Andry mempercepat langkah mendekati wanita yang menarik perhatiannya. Sang wanita nampak berjalan santai sambil mengobrol dengan temannya.
"Sasi ... aku merindukanmu." Andry memeluk wanita itu dari belakang sambil berbisik di telinganya. Dihirupnya keharuman yang berasal dari rambut hitam tebal sang wanita.Wanita itu tentu sangat terkejut, demikian juga dengan temannya. Keduanya menoleh bersamaan."Andry?" Wajah Saskia memucat. Hanifah hanya mampu melongo melihat kejadian itu."Sayang ... " Andry memeluk erat Saskia yang berputar menghadapnya sebelum Saskia sempat menghindar.Saskia berusaha menjauhkan tubuh tegap lelaki yang memeluknya."Jangan. Aku sangat rindu memelukmu, seperti dulu saat tak ada orang lain di antara kita." Andry malah mempererat pelukannya. Nada suaranya yang berat dan sedih membuat gerakan Saskia terhenti. Tanpa sadar air mata mulai menggenang di sudut mata indahnya."Tapi ... tapi ini di mall. B"Baik, Tuan." Hanifah segera mengundurkan diri setelah selesai makan, meninggalkan kedua majikannya."Ada apa, Pa?" tanya Saskia, kedua matanya yang jernih menatap Alvaro. Sungguh keindahan yang hakiki. Alvaro merasa berenang di laut yang tenang."Aku cuma ingin memberitahumu, kalau aset dan warisan ayahku dalam proses pembagian dengan Andry. Mungkin kamu ingin tahu jumlah harta yang akan diterima Andry?" Alvaro berkata sambil menatap lekat pada Saskia. Alvaro ingin tahu reaksi Saskia jika lelaki yang dicintainya saat ini mempunyai harta yang melimpah. Apakah Saskia akan segera meninggalkannya?"Apa aku harus mengetahuinya?" Saskia balik bertanya dengan raut kebingungan. Alvaro mendegut ludah. Wanita ini ... di luar ekpektasinya. Beberapa kali dugaan Alvaro terhadapnya meleset, seperti saat ini. Seolah-olah Saskia tidak peduli dengan harta."Jika kamu mau, aku bisa memberikan rinciannya kepadamu," sahut Alvaro.Saskia
Alvaro dan Saskia sampai di rumah jam lima sore. Sebelum Saskia sempat masuk ke kamar mandi, Alvaro sudah menerkamnya. Alvaro bermain dengan alat pria da sebuah penggetar berbentuk lipstick. Entah dari mana idenya mendapatkan alat-alat itu. Berkali-kali dikerjainya sang istri hingga lemas sedangkan Alvaro masih berpakaian lengkap.Satu jam kemudian, Alvaro mandi, meninggalkan Saskia yang lemas dan sakit. Dalam satu jam itu Saskia mencapai tiga kali pelepasan. Alvaro sama sekali tak memberinya kesempatan beristirahat."Aku ada acara makan malam dengan rekan bisnis. Nanti malam aku mau jatahku," bisik Alvaro sambil mengecup pipi halus kemerahan milik Saskia.Saskia tak sanggup bereaksi. Alvaro melihatnya, tersenyum dan kembali berkata,"Makan yang banyak agar kuat. Nanti pakailah kostum kucing itu. Aku ingin bermain dengan cambuknya."Alvaro mengecup bibir ranum sang istri lalu keluar kamar sambil bersiul-siul. Nampaknya mood Alvaro kembali
Alvaro menggertakkan gigi, lalu berbalik dan naik ke kamarnya meninggalkan Andry.Ting!Ada chat masuk. Andry membuka aplikasi pesan, sebuah nomor asing masuk.[Hai Andry. Aku Vedrya, masih ingat kan? Kita bertemu di bandara]Andry mengingat-ingat, dari mana wanita itu mendapatkan nomernya? Andry merasa tidak memberikannya. Vedrya hanya meminjam ponselnya ... ah, rupanya itu trik Vedrya untuk mendapatkan nomor kontak nya. Vedrya pasti melakukan panggilan telepon ke nomornya sendiri menggunakan ponsel Andry.Andry tersenyum. Vedrya sudah berusaha mengenalnya, tak ada salahnya jika dia pun membuka diri. Toh sekarang Andry mempunyai kekayaan yang luar biasa. Semua wanita akan mudah takluk di genggamannya.Andry [Halo Ve. Tentu saja aku masih ingat. Mana mungkin aku lupa pada gadis secantik kamu. Ngomong-ngomong, dari mana kamu dapat nomorku?]Vedrya [Aku tak sengaja menelepon nomorku sendiri kemarin. Apa aku mengganggu?]
