"Kamu bilang namamu Ero, kamu sudah membohongiku!" Azka menatap Hanz sambil memukul kecil tangan Hanz. "Nama panjangku memang Hanzero Nona. Jadi bisa di panggil Ero kan?" jawab Hanz, tapi dia segera menundukkan pandangannya. "Ya.. Aku tau itu, tapi kenapa tidak berterus terang kalau,""Aku tidak mungkin mengatakan hal tentang pekerjaanku pada orang yang baru saja aku kenal, Nona. Maafkan aku. Bukan bermaksud membohongi, Nona. " potong Hanz. "Tetap saja, kamu sudah membohongi Ayah, kamu sudah berada di kota sejak kemarin kan? "tanya Azka sembari duduk. "Aku hanya ingin beristirahat sebentar Nona, kupikir Tuan akan segera menghubungiku saat Nona hendak pulang ke rumah Utama. Aku tidak pernah menyangka kalau Nona sudah kembali." jawab Hanz memberi alasan. "Baiklah.. Tapi kamu masih berhutang padaku." Azka menoleh."Aku, tidak akan mungkin lupa,Nona." jawab Hanz melirik wajah Nonanya. Ya Tuhan.. Ternyata gadis itu adalah Nona, pantas saja wajahnya begitu jelita. Hanz berkata da
Azka masih tak bergeming di tempatnya, sampai Hanz menyapanya. "Nona, ""Hanz.. Aku benar-benar kagum padamu." Ucap Azka menatap pria itu. "Nona, ini juga akan menjadi tugasmu, jadi persiapkan diri Nona sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Tuan Shaka." ucap Hanz. "Selama ada kamu disampingku, sepertinya aku tidak perlu khawatir." Jawab Azka. "Semoga aku akan selalu bisa menemani Nona dengan sebaik-baiknya. " Sahut Hanz, kini dia menatap wajah cantik Azka."Sekarang Nona akan kemana, aku akan antar. Apa Nona ingin ke Mall atau ke taman Kota? Di Malam hari taman kota terlihat lebih indah. " ucap Hanz menawarkan. "Aku tidak ingin kesana. Aku ingin pergi ke Apartmentmu, Hanz. Apa boleh aku kesana? " jawab Azka membuat Hanz sedikit terkejut dengan permintaannya."Nona, Apartmenku tidak sebagus Taman kota, atau Rumah utama, tidak ada pemandangan apapun yang bisa dinikmati di sana." jawab Hanz. "Aku hanya ingin tau Apartemenmu Hanz. Kaum benar-benar tidak ingin aku melihatnya? Ata
Azka segera mandi dan setelah itu baru menikmati makanan yang telah disiapkan Berlinda. "Nona." Annabel masuk dan menyapanya."Hai. Apa kabarmu hari ini Annabel?" Azka berbasa-basi."Tentu selalu baik Nona.. Apa Nona tidak melihat kecantikan saya yang selalu terpancar dari wajah saya ini , itu menandakan jika Annabel selalu baik-baik saja." Jawab Annabel mengibas ngibaskan rambutnya. "Maaf Nona.. Bukan bermaksud menyaingi kecantikan Nona, Nona Azkayra tetap yang tercantik di dunia ini.. " Ucapnya lagi dengan menunduk hormat. Azka hanya terkekeh melihat kelakuan Annabel.'Dasar centil, bagaimana bisa sih Hanz memilih makhluk seperti ini untuk menjadi asisten pribadiku? Ya Ampun!' dalam hati Azka geli. "Ya.. Ya.. Ya.. Kamu memang cantik Annabel.. Tapi aku dengar kamu belum juga menikah. Kenapa? " tanya Azka memicingkan matanya. "Saya belum menemukan pria yang cocok Nona, karena pernikahan itu bukan hal yang main-main, jadi saya harus benar-benar teliti dalam mencari pasangan
Sampai di dapur Hanz menghampiri sebuah kulkas dan segera membukanya, meraih sebuah minuman di botol dan meneguknya. Dia masih berdiri mematung di sisi kulkas itu. Entah apa yang sedang ada dipikirannya tiba-tiba minuman itu tumpah di lantai saat tegukan berikutnya. "Sial!" Hanz mengumpat, ia mencari-cari lap hendak mengeringkan tumpahan minuman itu. "Aaawwww..!!!!!." suara jeritan disusul tubuh yang hampir saja tersungkur dilantai, untung tangan Hanz yang kekar dengan sigap menangkapnya. Kedua pasang mata itu saling menatap, terdengar degup jantung keduanya semakin berdebar. Beberapa detik adegan itu sampai keduanya kemudian menyadarinya. "Nona, anda tidak apa-apa kan?" Hanz mendengus dengan posisi masih memeluk tubuh itu. "Iya.. Aku, aku tidak apa-apa. Terimakasih.." suara Azka terdengar gugup dan segera bangun menggeser tubuhnya. Wajahnya terlihat merona. "Maafkan aku, Nona. Ini salahku." Hanz segera mengambil lap dan mengeringkan air minuman yang tertumpah di lantai dan hamp
