Azka segera mandi dan setelah itu baru menikmati makanan yang telah disiapkan Berlinda. "Nona." Annabel masuk dan menyapanya."Hai. Apa kabarmu hari ini Annabel?" Azka berbasa-basi."Tentu selalu baik Nona.. Apa Nona tidak melihat kecantikan saya yang selalu terpancar dari wajah saya ini , itu menandakan jika Annabel selalu baik-baik saja." Jawab Annabel mengibas ngibaskan rambutnya. "Maaf Nona.. Bukan bermaksud menyaingi kecantikan Nona, Nona Azkayra tetap yang tercantik di dunia ini.. " Ucapnya lagi dengan menunduk hormat. Azka hanya terkekeh melihat kelakuan Annabel.'Dasar centil, bagaimana bisa sih Hanz memilih makhluk seperti ini untuk menjadi asisten pribadiku? Ya Ampun!' dalam hati Azka geli. "Ya.. Ya.. Ya.. Kamu memang cantik Annabel.. Tapi aku dengar kamu belum juga menikah. Kenapa? " tanya Azka memicingkan matanya. "Saya belum menemukan pria yang cocok Nona, karena pernikahan itu bukan hal yang main-main, jadi saya harus benar-benar teliti dalam mencari pasangan
Sampai di dapur Hanz menghampiri sebuah kulkas dan segera membukanya, meraih sebuah minuman di botol dan meneguknya. Dia masih berdiri mematung di sisi kulkas itu. Entah apa yang sedang ada dipikirannya tiba-tiba minuman itu tumpah di lantai saat tegukan berikutnya. "Sial!" Hanz mengumpat, ia mencari-cari lap hendak mengeringkan tumpahan minuman itu. "Aaawwww..!!!!!." suara jeritan disusul tubuh yang hampir saja tersungkur dilantai, untung tangan Hanz yang kekar dengan sigap menangkapnya. Kedua pasang mata itu saling menatap, terdengar degup jantung keduanya semakin berdebar. Beberapa detik adegan itu sampai keduanya kemudian menyadarinya. "Nona, anda tidak apa-apa kan?" Hanz mendengus dengan posisi masih memeluk tubuh itu. "Iya.. Aku, aku tidak apa-apa. Terimakasih.." suara Azka terdengar gugup dan segera bangun menggeser tubuhnya. Wajahnya terlihat merona. "Maafkan aku, Nona. Ini salahku." Hanz segera mengambil lap dan mengeringkan air minuman yang tertumpah di lantai dan hamp
Hanz melangkah memasuki ruangannya sendiri, ia meraih sebuah laptop miliknya dan segera kembali keruangan Azkayra. Jantungnya masih saja berdegup kencang saat pandangan bertemu dengan mata indah milik Azka."Nona." Hanz menyapa Azka yang masih setia didepan Komputernya. Azka segera menoleh kearah Hanz yang sudah berdiri didepannya, masih selalu dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Hanz berdebar. Kedua nya masih saling memandang tanpa suara, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari luar. "Maaf Nona, Tuan Sekretaris. Ada Tamu yang ingin bertemu. " Annabel sudah muncul di sana dengan seorang Pria muda yang tampan Rupawan. "Selamat siang Tuan Gavin, kami sudah menunggu Anda, silahkan. " Hanz segera menyambut tamu itu. "Ooh.. Iya Tuan Hanz, selamat Siang juga. " jawab Pria itu segera duduk. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan." Annabel memohon diri, Hanz hanya mengangguk. "Nona. " Hanz menoleh kearah Azkayra yang masih duduk di meja kerja nya, Hanz mengangguk mengisy