" Pa, apa maksud kalimat Papa pada Kakek Orlando tadi?" Saskia memberanikan diri bertanya saat dia dan Alvaro sudah berada di dalam kamar mereka. Alvaro berbaring tengkurap di ranjang sementara Saskia memijit punggung kokoh dan tegap suaminya.Alvaro mendengus. " Kita akan membuatkan cicit untuk Kakek Orlando. Mulai besok jangan minum pil KB," sahut sang pria tampan tegas.Gerakan tangan Saskia seketika terhenti. Alvaro yang merasakannya segera duduk menghadap kepada wanita cantik itu." Lalu ... lalu bagaimana nasib anak itu saat kita selesai menjalani kontrak?" tanya Saskia terbata-bata. Alvaro merasa dadanya bagai dihantam palu mendengar pertanyaan Saskia. Saskia tidak mencintainya, Saskia ingin mereka menyelesaikan kontrak lalu berpisah. Saskia bingung dengan anak mereka, apa mungkin Andry mau menerimanya? Ternyata semua servis dan fasilitas yang diberikan Alvaro, tidak membuat Saskia luluh dan bisa mencintainya. Demikian pikiran-pikiran yang berkelebat di benak Alvaro.Alvaro
Saskia melirik jam dinding, jarum berada di angka 12 dan Alvaro belum pulang. Bang Ucup sudah mengembalikan mobil sedari tadi dan pulang ke rumahnya sendiri. Kata Bang Ucup, Alvaro ada rapat dan akan pulang menggunakan taksi online.Saskia menunduk, menatap ponselnya. Jemarinya berputar di atas layar. Wanita cantik itu ingin mengirim pesan kepada suaminya, akan tetapi ragu melanda. Selama ini Saskia tak pernah melakukan itu karena Alvaro selalu mengabarinya jika terlambat pulang."Al belum pulang?" Satu suara bariton terdengar di belakangnya, membuat Saskia tersadar dari lamunannya.Saskia menoleh. Dilihatnya Andry berdiri tak jauh darinya. Nampaknya lelaki tampan itu sedang dalam perjalanan mencari cemilan di kulkas. Rambutnya acak-acakan seperti habis bangun tidur."Belum," sahut Saskia lalu kembali menunduk. Didengarnya Andry membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Nih, minum dulu." Andry menyodorkan sebotol yoghurt ke pangkuan Saskia."Terimakasih," sahut Sask
Andry mengeluarkan mobil yang terdekat dengan pintu keluar, yaitu sebuah Pakjero putih.Dengan senang hati Ashley masuk ke kursi penumpang. Khayalannya kembali melambung. Jika dia bisa memikat pria tampan di sebelahnya ini, dia tak perlu menjadi ani-ani melainkan bisa menjadi nyonya besar seperti Saskia. Pikiran yang sangat membahagiakan."Kamu tinggal di mana?" tanya Andry saat mobil keluar dari gerbang. Ashley pun menyebutkan alamatnya, yaitu sebuah kos elit yang bebas. Andry yang baru saja pulang ke kota itu tentu tidak paham kos seperti apa yang akan didatanginya."Maaf Tuan? Apa bisa saya mampir beli makan? Karena di kos sedang tidak ada makanan dan saya belum sempat makan," ucap Ashley dengan suara yang dilembutkan."Oke. Kamu mau makan apa?" Andry menyanggupi. Andry berpikir kalau Ashley belum sempat makan karena mengurus Alvaro yang mabuk.Ashley pun menunjukkan Cafe yang Buka sampai pagi. Cafe itu cukup mewah. Ashley ka
Saskia membeku. Apa Alvaro berselingkuh dengan Ashley? Wanita tadi sangat cantik dan seksi. Pakde Gito datang dengan membawa handuk basah untuk menyeka Alvaro. Saskia membantu kepala pelayan itu melakukan pekerjaannya sambil mengamati apakah ada jejak wanita lain lagi di tubuh suaminya, akan tetapi Saskia tak menemukannya. Keduanya mengganti pakaian Alvaro dengan piyama, lalu Pakde Gito keluar kamar. Alvaro langsung tertidur pulas.Saskia berdiri di balkon kamarnya yang menghadap ke jalanan. Wajahnya mendongak menatap bulan yang bulat. Saskia berpikir kalau dirinya kurang baik dalam melayani suaminya. Apa Alvaro suka digigit? Namun bagaimana Saskia bisa mengimbangi permainan Alvaro jika Alvaro selalu menyakiti tubuhnya dengan benda-benda aneh itu?Saskia meraba ruam di lehernya yang sempat tertangkap mata Andry. Dia harus lebih rapat lagi dalam berpakaian agar tak ada yang tahu apa yang dilakukan Alvaro kepadanya. Ibunya berpesan untuk menutup aib suami di hadapan siapa pun. Kita ha
