Share

[S2] Hari-Hari Di Penjara

last update Last Updated: 2025-03-23 21:04:38

Di dalam sel yang sunyi, hanya ada suara detak jam dinding tua yang menggema di lorong. Elisha duduk di sudut ranjang sempitnya, punggungnya bersandar pada dinding dingin yang mulai retak. Cahaya lampu redup di luar sel menyinari sebagian wajahnya, memperlihatkan garis-garis kelelahan yang semakin jelas.

Di pangkuannya, sebuah buku catatan lusuh terbuka. Tangannya yang kurus memegang pena dengan erat, menuliskan kata-kata dengan penuh emosi. Sudah berbulan-bulan—atau mungkin bertahun-tahun—ia mengisi halaman-halaman itu dengan harapan dan impian yang terus ia pertahankan dalam hatinya.

Namun, dari semua hal yang ia tulis, hanya satu hal yang paling memenuhi pikirannya.

Qila.

Putri kecilnya.

Elisha menggigit bibirnya, menahan emosi yang mendesak keluar dari dadanya. Ia menuliskan namanya berkali-kali di halaman itu, seolah dengan begitu, ia bisa membawa Qila lebih dekat ke dalam dekapannya.

"Aku ingin melihat Qila. Aku ingin memeluknya. Aku ingin mendengar suaranya memanggi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari-hari Di Penjara 02

    Tiba-tiba seorang pria berseragam dokter muncul di hadapan mereka sambil membawa nampan dan piring kosong. "Permisi," suara itu terdengar tenang, sedikit berat namun tetap lembut di telinga. Elisha menoleh dan menemukan seorang pria berdiri di hadapannya. Di tangannya, ia membawa nampan berisi piring-piring kosong. Wajahnya tampak bersih dengan rahang tegas dan mata yang tajam namun juga lembut di saat bersamaan. "Boleh ambil nasi kan?" lanjut pria itu, menatapnya dengan ekspresi ramah. Elisha menerima nampan itu tanpa berkata-kata. "Yang lain makannya lahap banget. Aku jadi penasaran seenak apa makan siang hari ini," ucap pria itu lagi. Senyum ramah masih terpatri di wajahnya. Devi yang juga masih berdiri di sana langsung menyahut, "Hari ini ketua timnya Elisha Pak Dok, dia itu terkenal jago masak di sini. Jadi wajar kalau semua orang suka karena emang rasanya enak." Elisha hanya diam, tapi sekilas ia bisa merasakan pria itu meliriknya dengan sedikit rasa ingin tahu. "Begit

    Last Updated : 2025-03-23
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Gak Lucu

    Nilam menoleh cepat, menatap Jean dengan ekspresi tak percaya. "Apa?" Jean menahan tawa, tapi sudut bibirnya sudah tertarik ke atas. "Ya aku balik ke sini tinggal sama Elisha—" "Pak Jean!" Nilam spontan menoyor lengan pria itu. "Kamu serius ngomong kayak gitu?" Jean akhirnya tak bisa menahan tawanya. "Ya enggak lah, aku cuma bercanda." Nilam mendengus kesal, menegakkan duduknya. "Sumpah, becandaan kamu gak lucu." Jean masih tertawa kecil, lalu menatap Nilam dengan lembut. "Aku udah bilang kan? Aku beli apartemen pakai nama kamu karena aku serius sama kamu, Nilam." Nilam terdiam. Meski ia tahu Jean memang punya perasaan padanya, setiap kali pria itu mengatakannya dengan serius, tetap saja ada sesuatu di hatinya yang bergetar. "Apartemen itu bukan sekadar tempat tinggal," lanjut Jean. "Aku pengen kita punya rumah yang kita bangun berdua, dari nol, tanpa bayang-bayang masa lalu." Nilam terdiam, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Jean. Pria itu berbicara dengan

    Last Updated : 2025-03-24
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Apa Tidak Ada Cara Lain?

    Restoran bergaya klasik yang Talita datangi itu cukup tenang di sore hari, dengan pencahayaan hangat yang memberi kesan nyaman.Talita melangkah masuk dengan anggun, masih mengenakan setelan kantornya—blazer krem yang dipadukan dengan blouse putih serta celana panjang berpotongan rapi.Sisi rambut sebelah kirinya, hanya diselipkan ke belakang telinga di satu sisi, memperlihatkan anting mutiara kecil yang elegan. Wajahnya tampak sedikit lelah setelah seharian bekerja, tapi aura percaya dirinya tetap terpancar kuat. Di salah satu sudut restoran, seorang pria sudah duduk menunggunya. Dikta. Berbeda dengan Talita yang masih dalam mode pulang kerja, pria itu tampak santai dengan setelan rumahan yang terkesan misterius—hoodie hitam berlengan panjang dan celana jogger senada. Seakan baru keluar dari rumah tanpa niatan terlalu formal, tapi tetap punya aura yang sulit diabaikan.Rambutnya sedikit berantakan, tapi bukan dalam cara yang sembarangan, lebih seperti gaya yang disengaja. Matanya

