Ting!Suara bel pintu kamar mengejutkan Saskia yang asyik melamun. Alvaro tak terlihat, sepertinya masih ada di kamar mandi.Saskia bangkit dan membuka pintu. Ibunya berdiri di depannya, wajah tuanya nampak bahagia."Ibu!" seru Saskia sambil memeluk ibunya.Keduanya berpelukan melepas rindu, kemudian ibunya mengurai pelukan mereka."Kamu kelihatan kurus. Apa kamu sakit?" tanya sang ibu sambil memindai putrinya dari atas ke bawah."Aku tak apa, Bu. Hanya kurang cocok dengan makanan di China. Aku kesulitan mencari makanan halal, jadi lebih banyak makan buah-buahan," jawab Saskia. "Ooh. Bagaimana dengan Alvaro?" Ibunya Saskia melongok ke dalam kamar, bersamaan dengan keluarnya Alvaro dari kamar mandi."Innalilahi!" Spontan ibunya Saskia berucap. Ucapannya langsung menghentikan kursi roda Alvaro. Saskia menoleh dengan khawatir pada perasaan Alvaro melihat respon ibunya.Wajah Alvaro tegang. Saskia tahu suaminya berusaha mengontrol emosi."Pa, Ibu datang." Saskia berkata sambil mendekat.
Seorang gadis berparas manis turun di depan sebuah gang yang muat dilalui sebuah mobil. Meskipun gadis itu datang dengan menggunakan mobil sewa, tetapi dia tak ingin menarik perhatian tetangga sekitarnya."Terimakasih, Pak," ucap sang gadis kepada si supir yang mengangguk dan segera pergi."Aku kembali," gumamnya lalu mulai melangkah. Hari menjelang malam. Dia sengaja pulang di saat seperti ini karena tahu, sedikit orang di luar rumah selepas Maghrib."Assalamu'alaikum. " Sang gadis mengetuk pintu sebuah rumah kecil yang dindingnya sudah kusam.Samar-samar terdengar sahutan dari dalam diiringi langkah kaki menuju pintu. Seorang anak perempuan berusia 12 tahun membuka pintu."Kak Ros!" Anak itu berseru gembira, langsung memeluk kakaknya dengan bahagia. Manik hitamnya berbinar melihat kedatangan kakaknya."Rambutmu tambah keriting, Win," goda Roswati pada adiknya yang bernama Winarti.Bibir Winarti manyun mendengar godaan itu. Dia ingin rambut lurus seperti artis-artis korea yang diliha
Roswati menaiki angkutan umum lalu turun entah di mana. Dia terus berjalan mengikuti langkah kakinya. Sampai akhirnya Roswati berhenti di depan sebuah masjid karena kakinya sudah sangat lelah.'Aku akan beristirahat dulu,' batin Roswati sambil memandang sekitarnya. Masjid terlihat sepi, hanya ada beberapa orang lelaki di pelataran masjid yang sedang beristirahat dari panasnya suhu kota metropolitan. Jemaah yang lain pergi setelah melaksanakan sholat Ashar.Roswati masuk melalui pintu khusus wanita, sedikit terkejut karena tempat sholat wanita tidak kosong. Ada seseorang sedang berdoa dengan posisi membelakangi pintu."... Ya Allah, Yang Maha Pemurah dan Penyayang, hamba mohon berikanlah kesempatan lagi kepada hamba untuk mempunyai anak. Hamba ingin membahagiakan suami dan keluarga. Kabulkanlah permohonan hamba, Ya Allah." Wanita itu terisak lirih. Bahunya berguncang naik turun.Roswati bimbang, apakah tetap masuk atau balik badan. Namun kakinya yang lelah membuatnya memutuskan untuk t
"Ini kacau. Kacau." Roni mengetuk2 meja dengan jarinya, membuat suara yang berirama. Tuk, tuk, tuk.Andry hanya meliriknya dengan malas. Suara ketukan itu menyebalkan."Bagaimana bisa kau sesantai ini? Kebayang nggak, dia kembali dengan menggendong anak dan bilang pada semua orang agar kau menikahinya?" Roni mencondongkan tubuh ke depan. Kedua sahabat itu sedang berada di cafe yang tidak terlalu ramai."Aku nggak yakin dia senekat itu. Paling jauh, dia menemuiku secara pribadi. Aku akan bisa mengatasinya," sahut Andry sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan."Bagaimana jika ada orang yang mengambil keuntungan dari situasinya? Mungkin saja dia bercerita pada seseorang dan orang itu mendorongnya untuk memerasmu.Kamu sekarang kan pewaris Bintang Terang Group. Apalagi kondisi Alvaro begitu. Peluangmu naik menjadi CEO sangat besar. Banyak yang mengincar kelemahanmu, Rue. Kamu harus selalu menjaga nama baik perusahaan dan Skandal seperti ini akan mampu membuat perusahaan bangkrut." R