Alvaro keluar dari kamar mandi dengan wajah kuyu dan tubuh lemas. Saskia yang duduk menunggu di tepi tempat tidur segera menghampiri Alvaro. Digenggamnya tangan Alvaro. Dingin."Aku tak bisa berangkat. Perutku masih mulas sekali. Tolong bilang Pakde Gito untuk menelepon Dok Hairi. Kamu juga segera berangkat." Alvaro menghembuskan napas ketika sudah merebahkan tubuhnya di ranjang. Bibirnya pun nampak pucat."Aku tak mau pergi. Aku mau menemani Papa," sanggah Saskia. Bagaimana dia bisa meninggalkan Alvaro yang gemetar dan pucat begitu?"Tidak. Kamu harus berangkat. Akan kusuruh Sega menyusulmu. Ini untuk perusahaan." Alvaro berkata lirih, wajahnya mengernyit menahan sakit.Saskia hendak membuka mulut lagi, akan tetapi Alvaro membuka mata dan menatapnya dengan hangat."Ma, jangan membantah. Acara amal ini penting bagi perusahaan kita. Dewan Komisaris akan ribut jika tidak ada yang datang," ucap pria tampan itu.Saskia pun luluh mend
Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak
Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a
Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena
Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S
"Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di
Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b
"Nak Al? Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini? Kemana cucu-cucuku?!" Teriakan histeris ibunya Saskia menyambut Alvaro yang baru saja memasuki ruang rawat inap Saskia. Wanita paruh baya itu datang bersama Hendra. Dea tidak bisa ikut karena masih punya anak kecil yang tidak boleh masuk ke rumah sakit.Ibunya Saskia berlari menghampiri Alvaro dan mengguncang lengan menantunya dengan kuat. Wajah tuanya shock dengan air mata bercucuran. Hendra segera mendekap ibunya dari belakang, agar tidak terus menyerang Alvaro."Sega, bawa ibu ke ruang sebelah dan ceritakan apa yang terjadi. Aku ingin di sisi Saskia. Nanti kalau Ibu sudah tenang, Ibu boleh kembali kemari." Alvaro menatap ibu mertuanya, memohon pengertian. Alvaro juga sangat lelah, tak ada tenaga untuk menangani mertuanya yang sedang tantrum."Silakan ikut saya dulu," ajak Sega sambil mempersilakan ibunya Saskia dan Hendra ke arah ruangan bersofa. "Anakku ... cucuku ...." Ibunya Saskia berucap lemah sementara Hendra menarik ibunya
Mang Deden memacu mobil secepat mungkin ke rumah sakit. Sega dan Miranda mengekor di belakang.Sesampainya di depan lobby rumah sakit, Alvaro langsung melompat turun dan berlari menuju kamar rawat inap Saskia. Dibukanya pintu kamar dengan tergesa. Pil yang berdiri di dekat pintu menoleh kaget.Kamar Saskia adalah kamar VVIP yang mempunyai ranjang tambahan dan sofa panjang di depan televisi. Warna coklat muda mendominasi ruangan itu. Tempat tidur pasien ada di ruang yang berbeda dengan ruang televisi.Alvaro berbicara dengan Pil sebelum masuk ke ruangan yang berisikan tempat tidur Saskia. Alvaro perlu memberi instruksi."Tuan," sapa Pil sopan. "Bagaimana keadaan Nyonya?" Alvaro bertanya dengan napas memburu. Pil pun menyampaikan yang dikatakan oleh dokter kepadanya."Oke. Kamu boleh pulang dan istirahat. Suruh Pakde Gito dan Bude Darsi kemari, bawakan aku dan Nyonya baju ganti untuk beberapa hari ke depan," perintah Alvaro."Apa Tuan baik-baik saja tanpa pengawal?" Piliang nampak bera
Alvaro mematung. Otaknya mencerna dan menghubungkan semua petunjuk yang berserakan di sekitarnya. Vedrya mencari Andry. Vedrya adalah keturunan dari keluarga terhormat, kecil kemungkinan kalau wanita itu mencari Andry karena masalah uang. Pasti lebih dari itu. Apakah mereka ... sepasang kekasih?"Kita harus menuntaskan semua ini segera. Hidupku tak tenang kalau ini belum selesai, " kata Alvaro kemudian."Ya, aku setuju denganmu," timpal Sega. "Aku akan mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari dalang semalam dan China.""Aku punya firasat, lelaki yang mengobrol dengan Saskia semalam adalah Bernard Tumaritis. Dia sudah pulang dari oplas di Korea, 'kan? Kita tak akan mengenalinya jika dia muncul. Ini benar-benar berbahaya. Dia bisa berada di mana saja. Kita harus segera menangkapnya dan meminta pertanggungjawaban," kata Alvaro tegas."Jika itu Bernard, ada satu hal yang tak kumengerti. Kenapa dia mengincar keluargamu? Kenapa dia tidak membuat perhitungan dengan Andry saja?" Sega meng