"Hah... Dari mana kamu mempelajari semua tentang aku?" tanya Azkayra heran. "Dari Tuan Hanz.. Ya... Tuan Hanzero yang memberitahu saya semua tentang Nona." jawab Annabel. Hanz? Huh, sudah kuduga. Padahal dia sendiri belum tahu bagaimana aku, paling juga tahu dari cerita ayah."Nona.. Apa Nona tahu, kalau Tuan Hanzero lah yang telah menyiapkan semua ini untuk Nona, dari para pengawal, pelayan kamar Nona, dan tentunya saya sendiri yang terpilih dari sebuah audisi yang sangat panjang. Melalui banyak rintangan dan cobaan. Hingga terpilihlah orang-irang andalan dan hebat seperti saya ini contohnya. Hehe.." celoteh Annabel dengan centilnya. Azkayra tertawa kecil melihat kecentilan Annabel ini. Tapi dia merasa sedikit terhibur."Saya merasa sangat beruntung bisa terpilih menjadi Asisten pribadi Nona dan bisa menyingkirkan puluhan pesaing saya, hebat kan saya Nona. .!" celoteh Annabel membanggakan diri. "Benarkah seperti itu? " tanya Azka, dia belum mengerti dengan yang dimaksud ole
Pagi ini Hanzero sudah terlihat rapi dengan kaos putih panjang dan celana jeans. Dia sengaja menggunakan pakaian santai, kemudian mengendarai mobilnya. "Annabel pasti bisa diandalkan. Aku tidak harus khawatir. Hari ini aku ingin mencari udara segar dulu. " ucap Hanz pada dirinya sendiri. Selang beberapa waktu Hanz menghentikan mobilnya di dekat sebuah Danau buatan. Itu adalah sebuah danau buatan proyek milik Perusahaan Adiwiguna yang kini sedang ditangani oleh Hanzero sendiri. Ia segera turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menyusuri tepi danau dengan sesekali merentang tangannya dan menghirup dalam-dalam udara segar dan membuangnya berkali-kali. Matanya memandang ke setitik awan yang bergantung di Langit biru. Sekelebat bayangan Nona Azkayra melintas di khayalannya. Ia tersenyum sendiri."Secantik apa Nona Azka sekarang ya? " Tanyanya dalam hati. Tiba-tiba Hanz jatuh tersungkur, sepertinya kakinya tak sengaja telah tersandung sesuatu. "Heiii... Kamu buta ya?" Teriak seoran
Azkayra telah sampai kembali ke rumahnya kembali dengan menumpangi sebuah Taksi lagi. Dia segera disambut oleh ayahnya dengan tatapan kekhawatiran. "Darimana kamu Azka, kenapa pergi tanpa pamitan? Kamu tau, disini berbahaya untukmu berkeliaran di luar sana!" Shaka bertanya, penuh ketakutan yang dalam."Ayah.. Azka hanya ke taman. Toh belum ada yang mengenali Azka, jadi menurut Azka ini masih belum berbahaya." jawab Azka berusaha membela diri memberi alasan agar sang Ayah tidak terlalu khawatir. "Tetap saja Azka, kamu tidak boleh sembrono!" Seru Ayahnya. "Iya Ayah. Maaf. Azka tidak akan mengulanginya lagi. " jawab Azkayra dia tidak ingin membantah lagi. "Baiklah, kali ini Ayah memaafkanmu, tapi jika kamu sembrono lagi, Ayah akan menghukummu. Sekarang masuklah ke kamarmu, jika kamu ingin makan biar pelayan yang akan mengantarkan makanan ke kamarmu." ucap Ginanjar. Azka mengangguk patuh, segera kembali ke kamarnya. Ia mengerti akan kekhawatiran Ayahnya. Shaka memang sangat takut j
"Kamu bilang namamu Ero, kamu sudah membohongiku!" Azka menatap Hanz sambil memukul kecil tangan Hanz. "Nama panjangku memang Hanzero Nona. Jadi bisa di panggil Ero kan?" jawab Hanz, tapi dia segera menundukkan pandangannya. "Ya.. Aku tau itu, tapi kenapa tidak berterus terang kalau,""Aku tidak mungkin mengatakan hal tentang pekerjaanku pada orang yang baru saja aku kenal, Nona. Maafkan aku. Bukan bermaksud membohongi, Nona. " potong Hanz. "Tetap saja, kamu sudah membohongi Ayah, kamu sudah berada di kota sejak kemarin kan? "tanya Azka sembari duduk. "Aku hanya ingin beristirahat sebentar Nona, kupikir Tuan akan segera menghubungiku saat Nona hendak pulang ke rumah Utama. Aku tidak pernah menyangka kalau Nona sudah kembali." jawab Hanz memberi alasan. "Baiklah.. Tapi kamu masih berhutang padaku." Azka menoleh."Aku, tidak akan mungkin lupa,Nona." jawab Hanz melirik wajah Nonanya. Ya Tuhan.. Ternyata gadis itu adalah Nona, pantas saja wajahnya begitu jelita. Hanz berkata da