Waktu berjalan terasa cepat, telah berjalan beberapa bulan kepemimpinan Azkayra di Perusahaan, kini nama Azkayra pun telah terkenal dikalangan para pengusaha , sebagai seorang Presdir jelita yang super keren, dan mampu membawa Perusahaannya pada kejayaan Jauh beberapa langkah ke depan dari pada masa kepemimpinan Ayahnya dulu. Dan itu semua tak luput dari kerja keras Sekretaris Hanz yang selalu mendampinginya. Hanz selalu setia mendampingi Nonanya walau tak luput dari beratnya tekanan batin yang harus ditanggung nya,bagaimana tidak, hampir setiap saat ia harus menahan perasaan nya saat bersama wanita yang sebenarnya sangat dicintai nya namun ia harus sadar diri jika wanita itu adalah atasannya yang harus dijaga nama baik dan kehormatannya. Terlebih sikap Azkayra padanya yang selalu memancing hasrat cintanya setiap saat, karna di dalam hati Azkayra, Hanz adalah satu satunya Pria yang memikat hatinya, kendati banyak sekali Para pengusaha muda yang tampan sering kali mendekatinya Nam
"Kamu mau membawaku kemana, Hanz..? " Azka akhirnya membuka suara menepis ketegangan diantara mereka. "Ke taman Bunga Nona. Yang masih Asri dan sejuk. " jawab Hanz menahan diri agar tak menoleh. Ia masih merasa sangat malu atas perbuatannya. Tak lama kemudian Mobil mereka berhenti, Hanz bergegas turun dan segera membukakan pintu untuk Azkayra. Setelah Azka turun, Hanz kemudian berjalan mendahului. Mereka memasuki sebuah Taman Bunga yang indah dengan bunga warna warni sepanjang mata memandang. Suara kicauan burung yang merdu di atas pepohonan yang rindang. Azka terpana dengan tempat itu, senyum manis nya merekah di bibir mungilnya. Tempat yang menyenangkan dan membuat nyaman hatinya.. Azka berlari kecil dijalan setapak itu dan berputar beberapa kali menikmati pemandangan itu. "Hanz... Ini sungguh luar biasa.... Aku menyukainya..!!!! "Azka berteriak seolah hanya dia sendiri yang ada disitu. Hanz hanya tersenyum melihat tingkah Azka."Kamu terlihat semakin cantik nona, dengan se
Masih di gubuk itu, Azka berusaha mengatur nafasnya menggeser langkahnya menjauh dari Hanz, ia menepi di pinggir gubuk itu. Hanz memberanikan diri mendekati Azka. Dia tiba-tiba berlutut di hadapan Azka. "Nona, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud seperti itu. Aku sudah keterlaluan. Nona boleh menghukumku. " Hanz memegang kedua kaki Azka. Azkayra sesaat terdiam, lalu melepaskan pegangan tangan Hanz dan ikut berlutut hadapannya pria itu. Ia mengangkat dagu Hanz hingga mereka saling bertatap muka.Cup!Kecupan panjang Azkayra mendarat di dahi Hanz."Sepertinya hujannya sudah reda, ayo kita pulang." Azka segera berdiri dan keluar dari gubug, berlari kecil ke arah mobil mereka berada. Hanz terpaku dengan tingkah Azka, sesaat kemudian Hanz tersadar dan segera berlari menyusulnya."Nona.. Tunggu.. Ini masih hujan.!!" teriak Hanz, namun Azka sudah jauh didepan. Mereka akhirnya tiba di mobil. Hanz segera membuka pintu mobil untuk Azkayra.Mereka kini sudah berada di dalam mobil. "N
Dokter Lisa sudah selesai Memeriksa Azkayra. Dia menghampiri Hanzero yang masih setia berdiri disana."Tuan Sekretaris. Ini obat untuk Nona Azkayra. " Dokter Lisa menyodorkan obat yang selesai diraciknya."Bagaimana keadaan Nona Dokter. ?" Hanz bertanya masih dengan kekhawatiran."Nona Azkayra hanya demam biasa, akan segera membaik setelah meminum obat." jawab Dokter Lisa."Apa Nona terkena air hujan..? " tanya Dokter Lisa."Benar Dokter, kemarin Nona meminta pergi jalan-jalan dan kebetulan cuaca sedang buruk." jawab Hanz merasa bersalah." Sepertinya Nona alergi dingin, Dia tidak bisa terkena air hujan atau cuaca dingin. Jadi sebaiknya hindari itu semua." jelas Dokter Lisa."Baik Dokter. ""Kalau begitu saya permisi dulu. Nona Azkayra, saya permisi dulu. Diminum obatnya dan perbanyak istirahat dulu. Semoga cepat sembuh. " Dokter Lisa tersenyum pada Azkayra ."Terimakasih Dokter. " Azka membalas senyuman.Dokter Lisa melangkah keluar, Hanz segera menghampiri Nona nya. Ia meraih Man
