Seorang gadis berparas manis turun di depan sebuah gang yang muat dilalui sebuah mobil. Meskipun gadis itu datang dengan menggunakan mobil sewa, tetapi dia tak ingin menarik perhatian tetangga sekitarnya."Terimakasih, Pak," ucap sang gadis kepada si supir yang mengangguk dan segera pergi."Aku kembali," gumamnya lalu mulai melangkah. Hari menjelang malam. Dia sengaja pulang di saat seperti ini karena tahu, sedikit orang di luar rumah selepas Maghrib."Assalamu'alaikum. " Sang gadis mengetuk pintu sebuah rumah kecil yang dindingnya sudah kusam.Samar-samar terdengar sahutan dari dalam diiringi langkah kaki menuju pintu. Seorang anak perempuan berusia 12 tahun membuka pintu."Kak Ros!" Anak itu berseru gembira, langsung memeluk kakaknya dengan bahagia. Manik hitamnya berbinar melihat kedatangan kakaknya."Rambutmu tambah keriting, Win," goda Roswati pada adiknya yang bernama Winarti.Bibir Winarti manyun mendengar godaan itu. Dia ingin rambut lurus seperti artis-artis korea yang diliha
Roswati menaiki angkutan umum lalu turun entah di mana. Dia terus berjalan mengikuti langkah kakinya. Sampai akhirnya Roswati berhenti di depan sebuah masjid karena kakinya sudah sangat lelah.'Aku akan beristirahat dulu,' batin Roswati sambil memandang sekitarnya. Masjid terlihat sepi, hanya ada beberapa orang lelaki di pelataran masjid yang sedang beristirahat dari panasnya suhu kota metropolitan. Jemaah yang lain pergi setelah melaksanakan sholat Ashar.Roswati masuk melalui pintu khusus wanita, sedikit terkejut karena tempat sholat wanita tidak kosong. Ada seseorang sedang berdoa dengan posisi membelakangi pintu."... Ya Allah, Yang Maha Pemurah dan Penyayang, hamba mohon berikanlah kesempatan lagi kepada hamba untuk mempunyai anak. Hamba ingin membahagiakan suami dan keluarga. Kabulkanlah permohonan hamba, Ya Allah." Wanita itu terisak lirih. Bahunya berguncang naik turun.Roswati bimbang, apakah tetap masuk atau balik badan. Namun kakinya yang lelah membuatnya memutuskan untuk t
"Ini kacau. Kacau." Roni mengetuk2 meja dengan jarinya, membuat suara yang berirama. Tuk, tuk, tuk.Andry hanya meliriknya dengan malas. Suara ketukan itu menyebalkan."Bagaimana bisa kau sesantai ini? Kebayang nggak, dia kembali dengan menggendong anak dan bilang pada semua orang agar kau menikahinya?" Roni mencondongkan tubuh ke depan. Kedua sahabat itu sedang berada di cafe yang tidak terlalu ramai."Aku nggak yakin dia senekat itu. Paling jauh, dia menemuiku secara pribadi. Aku akan bisa mengatasinya," sahut Andry sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan."Bagaimana jika ada orang yang mengambil keuntungan dari situasinya? Mungkin saja dia bercerita pada seseorang dan orang itu mendorongnya untuk memerasmu.Kamu sekarang kan pewaris Bintang Terang Group. Apalagi kondisi Alvaro begitu. Peluangmu naik menjadi CEO sangat besar. Banyak yang mengincar kelemahanmu, Rue. Kamu harus selalu menjaga nama baik perusahaan dan Skandal seperti ini akan mampu membuat perusahaan bangkrut." R
Alvaro tiba di parkiran kantor lalu masuk ke lift khusus yang diperuntukkan Jajaran direktur. Beberapa karyawan yang sempat melihat kehadirannya nampak memasang ekspresi yang beraneka ragam. Ada yang nampak prihatin, ada yang kasak kusuk dengan temannya, ada juga yang nampak mengusap matanya. Alvaro mengacuhkannya. Dia benci keadaan ini, akan tetapi harus menjalaninya. Alvaro sempat melihat Maserati kesukaan Andry terparkir dengan gagahnya. Adiknya itu memang suka terlihat menonjol. Alvaro sendiri cenderung membawa mobil biasa saja ke kantor. Bagi Alvaro, mobil sport menimbulkan rasa sedih dan iri bagi yang tidak mampu sedangkan di kantor itu ada jabatan bergaji UMR seperti petugas kebersihan. Ting!Pintu lift terbuka. Sega menyambutnya dengan senyum lebar. Keduanya menuju ke ruangan Alvaro, melewati meja Ashley.Alvaro melihat sorot merendahkan dari sekretarisnya itu. Ashley tampak acuh, tidak sok cari perhatian seperti saat Alvaro belum mengalami kecelakaan. Ashley mengucap selama
