepatumu kelaparan itu” tunjuk Mpok Inung ke arah sepatukuAku tersenyum kecut sambil memandang sepatu senamku, memang Mpok Inung biar begitu-begitu banyak uangnya karena suaminya juragan kontrakan, kontrakannya dimana-mana, Mpok Inung aja memakai emas seperti to
“Tika, terus elo dapat uang dari mana kalau bukan dari Mas Danang??” Ulangku pada Tika.Tika tersenyum lalu berbisik“Dari Mas Hardi selingkuhan Gue”Aku terbelalak kaget, mataku membulat sempurna “Selingkuhan?Mas Hardi??” Pekikku tak percaya, Tika membekap mulutku“Isshh Melia, jangan kenceng-kenceng ngomongnya” Bisik Tika masih membekap mulutkuAku menepis tangan Tika “Elo udah Gila Tik???” Tanyaku masih tak Percaya.“Lah emang kenapa? Hari gini setia itu engga ada artinya Mel, Elo setia tidak akan dapat apa-apa, yang ada Kita malahan sakit hati terus”kata Tika dengan tenang.“Ta..tapi..”“Melia...Elo tau kan gimana kehidupan Gue dulu, tiap akhir bulan Gue kekurangan dana, anak-anak butuh biaya, penghasilan Mas Danang sama sekali tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup kami, setiap bulan kami harus gali lubang tutup lubang”Aku terdiam, yah realistis memang berapa sih gaji seorang pelatih karate yang bekerja lepas?Suamiku saja yang kerja di kantoran dan seorang Pegawai Negeri Sipil den
Aku mengambil kartu nama itu, lalu keluar dari kamar mandi dan masuk ke dalam kamarku.Aku memandangi kartu nama itu dari tadi, kenapa kartu nama ini bisa jatuh?apakah ini pertanda bahwa dia yang akan membantuku untuk membelikan barang buat anak-anakku dan Aku seperti Mas Hardinya Tika.Aku menyimpan nomor teleponnya di ponselku. Tapi Aku ragu untuk memulai mengirim pesan duluan ke Raka, Setelah pergulatan batin yang cukup lama, akhirnya Aku memutuskan untuk mengetik pesan di aplikasi WA.[Assalamualaikum Mas...Aku Melia..Apakah kamu masih ingat denganku?]Ragu Aku untuk mengirimkan pesan itu tapi saat ini yang terlintas dipikiranku adalah Raka, hanya dia yang mampu mewujudkan keinginanku dengan jalan tercepat dan Akhirnya SEND, Aku memencet tombol ituAku menunggu balasan dengan perasaan cemas, bagaimana kalau Dia mengabaikan pesanku, Aku pasti akan malu seumur hidupku. Baru saja pesan tadi ku kirim akan ku hapus tapi ku lihat statusnya sudah centang biru dan Raka sedang mengetik.H
Aku dan Raka kemudian pergi menuju Mall terbesar di kotaku.Kami memasuki Mall, tujuanku saat ini membeli keperluan senam dan juga keperluan anakku Rayyan dan Amanda.Aku seperti orang kalap, semua yang Aku perlukan Aku beli, Raka hanya diam saja sambil menyuruhku membeli apa saja yang Aku inginkan. Aku merasa bahagia sekali, hari ini Aku berbelanja semua seperti orang kaya.“Mel, perjalanan pulang kan masih jauh, kita istirahat dan makan dulu yuk di hotel Bringin, viewnya bagus loh” Kata Raka padakuAku hanya mengangguk saja, karena Aku masih merasa gembira bisa memiliki apapun yang Aku mau. Aku membayangkan besok senam dengan pakaian, sepatu dan matras baru. Raka menggandengku masuk ke hotel, woow hotelnya bagus dan mewah sekali, seumur-umur Aku hanya bisa masuk ke hotel melati bersama Mas Erlang itupun karena Kami kemalaman di jalan saat berkunjung ke rumah mertuaku di daerah Jawa tengah.Raka membuka pintu dengan kartu chip, lalu menempelkan kartu chip itu di tempatnya, dan lampu