Hanzero telah tiba di rumah, segera meloncat dari mobil sesaat setelah menghentikan mobilnya. Langkahnya terlihat cepat. Di pikirannya saat ini hanyalah Azkayra yang tengah sakit.Langkahnya dengan cepat menaiki tangga dan menuju kamar Azkayra. Tak lama Hanz sampai di depan kamar Azka dan langsung membuka pintu kamar memang tak pernah dikunci itu.Hanz melangkah masuk, langkah nya terhenti mendadak dan matanya terbelalak , Azka keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk tipis di badannya.Rambutnya tergulung ke atas menampakkan leher jenjang dan dada nya yang putih mulus, belum lagi kulit pahanya yang mulus, pemandangan yang sama sekali belum pernah Hanz lihat seumur hidupnya."Hanz.. Kamu sudah pulang!" Azka sedikit memekik ia juga nampak terkejut relfek menutup dada bagian atasnya dengan kedua tangannya.Hanz langsung membalikkan badannya tanpa suara ia melangkah keluar dan menutup pintu.Hanz membuang nafas dengan kasar."Huuufff..!!" ia menyandarkan punggung dan kepalan
Hari itu, Azkayra sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter Lisa. Perawatan akan di lanjutkan di Rumah utama. Dengan sangat bahagia Hanzero berkemas di bantu Arwan dan juga Berlinda.Ia terus mendekap sang Hanz Juniornya dengan tatapan mesra pada mata jagoan ciliknya yang mungil itu.Setelah semua siap,mobil mereka pun segera meninggalkan Rumah Sakit itu perasaan yang begitu bahagia.Hanz duduk di jok belakang bersama Azka dengan memangku sang buah hatinya, sementara Berlinda duduk di depan bersama Arwan yang mengemudi.Tak lama setelah melintasi jalan aspal hitam itu, mobil mereka telah memasuki halaman luas milik Rumah Utama keluarga Samudra. Di sambut puluhan penjaga dan juga pelayan dengan ucapan Selamat yang menggebu dari mulut mereka mengelu-elukan Calon Tuan muda mereka. Hanz menuruni mobil dengan senyum lebar menatap mereka.Hanz mengulurkan sang buah hati nya kepada Berlinda yang dengan sigap mengambil alih menggendong tuan muda kecil nya. Sementara Hanz membopong istri nya u
Peluh sudah membasahi wajah dan seluruh tubuh Azkayra, rasanya ia sudah tidak tahan lagi . Namun lagi-lagi Dokter Lisa mengucapkan kata sebentar lagi, karena memang pembukaan belum sepenuh /nya terjadi.Di ruang lain ,Hanzero terus meringis kesakitan. Tapi kali ini, entah mendapat kekuatan dari mana ia berusaha sekuatnya untuk menahannya dan mencoba bangun."Berlinda , kemarilah." ucapnya.Berlinda segera mendekati Tuannya yang sudah duduk di tepi ranjang."Lebih mendekat.!"Berlinda masih dengan kebingungan makin mendekatkan kakinya lagi."Bantu aku berjalan. Aku harus menemui Nona.!" ucap Hanz segera meraih pundak Berlinda."Tuan, anda sedang sakit, Dokter sebentar lagi datang. Suster sedang memanggilnya." cegah Berlinda."Tidak Berlinda, aku harus mendampingi Nona. Pasti dia sedang kesakitan yang lebih dari aku. Ayo Berlinda..! Mumpung sakit ini sedikit berkurang." Hanz langsung berdiri dengan berpegangan pada pundak Berlinda.Mau tidak mau, dengan perasaan sungkan Berlinda akhirny