Alvaro dan Saskia makan dalam diam dengan pikiran masing-masing. "Enak tidak, Pa?" tanya Saskia melihat Alvaro makan lebih banyak dari biasanya.Alvaro mengacungkan satu jarinya sambil tersenyum samar, membuat Saskia terkesima. Baru kali ini dilihatnya Alvaro tersenyum sejak kecelakaan itu. Meskipun samar, senyum sang suami sangat indah dipandang. "Pa, dua minggu lagi akan ada acara reuni SMA. Apa aku boleh datang?" tanya Saskia meminta ijin.Alvaro mengangguk. Dia tak keberatan Saskia bersosialisasi dengan banyak orang. Lebih baik begitu sebagai hiburan di sela-sela kegiatannya merawatnya.Sambil meneruskan makannya, Saskia menceritakan beberapa kisah lucu yang membuat hati Alvaro menghangat. Perasaan bahwa Alvaro hidup sendirian di dunia yang dingin dan keras semakin memudar saat bersama Saskia. Perlahan-lahan Alvaro bisa menemukan kalau Saskia benar-benar ingin merawatnya sampai dia sembuh, bukan sekedar habis manis sepah dibuang.Tok! Tok! Tok!Keduanya menoleh, mengira Sega yang
"San, kamu kenapa sih?" Ashley sedang berkunjung ke apartemen Sandra. Teman lamanya itu nampak murung, hanya duduk menekuk lutut di sofa dengan rambut panjangnya digelung asal ke atas kepala. Matanya sembab dan bengkak, seolah Sandra sudah menangis berhari-hari. Kue sus yang dibawa Ashley dari toko kue terkenal tak disentuhnya, padahal itu makanan favorit Sandra."Nggak apa-apa." Sandra memutar-mutar ponsel lipatnya."Kamu nangisin keadaannya Tuan Al?" Ashley menyelidiki penyebab Sandra bersedih.Sandra mengangguk tanpa menjawab."Tuan sedang apes. Kamu tahu nggak, dari info yang kudengar, Tuan sedang membawa buket bunga mawar yang besar saat kecelakaan itu terjadi. Kira-kira, buket mawar itu buat siapa? Jangan-jangan buat Kamu? Kamu kan baru bertemu Tuan sebelum kecelakaan. "Ashley berusaha mengembalikan keceriaan Sandra. Ashley benar-benar berteman dengan Sandra. Ashley sudah tak menginginkan Alvaro yang cacat. Ashley mempunyai target lain sekarang. Minimal Andry lah, demikian renca
Saskia dan Geo menoleh ke asal suara. Alvaro bergeming. Dia sudah tahu suara siapa itu.Andry berlari mendekat. Mumu nampak terganggu. Harimau itu mengaum keras. Rambut Saskia yang panjang tertiup ke belakang terkena angin yang keluar dari mulut Mumu."Ah!." Saskia kaget dan melompat mundur. Gerakannya yang mendadak semakin membuat Mumu gelisah. Harimau besar itu kembali mengaum keras. Taking nya yang besar dan panjang terlihat jelas oleh Saskia, membuatnya ketakutan dan beringsut mundur. Andry pun berhenti berlari. Jaraknya dengan kandang masih beberapa meter lagi. Reaksi Mumu membuatnya terkejut."Duduk, Mumu!" Geo yang melihat suasana menjadi tegang segera mengeluarkan perintah. Namun terlambat. Insting Mumu terlanjur menganggap situasi di sekitarnya tidak aman baginya. Mumu bersiap menerkam Saskia yang terus beringsut mundur. Saking paniknya, Saskia pun jatuh terduduk. Dia hanya berjarak dua meter dari Mumu yang kembali mengaum."MUMU!" Ada geraman lain yang bernada rendah dan men
Andry berangkat ke kantor sementara Alvaro melanjutkan menikmati kopinya. Setelah ini dia akan mengunjungi Orlando di kamarnya. Kakeknya itu tidak doyan makan.Langkah kaki ringan dengan aroma harum mendekat. Alvaro sudah hapal, itu langkah kaki Saskia."Pa, sedang apa? Nanti jam sembilan ada sesi terapi." Saskia mengingatkan sambil berdiri di sisi Alvaro. Alvaro meliriknya. Saskia tampak segar dengan gamis berwarna hijau lembut dan jilbab bermotif bunga berwarna senada. "Menikmati udara segar," sahut Alvaro pelan. "Mama mau kemana?""Ada kajian pagi ini, aku mau datang. Temanya bagus.""Apa itu khusus wanita?""Iya. Untuk pria ada di waktu malam sehabis Isya." Saskia melirik Alvaro. Baru kali ini Alvaro menunjukkan ketertarikan pada kegiatannya."Well, sekarang aku pengangguran. Aku akan meminta Pakde Gito menemaniku nanti malam," gumam Alvaro setelah nampak mempertimbangkan dengan seksama."Masyaa Allah," ucap Saskia spontan, namun dia juga berusaha setengah mati menyembunyikan keb
Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak
Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a
Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena
Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S
"Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di
Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b
"Nak Al? Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini? Kemana cucu-cucuku?!" Teriakan histeris ibunya Saskia menyambut Alvaro yang baru saja memasuki ruang rawat inap Saskia. Wanita paruh baya itu datang bersama Hendra. Dea tidak bisa ikut karena masih punya anak kecil yang tidak boleh masuk ke rumah sakit.Ibunya Saskia berlari menghampiri Alvaro dan mengguncang lengan menantunya dengan kuat. Wajah tuanya shock dengan air mata bercucuran. Hendra segera mendekap ibunya dari belakang, agar tidak terus menyerang Alvaro."Sega, bawa ibu ke ruang sebelah dan ceritakan apa yang terjadi. Aku ingin di sisi Saskia. Nanti kalau Ibu sudah tenang, Ibu boleh kembali kemari." Alvaro menatap ibu mertuanya, memohon pengertian. Alvaro juga sangat lelah, tak ada tenaga untuk menangani mertuanya yang sedang tantrum."Silakan ikut saya dulu," ajak Sega sambil mempersilakan ibunya Saskia dan Hendra ke arah ruangan bersofa. "Anakku ... cucuku ...." Ibunya Saskia berucap lemah sementara Hendra menarik ibunya
Mang Deden memacu mobil secepat mungkin ke rumah sakit. Sega dan Miranda mengekor di belakang.Sesampainya di depan lobby rumah sakit, Alvaro langsung melompat turun dan berlari menuju kamar rawat inap Saskia. Dibukanya pintu kamar dengan tergesa. Pil yang berdiri di dekat pintu menoleh kaget.Kamar Saskia adalah kamar VVIP yang mempunyai ranjang tambahan dan sofa panjang di depan televisi. Warna coklat muda mendominasi ruangan itu. Tempat tidur pasien ada di ruang yang berbeda dengan ruang televisi.Alvaro berbicara dengan Pil sebelum masuk ke ruangan yang berisikan tempat tidur Saskia. Alvaro perlu memberi instruksi."Tuan," sapa Pil sopan. "Bagaimana keadaan Nyonya?" Alvaro bertanya dengan napas memburu. Pil pun menyampaikan yang dikatakan oleh dokter kepadanya."Oke. Kamu boleh pulang dan istirahat. Suruh Pakde Gito dan Bude Darsi kemari, bawakan aku dan Nyonya baju ganti untuk beberapa hari ke depan," perintah Alvaro."Apa Tuan baik-baik saja tanpa pengawal?" Piliang nampak bera
Alvaro mematung. Otaknya mencerna dan menghubungkan semua petunjuk yang berserakan di sekitarnya. Vedrya mencari Andry. Vedrya adalah keturunan dari keluarga terhormat, kecil kemungkinan kalau wanita itu mencari Andry karena masalah uang. Pasti lebih dari itu. Apakah mereka ... sepasang kekasih?"Kita harus menuntaskan semua ini segera. Hidupku tak tenang kalau ini belum selesai, " kata Alvaro kemudian."Ya, aku setuju denganmu," timpal Sega. "Aku akan mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari dalang semalam dan China.""Aku punya firasat, lelaki yang mengobrol dengan Saskia semalam adalah Bernard Tumaritis. Dia sudah pulang dari oplas di Korea, 'kan? Kita tak akan mengenalinya jika dia muncul. Ini benar-benar berbahaya. Dia bisa berada di mana saja. Kita harus segera menangkapnya dan meminta pertanggungjawaban," kata Alvaro tegas."Jika itu Bernard, ada satu hal yang tak kumengerti. Kenapa dia mengincar keluargamu? Kenapa dia tidak membuat perhitungan dengan Andry saja?" Sega meng