    Last Updated : 2025-03-24
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Aku Takut

    "Dikta..." "Kamu cukup kasih info aja Talita," sela Dikta sebelum perempuan itu selesai bicara. "Biar aku yang urus semuanya." Talita menghela napas panjang, menatap Dikta dengan ekspresi penuh pertimbangan. "Dikta, serius, aku beneran takut kamu bertindak gegabah." Dikta menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya masih dingin. "Aku gak gegabah, Talita. Aku udah mikirin ini baik-baik. Percaya sama aku." Talita tahu ketika Dikta sudah berbicara dengan nada seperti ini, tidak ada gunanya lagi berdebat. Pria itu keras kepala, dan dendamnya terhadap Jean sudah terlalu dalam untuk dicegah. "Jadi kamu tetap mau lanjutin rencana kamu?" Dikta menyeringai tipis. "Tentu saja." Talita menghela napas berat, lalu bersandar ke kursi. "Baiklah. Aku gak bisa mengubah keputusanmu, kan?" Dikta menggeleng. Talita terdiam sejenak, menatap pria di depannya dengan tatapan penuh arti. "Kalau rencana kamu ini gagal, kamu siap menanggung akibatnya?" "Aku gak akan gagal." Talita menggele

    Last Updated : 2025-03-25
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Persiapan Pernikahan

    “Rahasia,” balas Nilam sambil tersenyum jahil.“Jangan gitu iiih! Kita kan bestie, ayo cerita ada apa?” Rina melipat tangan di dada, menatap Nilam penuh harap."Tapi ini emang masih rahasia Mba."Rina semakin mendekat, menatap Nilam dengan mata yang hampir menyipit. “Halah, kamu jangan gitu ama temen sendiri. Masa kamu sama Pak Jean janjian gak masuk, terus sekarang datang dengan aura beda gini? Pasti ada sesuatu kan? Gak usah ditutupin deh!"Nilam hanya terkekeh kecil, memainkan ujung blouse-nya dengan ekspresi penuh teka-teki. “Pokoknya, sabar ya. Sebulan lagi, aku bakal kasih berita besar buat kalian semua.” “Berita besar apa?!” Rina hampir saja berteriak kalau saja mereka tidak sedang di kantor."Kan aku bilang tunggu dulu sebulan lagi."“Gak bisa gitu, Nilam! Aku kan kepo, plis dong kasih bocoran dikit aja. Sebulan itu kelamaan!"Nilam menggeleng, masih dengan senyum misteriusnya. “Nanti juga kamu tahu, Mba Rin. Kuncinya adalah sabar."Belum sempat Rina merengek lebih lanjut, T

    Last Updated : 2025-03-26
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Gara-gara Resleting

    Jean mendekat, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kamu..." Nilam mengangkat alis, menunggu kelanjutannya. "Aku apa?" Jean menarik napas pelan, lalu tersenyum lembut. "Kamu luar biasa cantik." Pipi Nilam langsung terasa panas. "Jangan gombal, Pak. Udah gak mempan." "Tapi kali ini beda," jawab Jean serius. "Ngeliat kamu pake gaun ini, aku makin gak sabar buat nikahin kamu." Nilam menunduk, berusaha menyembunyikan senyum malunya. Sementara itu, Nayya yang melihat interaksi mereka hanya bisa tertawa kecil. "Kalau gitu, kita langsung lanjut fitting jas Jean ya?" kata Nayya akhirnya. Jean mengangguk, lalu masuk ke ruang fitting. Tak butuh waktu lama, ia keluar dengan setelan jas berwarna hitam elegan yang pas membentuk tubuhnya. Sekarang giliran Nilam yang terdiam. Matanya menelusuri sosok Jean yang tampak begitu gagah dengan setelan itu. "Wow..." gumamnya tanpa sadar. Jean menaikkan sebelah alis, menahan senyum. "Aku ganteng kan?"Nilam berdeham pelan, be

    Last Updated : 2025-03-26
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Nakal 21+