Hanzero masih saja berguling di atas kasur sambil terus merintih. Sakit perut yang di alaminya bukan hanya biasa , namun lebih dari sekedar sakit perut biasa, mules tingkat tinggi dan kram. Sebentar menghilang dengan sendirinya dan sebentar akan datang kembali lebih sakit dari yang pertama,. Rasanya seperti diremas, dan pinggangnya pun terkadang sakit luar biasa.Sementara Azkayra hanya bisa kebingungan melihat suaminya kesakitan."Hanz,.!" Azka sudah meneteskan air mata."Azka, mana Arwan..? Sakit Azka , aku tidak tahan...!" Hanz yang biasanya selalu kuat menahan rasa sakit, kali ini benar-benar harus merintih menahannya."Sabar ya, sebenar lagi Arwan kemari. Dia sedang menyiapkan mobil." jawab Azka terus mengurut perut Hanz."Azka, aku ingin ke kamar mandi lagi." Hanz merangkak menuruni Ranjang."Biarku bantu Hanz," ucap Azka."Tidak tidak, aku masih kuat. Sakitnya berkurang." sahut Hanz, dengan memegangi pinggangnya mirip seorang kakek-akek osteoporosis ia berjalan tertatih ke kam
Hanzero masih terus berkutat dengan perut Azkayra yang sudah sangat membuncit.Hari ini kandungan istrinya sudah memasuki bulan kesembilan, walau pun baru memasuki dan belum penuh sembilan bulan, namun Hanzero sudah menyiapkan segala sesuatunya. Semua keperluan bayinya pun di siapkan olehnya sendiri. Dari tempat tidur dan seluruh keperluan bayi.Dengan panduan buku , ia bisa mengetahui semua apa yang di butuhkan bayi setelah lahir."Hanz, menurut lmu bayi lmu ini akan laki-laki apa perempuan.?" tanya Azka malam itu."Laki-laki ." jawab Hanz dengan mantapnya."Dari mana kamu tau?" Azka menyerngitkan dahinya."Entahlah, tapi aku begitu yakin." jawab Hanz lagi."Karena kamu menginginkan anak laki-laki.?""Tidak juga, aku malah ingin perempuan. Tapi aku selalu bermimpi menggendong anak laki-laki." jawab Hanz mendekati istrinya ."Laki-laki atau perempuan sama saja Azkayra. Aku akan sangat senang menyambutnya. Asal jangan kembar saja." ucap Hanz."Kenapa kalau kembar ?""Aku tidak tega me
Masih dengan penderitaan yang belum berubah, malah terkesan lebih sengsara, namun membuat Hanzero semakin bersemangat menghadapinya.Meski kadang lelah menggerogoti tulangnya, tapi rasa bahagia menepis kelelahannya. Ia bahkan semakin sabar dan telaten dalam menghadapi masa masa ngidam Azkayra yang baginya menjadi kekuatan tersendiri untuk nya itu.Kulit mulus Azka yang terlihat semakin indah di mata Hanz, namun badan Azka sedikit lebih kurus di banding hari hari sebelum ia di positif kan hamil. Mungkin karena Azka terus memuntahkan asupan gizi yang setiap saat menyinggahi perutnya.Sore itu, Hanz terus menatap perut istrinya yang nampak datar dan belum terlihat membuncit itu. Dalam hati nya ,ia tidak sabar menantikan kapan perut indah itu akan membesar?Ia melangkah menghampiri," Azka, malam ini kamu ingin makan apa.?" mengelus perut istirnya."Tidak ada." jawaban singkat dari Azka tanpa mempedulikan si pemberi pertanyaan."Jangan begitu. Kamu harus punya keinginan.""Hah, kenapa mema
Hanzero tetap saja melangkah menuruni tangga untuk mencari buah strawbery putih yang minta istri nya, padahal ia sendiri masih ragu, Apa ada?"Arwan.!" sempat terkejut ketika menatap Arwan sudah di depan pintu."Tuan, anda mau kemana.?""Kebetulan kamu sudah pulang, ayo ikut aku." Hanz bersemangat, setidaknya ada teman untuk berbagi pusing.Tanpa bertanya Arwan pun mengikuti langkah tuannya dan membuka kan pintu mobil."Kemana ini l, Tuan.?" tanya Arwan masih menginjak gas."Huh.!" menghela nafas."Tuan," Arwan menoleh."Ah, kemana saja . Yang penting bisa mendapatkannya.""Mendapatkan apa Tuan.?" Arwan bingung dengan ucapan Hanz."Arwan, apa ada buah strawberry berwarna putih? Kamu pernah melihatnya ? Mendadak Nona menginginkannya.""Ada, Tuan." spontan Arwan menjawab."Hei, aku sedang tidak bercanda!" Hanz mengira Arwan mengada-ngada."Ada Tuan, serius. Saya pernah melihatnya di internet. Kalau tidak salah, itu tanaman liar dari Amerika Selatan." jawab Arwan."Yang benar saja , apa
