Hari itu, suasana di rumah Kinan terasa lebih sepi dan hening daripada biasanya. Shaka, suaminya, telah pergi ke kantor sejak pagi hari dengan tergesa-gesa, memiliki pertemuan penting dengan klien baru yang membutuhkan perhatiannya. Sementara itu, Bi Imah dan Atun, para pembantu rumah tangga yang setia, sedang pergi ke pasar untuk membeli keperluan dapur yang telah habis.Kinan, yang sedang berbaring dengan lembut di kasurnya, sambil memainkan ponselnya, tiba-tiba merasakan kehausan yang tak tertahankan. Ia menghela nafas sejenak, meletakkan ponselnya dengan lembut di nakas, dan berusaha bangkit dengan hati-hati. Namun, kandungannya yang semakin membesar membuatnya sedikit kesulitan untuk bergerak dengan leluasa.Dengan langkah yang penuh kehati-hatian, Kinan melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur. Ia mencari-cari keberadaan Atun dan Bi Imah, berharap mereka sudah kembali, namun sayangnya mereka belum pulang. Kinan memutuskan untuk mengambil minuman sendiri, merasa bahwa kehausan
Di suatu siang, "Hanz.. Bagaimana pertemuanmu dengan Partner kita dari Australia tadi? Apakah ada kendala?" Shaka bertanya pada Hanzero.Saat ini Hanzero telah menggantikan ayahnya untuk menjadi Sekretaris Shaka sekaligus orang kepercayaannya."Semua berjalan lancar, Tuan. Mereka menyetujui kerja sama kita tentang proyek pembangunan Villa di Danau pelangi itu." Jawab Hanz yang kini sudah berusia matang. "Kamu benar-benar menjadi seperti yang Ayahmu inginkan Hanz, sangat pandai dalam menaklukkan rekan bisnis. Aku salut dengan Ayahmu, dia bisa mempersiapkan penerusnya yang sempurna sepertimu."Puji Shaka. Hanzero ini memang sangat bisa diandalkan, bahkan bisa lebih pintar dan cekatan dibanding dengan Raka sang ayah."Terima kasih Tuan, saya hanya mengikuti saran Ayah saya yang mengharuskan saya untuk selalu setia terhadap keluarga AdiWiguna ini. " jawab Hanz. "Lalu, bagaimana rencanamu untuk pulang ke kampung halamanmu. Apa kamu akan segera berangkat? " tanya Shaka menatap Pria mu
Pagi ini Hanz telah bersiap untuk kembali ke kota, setelah kemarin sore ia usai berziarah ke makam Kedua orang tuanya dan juga ke makam Neneknya. Semalaman ia pun telah melepaskan rindu nya kepada Paman dan Bibinya. "Kenapa kamu tidak tinggal untuk beberapa hari saja disini Hanz? " Tanya bibinya, merasa masih berat untuk kembali berpisah dengan keponakannya itu. "Hanz sangat sibuk Bu, kita jangan mengganggu pekerjaannya. " timbal Sang Paman menenangkan hati istrinya. "Bukan begitu Paman, Bibi. Nona Azkayra akan segera kembali ke rumah Utama, aku sudah harus berada di sana sebelum kedatangannya. Nona Azka akan menjadi tanggung jawab baruku. Aku tidak mau ada kesalahan sedikit pun yang nantikan akan membuat Tuan Shaka kecewa. " jawab Hanz, dia memeluk Bibi dan berganti memeluk Pamannya. "Iya.. bibi mengerti. Sering-sering datang kemari ya? " ucap bibi mengusap air matanya. "Tentu Bi, " jawab Hanz memasuki mobilnya. "Hati-hati Hanz.... Kamu harus kembali kesini dengan calon istrim
"Hah... Dari mana kamu mempelajari semua tentang aku?" tanya Azkayra heran. "Dari Tuan Hanz.. Ya... Tuan Hanzero yang memberitahu saya semua tentang Nona." jawab Annabel. Hanz? Huh, sudah kuduga. Padahal dia sendiri belum tahu bagaimana aku, paling juga tahu dari cerita ayah."Nona.. Apa Nona tahu, kalau Tuan Hanzero lah yang telah menyiapkan semua ini untuk Nona, dari para pengawal, pelayan kamar Nona, dan tentunya saya sendiri yang terpilih dari sebuah audisi yang sangat panjang. Melalui banyak rintangan dan cobaan. Hingga terpilihlah orang-irang andalan dan hebat seperti saya ini contohnya. Hehe.." celoteh Annabel dengan centilnya. Azkayra tertawa kecil melihat kecentilan Annabel ini. Tapi dia merasa sedikit terhibur."Saya merasa sangat beruntung bisa terpilih menjadi Asisten pribadi Nona dan bisa menyingkirkan puluhan pesaing saya, hebat kan saya Nona. .!" celoteh Annabel membanggakan diri. "Benarkah seperti itu? " tanya Azka, dia belum mengerti dengan yang dimaksud ole