    "Ahh..." Jantung Nilam berdegup lebih cepat. "Pak..."Jean tersenyum kecil mendengar panggilan itu. "Kamu masih manggil aku 'Pak' dalam situasi seperti ini?" suaranya terdengar serak, mengandung sesuatu yang lebih dalam dari sekadar godaan.Nilam tidak menjawab. Ia bahkan nyaris lupa cara bernapas saat Jean tiba-tiba menunduk, mendekatkan wajahnya ke tengkuknya yang terbuka.Dan tanpa peringatan, ia mengecupnya. Sebuah ciuman lembut yang hanya berlangsung beberapa detik, tapi cukup untuk membuat Nilam tersentak. Bibir Jean menyentuh kulitnya dengan penuh kehati-hatian, seolah takut kalau ia terlalu kasar, Nilam akan menghilang begitu saja. Nilam menutup mata, merasakan sensasi aneh yang menggelitik seluruh sarafnya. Hangat. Lembut. Dan di atas segalanya, begitu intim. "Pak Jean..." suaranya keluar seperti bisikan. "Mmn..."Jean tersenyum kecil, tidak terburu-buru untuk menjauh. "Aku suka melihat kamu seperti ini," gumamnya, suaranya begitu dekat dengan telinganya. "Begitu canti

    Last Updated : 2025-03-26
  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Anak Mama Sudah Besar

    Setelah mobil Jean berhenti di depan rumah, Nilam melepas seatbelt dan menghela napas. Hari ini benar-benar melelahkan, tapi juga menyenangkan. "Kamu gak mau mampir dulu?" tanya Nilam saat Jean membukakan pintu mobil untuknya. Jean tersenyum kecil. "Aku ikut masuk sebentar, tapi gak lama, ya. Aku harus pulang cepet, kasian Qila nungguin." Nilam mengangguk. Lalu mereka berjalan berdampingan menuju pintu rumah. Begitu masuk, mereka langsung disambut oleh Bu Mala yang sedang duduk santai di ruang tengah dengan secangkir teh di tangannya. "Oh, kalian sudah pulang," kata Bu Mala sambil tersenyum. Matanya bergantian menatap Nilam dan Jean dengan penuh arti. "Udah, Ma," jawab Nilam sambil berjalan ke arah sang Mama. "Hari ini capek banget." Dengan manjanya, Nilam langsung menjatuhkan kepalanya di bahu Bu Mala.Sementara Jean mengikuti Nilam dan duduk berseberangan dengan mereka."Capek kenapa?" tanya Bu Mala penasaran."Pulang kantor tadi kita langsung fitting baju pengantin Ma. A

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Honeymoon 21+

    "Sayang... Sayaaang...""Sayaaang ayo banguuun...""Hnggg?" Tidur Jean hari itu sedikit terganggu karena panggilan lembut Nilam. "Apa Nilam sayang?" Mau tak mau, ia membuka kedua matanya dan membiasakan sinar matahari menyilaukan pandangannya."Sayang, liat deh!" Nilam memegang pipi Jean yang masih sibuk memfokuskan penglihatannya, memaksa pria yang beberapa tahun lebih tua darinya ini untuk menatap langsung ke arahnya."Nilam? Ngapain kamu pake baju gitu?" Rasa kantuk Jean seketika lenyap, matanya bahkan nyaris mendelik saat melihat istrinya hanya memakai bikini.Yup— BIKINI! Warna pink pula. Ada hiasan pita di bagian dada pula. Dan celananya— kalau ditarik sedikit saja sudah ke mana-mana itu aurotnya Nilam."Iih! Kamu gimana sih?" Nilam yang tadinya berdiri di samping ranjang dengan posisi setengah membungkuk supaya bisa melihat wajah suaminya dari dekat langsung mundur. Dia duduk dengan posisi W di atas tempat tidur sambil memasang raut cemberut. "Katanya mau ngajakin renang pagi-p

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kamu Gak Apa Kan?

    Devi menatap Elisha dengan mata berkaca-kaca. Bukan karena kasihan—tapi karena ia bisa merasakan tulusnya penyesalan itu. Rasa bersalah yang tak hanya tertahan di kepala, tapi meresap hingga ke dalam tulang. Elisha mungkin tak lagi bersama Jean, tapi luka yang ditinggalkan masih menggores.“Sha… semua orang pernah buat kesalahan,” ucap Devi lirih. “Yang membedakan kita adalah gimana kita belajar dari situ.”Elisha hanya menunduk. Tangannya kembali meremas ujung selimut. Kali ini, ia tak lagi menahan air mata. Setetes jatuh, menyusul satu lagi. Tapi tak ada isakan, tak ada tangisan keras—hanya keheningan yang menyakitkan.“Aku cuma pengen jadi ibu yang layak buat Qila,” ucap Elisha lirih. “Aku gak bisa balikin waktu, tapi aku pengen punya kesempatan kedua. Meskipun kecil… meskipun aku harus mulai dari nol.”Devi meraih bahunya, menepuk pelan. “Dan kamu akan punya kesempatan itu, Sha. Kamu udah jalanin hukumannya, kamu udah bayar semua. Yang penting sekarang, kamu harus semangat. Kamu j