Hanzero masih terus menggenggam tangan istrinya dan mengusap wajah Azkayra yang terlihat pucat itu. Sesekali melirik pintu."Kenapa Dokter Lisa lama sekali ya.?" gumamnya.Baru saja Hanz bergumam, Berlinda sudah membuka pintu dengan dokter Lisa di belakangnya. Dengan sedikit tergesa Dokter Lisa menghampiri ."Maaf Tuan, sedikit terlambat. Jalanan macet." ucap Dokter Lisa ."Tolong periksa Nona Azkayra, dia terus mual dan muntah." sahut Hanz tak ingin berbasa basi.Dokter Lisa menagangguk, sementara Hanz langsung beranjak menjauh.Dokter Lisa pun langsung memeriksa Azka.Hanz duduk menunggu dengan cemas, begitu juga dengan Berlinda, masih saja berdiri di sudut ruangan itu.Lama Dokter Lisa memeriksa Azka, dan akhirnya menghampiri Hanz."Tuan,""Bagaimana keadaan Nona, apa sakitnya parah?" tanya Hanz spontan saat mendengar Dokter Lisa memanggilnya.Dokter Lisa tersenyum."Nona Azkayra baik-baik saja Tuan,!""Baik-baik saja bagaimana.? Bahkan dia tadi sempat pingsan!" pekik Hanz ."Tuan,
Hanzero masih memeluk istrinya dengan erat, namun entah mengapa, perasaan Azkayra yang biasanya selalu damai jika berada di pelukan suaminya kini seperti tak di rasakannya.Gelisah, ya kata itu yang tepat untuk suasana hati Azkayra saat ini.Ide gila, hah.! Sungguh kah ia harus mengatakan itu pada Hanz.?Huh, berat rasanya Azka untuk memulai ucapannya. Tapi itulah satu-satunya caranya agar kegelisahannya berakhir.Apa Hanz akan setuju,? Apa Hanz akan menurutinya kali ini.? Benarkah jalan ini yang harus mereka tempuh.?Lagi-lagi Azka berperang dengan pikiran nya.Kembali Azka menimbang."Azka, katakan padaku apa yang ingin kamu bicarakan? Hari ini aku milikmu sepenuhnya. Waktuku akan kupersembahkan untukmu." ucap Hanz masih dalam posisi memeluk pinggang istrinya."Hanz , aku.. Em, kamu tidak akan marah jika aku mengatakannya.?""Tidak Azka, asal itu masuk akal. Katakan saja." jawab Hanz, sudah menangkap hal lain dari istrinya.Azka memutar tubuhnya, menatap dalam mata suaminya. Kedua t
Kini Hanzero tidak lagi banyak menuntut istrinya, dan Azkayra bisa sedikit leluasa untuk sekedar memasak yang memang sudah menjadi impian nya itu. Ia pun sudah sering pergi belanja walau pun harus tetap dengan pengawalan yang super ketat.Namun setidak nya Azka bisa menikmati hari hari nya dengan keceriaan.Hanz pun tersenyum melihat senyum kebahagiaan istrinya yang selalu berkembang mengawali pagi nya dan menyambut nya pulang dari Kantor.Rasa cinta dan sayang nya pun semakin meluap pada istri nya.Waktu terasa cepat berjalan, bulan kini sudah berganti tahun .Tak terasa setahun sudah usia pernikahan mereka.Kebahagiaan dan masa tenang mereka pun kini terusik oleh perasaan khawatir Azka, karena ia tak juga kunjung hamil.Padahal program hamil sudah di lakukan dengan sempurna, belum lagi cara cara lain seperti terapi, ramuan penyubur kandungan bahkan Azka pernah pergi ke Mbah Mbah untuk meminta jampi jampi kuno yang di yakini bisa menolong nya tanpa sepengetahuan Hanz.Hingga akhirnya