Azka masih tak bergeming di tempatnya, sampai Hanz menyapanya. "Nona, ""Hanz.. Aku benar-benar kagum padamu." Ucap Azka menatap pria itu. "Nona, ini juga akan menjadi tugasmu, jadi persiapkan diri Nona sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Tuan Shaka." ucap Hanz. "Selama ada kamu disampingku, sepertinya aku tidak perlu khawatir." Jawab Azka. "Semoga aku akan selalu bisa menemani Nona dengan sebaik-baiknya. " Sahut Hanz, kini dia menatap wajah cantik Azka."Sekarang Nona akan kemana, aku akan antar. Apa Nona ingin ke Mall atau ke taman Kota? Di Malam hari taman kota terlihat lebih indah. " ucap Hanz menawarkan. "Aku tidak ingin kesana. Aku ingin pergi ke Apartmentmu, Hanz. Apa boleh aku kesana? " jawab Azka membuat Hanz sedikit terkejut dengan permintaannya."Nona, Apartmenku tidak sebagus Taman kota, atau Rumah utama, tidak ada pemandangan apapun yang bisa dinikmati di sana." jawab Hanz. "Aku hanya ingin tau Apartemenmu Hanz. Kaum benar-benar tidak ingin aku melihatnya? Ata
Azka segera mandi dan setelah itu baru menikmati makanan yang telah disiapkan Berlinda. "Nona." Annabel masuk dan menyapanya."Hai. Apa kabarmu hari ini Annabel?" Azka berbasa-basi."Tentu selalu baik Nona.. Apa Nona tidak melihat kecantikan saya yang selalu terpancar dari wajah saya ini , itu menandakan jika Annabel selalu baik-baik saja." Jawab Annabel mengibas ngibaskan rambutnya. "Maaf Nona.. Bukan bermaksud menyaingi kecantikan Nona, Nona Azkayra tetap yang tercantik di dunia ini.. " Ucapnya lagi dengan menunduk hormat. Azka hanya terkekeh melihat kelakuan Annabel.'Dasar centil, bagaimana bisa sih Hanz memilih makhluk seperti ini untuk menjadi asisten pribadiku? Ya Ampun!' dalam hati Azka geli. "Ya.. Ya.. Ya.. Kamu memang cantik Annabel.. Tapi aku dengar kamu belum juga menikah. Kenapa? " tanya Azka memicingkan matanya. "Saya belum menemukan pria yang cocok Nona, karena pernikahan itu bukan hal yang main-main, jadi saya harus benar-benar teliti dalam mencari pasangan
Sampai di dapur Hanz menghampiri sebuah kulkas dan segera membukanya, meraih sebuah minuman di botol dan meneguknya. Dia masih berdiri mematung di sisi kulkas itu. Entah apa yang sedang ada dipikirannya tiba-tiba minuman itu tumpah di lantai saat tegukan berikutnya. "Sial!" Hanz mengumpat, ia mencari-cari lap hendak mengeringkan tumpahan minuman itu. "Aaawwww..!!!!!." suara jeritan disusul tubuh yang hampir saja tersungkur dilantai, untung tangan Hanz yang kekar dengan sigap menangkapnya. Kedua pasang mata itu saling menatap, terdengar degup jantung keduanya semakin berdebar. Beberapa detik adegan itu sampai keduanya kemudian menyadarinya. "Nona, anda tidak apa-apa kan?" Hanz mendengus dengan posisi masih memeluk tubuh itu. "Iya.. Aku, aku tidak apa-apa. Terimakasih.." suara Azka terdengar gugup dan segera bangun menggeser tubuhnya. Wajahnya terlihat merona. "Maafkan aku, Nona. Ini salahku." Hanz segera mengambil lap dan mengeringkan air minuman yang tertumpah di lantai dan hamp
Hanz melangkah memasuki ruangannya sendiri, ia meraih sebuah laptop miliknya dan segera kembali keruangan Azkayra. Jantungnya masih saja berdegup kencang saat pandangan bertemu dengan mata indah milik Azka."Nona." Hanz menyapa Azka yang masih setia didepan Komputernya. Azka segera menoleh kearah Hanz yang sudah berdiri didepannya, masih selalu dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Hanz berdebar. Kedua nya masih saling memandang tanpa suara, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari luar. "Maaf Nona, Tuan Sekretaris. Ada Tamu yang ingin bertemu. " Annabel sudah muncul di sana dengan seorang Pria muda yang tampan Rupawan. "Selamat siang Tuan Gavin, kami sudah menunggu Anda, silahkan. " Hanz segera menyambut tamu itu. "Ooh.. Iya Tuan Hanz, selamat Siang juga. " jawab Pria itu segera duduk. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan." Annabel memohon diri, Hanz hanya mengangguk. "Nona. " Hanz menoleh kearah Azkayra yang masih duduk di meja kerja nya, Hanz mengangguk mengisy