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kabar Pernikahan Jean

    Di saat begitu, tiba-tiba saja suara dari televisi kecil yang menggantung di sudut ruangan terdengar lebih jelas. Awalnya hanya sekilas suara pembawa berita yang menyebut nama-nama populer di dunia bisnis, tapi tak lama, gambar wajah Jean dan Nilam terpampang jelas di layar.Devi yang tadinya menunduk menepuk-nepuk punggung balita, refleks mendongak ke arah TV.“Eh, itu bukannya?” gumam Devi.Elisha pun spontan ikut menoleh. Pandangannya langsung tertumbuk pada tayangan berita infotainment yang menampilkan potongan-potongan video pernikahan mewah. Ada kilatan blitz kamera, dekorasi bunga warna peach dan putih, dan tentu saja—sosok Jean yang mengenakan setelan jas putih elegan, berdiri di samping seorang wanita cantik bergaun pengantin berwarna senada.“Jean, pengusaha muda sukses sekaligus duda beranak satu, hari ini resmi menikahi Ayunda Nilam Wijaya anak dari pengusaha properti Wijaya dan ibunya Bu Mala, pemilik franchise minuman terkenal di Indonesia. Pernikahan mereka digelar seca

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari-hari Elisha

    Suara anak-anak menyanyi riang memenuhi aula kecil yang terang oleh cahaya matahari yang menyusup dari jendela. Di tengah kerumunan anak-anak itu, berdiri seorang wanita dengan senyum keibuan—rambutnya dikuncir sederhana, seragam berwarna abu-abu yang dikenakan pun tak bisa menyembunyikan aura keibuannya.Elisha...Mantan istri Jean itu kini tengah menjalani kegiatannya yang seperti biasa. Dan karena hari ini hari senin, ia dapat jadwal mengajar untuk anak-anak panti asuhan sebagai bentuk kontribusi sosialnya“Ayo, kita ulang lagi dari bagian reff-nya ya, pelan-pelan, satu-satu.”Elisha mengangkat tangannya memberi aba-aba. Tangannya menggenggam ukulele kecil, yang ia petik lembut untuk mengiringi anak-anak menyanyi. Suaranya sabar, tidak pernah meninggi, bahkan ketika beberapa anak mulai tak fokus."Bunda, aku lupa nadanyaaa,” rengek salah satu anak.Elisha tertawa kecil. “Nggak apa-apa, kita ulang bareng-bareng. Kita belajar pelan-pelan ya, sayang.”Anak-anak kembali tertawa, suasan

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Dihantui Rasa Iri

    "Liat deh, Dikta!"Dikta yang sedang bersantai sambil bermain ponsel, dikejutkan dengan kedatangan ibunya yang heboh. Di tangan kanannya Bu Sinta membawa sebuah ponsel yang hendak ditunjukkan padanya."Liat ini deh, Nak!" Bu Sinta memberikan hapenya pada Dikta."Apa ini Ma?" tanya pria berambut sedikit panjang itu."Itu acara pernikahan Jean dan Nilam kemarin."Dikta yang tadinya tak begitu tertarik dengan kabar yang akan di sampaikan oleh Mamanya, seketika mengalihkan pandangannya ke arah ponsel pintar tersebut.Di dalamnya ada beberapa foto pernikahan Nilam yang meriah. Dari proses pengikatan janji suci hingga resepsi. Foto-foto itu di posting di akun IG bu Mala. Tentu saja caption yang menyayat hati."Akhirnya Nilam nikah juga ya," ucap Bu Sinta kagum. "Tapi sayang, suaminya itu duda. Musuh kamu pula."Dikta terdiam. Ucapan sang Mama terdengar nyelekit tapi ada benarnya. Yang dimaksud musuh di sini bukanlah musuh di persidangan, tapi rival sesama CEO perusahaan."Padahal Nilam masi