Pagi ini Hanzero sudah terlihat rapi dengan kaos putih panjang dan celana jeans. Dia sengaja menggunakan pakaian santai, kemudian mengendarai mobilnya. "Annabel pasti bisa diandalkan. Aku tidak harus khawatir. Hari ini aku ingin mencari udara segar dulu. " ucap Hanz pada dirinya sendiri. Selang beberapa waktu Hanz menghentikan mobilnya di dekat sebuah Danau buatan. Itu adalah sebuah danau buatan proyek milik Perusahaan Adiwiguna yang kini sedang ditangani oleh Hanzero sendiri. Ia segera turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menyusuri tepi danau dengan sesekali merentang tangannya dan menghirup dalam-dalam udara segar dan membuangnya berkali-kali. Matanya memandang ke setitik awan yang bergantung di Langit biru. Sekelebat bayangan Nona Azkayra melintas di khayalannya. Ia tersenyum sendiri."Secantik apa Nona Azka sekarang ya? " Tanyanya dalam hati. Tiba-tiba Hanz jatuh tersungkur, sepertinya kakinya tak sengaja telah tersandung sesuatu. "Heiii... Kamu buta ya?" Teriak seoran
Azkayra telah sampai kembali ke rumahnya kembali dengan menumpangi sebuah Taksi lagi. Dia segera disambut oleh ayahnya dengan tatapan kekhawatiran. "Darimana kamu Azka, kenapa pergi tanpa pamitan? Kamu tau, disini berbahaya untukmu berkeliaran di luar sana!" Shaka bertanya, penuh ketakutan yang dalam."Ayah.. Azka hanya ke taman. Toh belum ada yang mengenali Azka, jadi menurut Azka ini masih belum berbahaya." jawab Azka berusaha membela diri memberi alasan agar sang Ayah tidak terlalu khawatir. "Tetap saja Azka, kamu tidak boleh sembrono!" Seru Ayahnya. "Iya Ayah. Maaf. Azka tidak akan mengulanginya lagi. " jawab Azkayra dia tidak ingin membantah lagi. "Baiklah, kali ini Ayah memaafkanmu, tapi jika kamu sembrono lagi, Ayah akan menghukummu. Sekarang masuklah ke kamarmu, jika kamu ingin makan biar pelayan yang akan mengantarkan makanan ke kamarmu." ucap Ginanjar. Azka mengangguk patuh, segera kembali ke kamarnya. Ia mengerti akan kekhawatiran Ayahnya. Shaka memang sangat takut j
"Kamu bilang namamu Ero, kamu sudah membohongiku!" Azka menatap Hanz sambil memukul kecil tangan Hanz. "Nama panjangku memang Hanzero Nona. Jadi bisa di panggil Ero kan?" jawab Hanz, tapi dia segera menundukkan pandangannya. "Ya.. Aku tau itu, tapi kenapa tidak berterus terang kalau,""Aku tidak mungkin mengatakan hal tentang pekerjaanku pada orang yang baru saja aku kenal, Nona. Maafkan aku. Bukan bermaksud membohongi, Nona. " potong Hanz. "Tetap saja, kamu sudah membohongi Ayah, kamu sudah berada di kota sejak kemarin kan? "tanya Azka sembari duduk. "Aku hanya ingin beristirahat sebentar Nona, kupikir Tuan akan segera menghubungiku saat Nona hendak pulang ke rumah Utama. Aku tidak pernah menyangka kalau Nona sudah kembali." jawab Hanz memberi alasan. "Baiklah.. Tapi kamu masih berhutang padaku." Azka menoleh."Aku, tidak akan mungkin lupa,Nona." jawab Hanz melirik wajah Nonanya. Ya Tuhan.. Ternyata gadis itu adalah Nona, pantas saja wajahnya begitu jelita. Hanz berkata da
Azka masih tak bergeming di tempatnya, sampai Hanz menyapanya. "Nona, ""Hanz.. Aku benar-benar kagum padamu." Ucap Azka menatap pria itu. "Nona, ini juga akan menjadi tugasmu, jadi persiapkan diri Nona sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Tuan Shaka." ucap Hanz. "Selama ada kamu disampingku, sepertinya aku tidak perlu khawatir." Jawab Azka. "Semoga aku akan selalu bisa menemani Nona dengan sebaik-baiknya. " Sahut Hanz, kini dia menatap wajah cantik Azka."Sekarang Nona akan kemana, aku akan antar. Apa Nona ingin ke Mall atau ke taman Kota? Di Malam hari taman kota terlihat lebih indah. " ucap Hanz menawarkan. "Aku tidak ingin kesana. Aku ingin pergi ke Apartmentmu, Hanz. Apa boleh aku kesana? " jawab Azka membuat Hanz sedikit terkejut dengan permintaannya."Nona, Apartmenku tidak sebagus Taman kota, atau Rumah utama, tidak ada pemandangan apapun yang bisa dinikmati di sana." jawab Hanz. "Aku hanya ingin tau Apartemenmu Hanz. Kaum benar-benar tidak ingin aku melihatnya? Ata