Alvaro tiba di parkiran kantor lalu masuk ke lift khusus yang diperuntukkan Jajaran direktur. Beberapa karyawan yang sempat melihat kehadirannya nampak memasang ekspresi yang beraneka ragam. Ada yang nampak prihatin, ada yang kasak kusuk dengan temannya, ada juga yang nampak mengusap matanya. Alvaro mengacuhkannya. Dia benci keadaan ini, akan tetapi harus menjalaninya. Alvaro sempat melihat Maserati kesukaan Andry terparkir dengan gagahnya. Adiknya itu memang suka terlihat menonjol. Alvaro sendiri cenderung membawa mobil biasa saja ke kantor. Bagi Alvaro, mobil sport menimbulkan rasa sedih dan iri bagi yang tidak mampu sedangkan di kantor itu ada jabatan bergaji UMR seperti petugas kebersihan. Ting!Pintu lift terbuka. Sega menyambutnya dengan senyum lebar. Keduanya menuju ke ruangan Alvaro, melewati meja Ashley.Alvaro melihat sorot merendahkan dari sekretarisnya itu. Ashley tampak acuh, tidak sok cari perhatian seperti saat Alvaro belum mengalami kecelakaan. Ashley mengucap selama
Alvaro dan Saskia makan dalam diam dengan pikiran masing-masing. "Enak tidak, Pa?" tanya Saskia melihat Alvaro makan lebih banyak dari biasanya.Alvaro mengacungkan satu jarinya sambil tersenyum samar, membuat Saskia terkesima. Baru kali ini dilihatnya Alvaro tersenyum sejak kecelakaan itu. Meskipun samar, senyum sang suami sangat indah dipandang. "Pa, dua minggu lagi akan ada acara reuni SMA. Apa aku boleh datang?" tanya Saskia meminta ijin.Alvaro mengangguk. Dia tak keberatan Saskia bersosialisasi dengan banyak orang. Lebih baik begitu sebagai hiburan di sela-sela kegiatannya merawatnya.Sambil meneruskan makannya, Saskia menceritakan beberapa kisah lucu yang membuat hati Alvaro menghangat. Perasaan bahwa Alvaro hidup sendirian di dunia yang dingin dan keras semakin memudar saat bersama Saskia. Perlahan-lahan Alvaro bisa menemukan kalau Saskia benar-benar ingin merawatnya sampai dia sembuh, bukan sekedar habis manis sepah dibuang.Tok! Tok! Tok!Keduanya menoleh, mengira Sega yang
"San, kamu kenapa sih?" Ashley sedang berkunjung ke apartemen Sandra. Teman lamanya itu nampak murung, hanya duduk menekuk lutut di sofa dengan rambut panjangnya digelung asal ke atas kepala. Matanya sembab dan bengkak, seolah Sandra sudah menangis berhari-hari. Kue sus yang dibawa Ashley dari toko kue terkenal tak disentuhnya, padahal itu makanan favorit Sandra."Nggak apa-apa." Sandra memutar-mutar ponsel lipatnya."Kamu nangisin keadaannya Tuan Al?" Ashley menyelidiki penyebab Sandra bersedih.Sandra mengangguk tanpa menjawab."Tuan sedang apes. Kamu tahu nggak, dari info yang kudengar, Tuan sedang membawa buket bunga mawar yang besar saat kecelakaan itu terjadi. Kira-kira, buket mawar itu buat siapa? Jangan-jangan buat Kamu? Kamu kan baru bertemu Tuan sebelum kecelakaan. "Ashley berusaha mengembalikan keceriaan Sandra. Ashley benar-benar berteman dengan Sandra. Ashley sudah tak menginginkan Alvaro yang cacat. Ashley mempunyai target lain sekarang. Minimal Andry lah, demikian renca
Saskia dan Geo menoleh ke asal suara. Alvaro bergeming. Dia sudah tahu suara siapa itu.Andry berlari mendekat. Mumu nampak terganggu. Harimau itu mengaum keras. Rambut Saskia yang panjang tertiup ke belakang terkena angin yang keluar dari mulut Mumu."Ah!." Saskia kaget dan melompat mundur. Gerakannya yang mendadak semakin membuat Mumu gelisah. Harimau besar itu kembali mengaum keras. Taking nya yang besar dan panjang terlihat jelas oleh Saskia, membuatnya ketakutan dan beringsut mundur. Andry pun berhenti berlari. Jaraknya dengan kandang masih beberapa meter lagi. Reaksi Mumu membuatnya terkejut."Duduk, Mumu!" Geo yang melihat suasana menjadi tegang segera mengeluarkan perintah. Namun terlambat. Insting Mumu terlanjur menganggap situasi di sekitarnya tidak aman baginya. Mumu bersiap menerkam Saskia yang terus beringsut mundur. Saking paniknya, Saskia pun jatuh terduduk. Dia hanya berjarak dua meter dari Mumu yang kembali mengaum."MUMU!" Ada geraman lain yang bernada rendah dan men