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bulan Madu 21+

    "Kayaknya, ga usah nunggu lama, aku bakal hamil deh, Yang." Jean yang sudah dilanda rasa kantuk itu seketika membuka lagi kelopak matanya, karena mendengar ucapan Nilam barusan. "Kenapa?" Ia melirik ke arah sang istri yang sedang membalut tubuhnya menggunakan bedcover hingga sebatas leher. "Gimana enggak, kamu jago banget nembaknya. Rahimku berasa penuh gara-gara kamu keluar beberapa kali tadi." Jean seketika jadi salting. Ucapan Nilam yang terdengar Nilam itu benar-benar membuatnya salah tingkah. Ia memiringkan tubuhnya dan memeluk perut Nilam. "Ya bagus dong, supaya Qila gak terlalu lama menunggu punya adiknya." Nilam meringis kecil. Ia sedikit kegelian saat Jean mengusap pelan perutnya yang rata. "Aku juga seneng banget kalau punya anak dari ibu se gemesin dan secantik kamu," lanjut Jean sambil mengecup pipi Nilam. "Kamu maunya anak laki-laki atau perempuan?" tanya Nilam kemudian. Sejujurnya dia memang sudah sangat mengantuk, ditambah aktivitas panas keduanya beberapa waktu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Malam Indah (21+)

    "Capeknya..." Kasur yang empuk adalah tempat yang paling Nilam impikan sejak beberapa jam yang lalu. Punggungnya benar-benar sudah pegel karena terus berdiri di acara resepsi. Kakinya juga. Kalau bukan Tuhan yang nyiptain, kakinya udah patah sih kayaknya. "Ganti baju dulu, Nilam sayang. Kamu juga belum bersih-bersih." Jean yang mengikuti gadis itu di belakangnya, mulai melepaskan jas pengantinnya. FYI, mereka emang langsung nyewa satu kamar hotel yang berada di gedung yang sama dengan acara resepsi karena permintaan Nilam. Maklum, kaum mager seperti Nilam ga bakal sanggup kalau setelah resepsi harus pulang dulu ke rumah atau apartemen. Apalagi jaraknya hampir 2 jam dari sini. "Mager sayang. Maunya langsung tidur." "Emang kamu ga sumpek pake gaun gitu?" Nilam membuka matanya. Ia melihat ke arah Jean yang sedang menyingsingkan lengan kemeja panjangnya. "Ya sumpek sih. Tapi beneran mager banget ini." Jean menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum maklum sambil menarik kedua pergelanga

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari Terbaik

    Setelah Nana dan Reno pamit, Jean menoleh pada Nilam yang dari tadi terus tersenyum sambil menyambut para tamu. Tapi ia tahu, senyuman itu mulai terasa dipaksakan. “Sayang, kamu kelihatan capek.” Nilam sempat menggeleng kecil, masih ramah melambai ke tamu lain. “Nggak kok. Aku gak apa-apa.” Jean tersenyum tipis, lalu mengisyaratkan pada salah satu panitia untuk membawakan segelas air putih. Tak lama, air itu datang bersamaan dengan dua kursi yang langsung diletakkan agak ke sisi, masih dekat pelaminan tapi sedikit lebih tenang. “Duduk dulu, ya!” bisik Jean seraya menggandeng tangan istrinya. Nilam sempat ragu, tapi akhirnya menurut. Sepatunya yang berhak tinggi sudah terasa menyiksa dari tadi. Ia duduk pelan-pelan sambil menarik napas dalam. “Thanks, sayang,” ucapnya tulus. Jean ikut duduk di sebelahnya, lalu meraih tangannya dan menggenggamnya erat. “Hari ini milik kita berdua. Tapi aku gak mau kamu maksain diri demi kelihatan kuat. Nikmati aja, ya?” Nilam tersenyum lembut.

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Hari Pernikahan Jean dan Nilam

    Hari H pun tiba. Suasana pernikahan Nilam dan Jean dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan keluarga. Rangkaian bunga yang indah dan dekorasi yang bersinar menambah nuansa romantis di ruang pernikahan. Kedua pasangan itu berdiri di panggung resepsi dengan senyuman yang tak terus terkembang di wajah masing-masing, sama-sama siap untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka. "Kamu cantik banget." Nilam tersenyum malu, entah sudah berapa kali Jean mengatakan itu padanya hari ini. Dan yeah, gadis itu memang terlihat sangat cantik sekaligus anggun. Gaun pengantin warna putihnya begitu pas di tubuh ramping Nilam, rambutnya sengaja di sanggul ala modern. "Kamu juga keren banget," balas Nilam sambil memandang ke arah suaminya. Yah, beberapa saat yang lalu mereka telah mengikat janji suci pernikahan dengan di saksikan para tamu undangan. Manik gelap Nilam menatap lekat ke arah Jean yang begitu gagah dengan setelan jas warna putih, dasi hitam, dan sepatu fantofel. Terlihat sederh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status