Hanz melangkah memasuki ruangannya sendiri, ia meraih sebuah laptop miliknya dan segera kembali keruangan Azkayra. Jantungnya masih saja berdegup kencang saat pandangan bertemu dengan mata indah milik Azka."Nona." Hanz menyapa Azka yang masih setia didepan Komputernya. Azka segera menoleh kearah Hanz yang sudah berdiri didepannya, masih selalu dengan senyum manisnya yang selalu membuat jantung Hanz berdebar. Kedua nya masih saling memandang tanpa suara, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari luar. "Maaf Nona, Tuan Sekretaris. Ada Tamu yang ingin bertemu. " Annabel sudah muncul di sana dengan seorang Pria muda yang tampan Rupawan. "Selamat siang Tuan Gavin, kami sudah menunggu Anda, silahkan. " Hanz segera menyambut tamu itu. "Ooh.. Iya Tuan Hanz, selamat Siang juga. " jawab Pria itu segera duduk. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan." Annabel memohon diri, Hanz hanya mengangguk. "Nona. " Hanz menoleh kearah Azkayra yang masih duduk di meja kerja nya, Hanz mengangguk mengisy
Waktu berjalan terasa cepat, telah berjalan beberapa bulan kepemimpinan Azkayra di Perusahaan, kini nama Azkayra pun telah terkenal dikalangan para pengusaha , sebagai seorang Presdir jelita yang super keren, dan mampu membawa Perusahaannya pada kejayaan Jauh beberapa langkah ke depan dari pada masa kepemimpinan Ayahnya dulu. Dan itu semua tak luput dari kerja keras Sekretaris Hanz yang selalu mendampinginya. Hanz selalu setia mendampingi Nonanya walau tak luput dari beratnya tekanan batin yang harus ditanggung nya,bagaimana tidak, hampir setiap saat ia harus menahan perasaan nya saat bersama wanita yang sebenarnya sangat dicintai nya namun ia harus sadar diri jika wanita itu adalah atasannya yang harus dijaga nama baik dan kehormatannya. Terlebih sikap Azkayra padanya yang selalu memancing hasrat cintanya setiap saat, karna di dalam hati Azkayra, Hanz adalah satu satunya Pria yang memikat hatinya, kendati banyak sekali Para pengusaha muda yang tampan sering kali mendekatinya Nam
"Kamu mau membawaku kemana, Hanz..? " Azka akhirnya membuka suara menepis ketegangan diantara mereka. "Ke taman Bunga Nona. Yang masih Asri dan sejuk. " jawab Hanz menahan diri agar tak menoleh. Ia masih merasa sangat malu atas perbuatannya. Tak lama kemudian Mobil mereka berhenti, Hanz bergegas turun dan segera membukakan pintu untuk Azkayra. Setelah Azka turun, Hanz kemudian berjalan mendahului. Mereka memasuki sebuah Taman Bunga yang indah dengan bunga warna warni sepanjang mata memandang. Suara kicauan burung yang merdu di atas pepohonan yang rindang. Azka terpana dengan tempat itu, senyum manis nya merekah di bibir mungilnya. Tempat yang menyenangkan dan membuat nyaman hatinya.. Azka berlari kecil dijalan setapak itu dan berputar beberapa kali menikmati pemandangan itu. "Hanz... Ini sungguh luar biasa.... Aku menyukainya..!!!! "Azka berteriak seolah hanya dia sendiri yang ada disitu. Hanz hanya tersenyum melihat tingkah Azka."Kamu terlihat semakin cantik nona, dengan se
Masih di gubuk itu, Azka berusaha mengatur nafasnya menggeser langkahnya menjauh dari Hanz, ia menepi di pinggir gubuk itu. Hanz memberanikan diri mendekati Azka. Dia tiba-tiba berlutut di hadapan Azka. "Nona, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud seperti itu. Aku sudah keterlaluan. Nona boleh menghukumku. " Hanz memegang kedua kaki Azka. Azkayra sesaat terdiam, lalu melepaskan pegangan tangan Hanz dan ikut berlutut hadapannya pria itu. Ia mengangkat dagu Hanz hingga mereka saling bertatap muka.Cup!Kecupan panjang Azkayra mendarat di dahi Hanz."Sepertinya hujannya sudah reda, ayo kita pulang." Azka segera berdiri dan keluar dari gubug, berlari kecil ke arah mobil mereka berada. Hanz terpaku dengan tingkah Azka, sesaat kemudian Hanz tersadar dan segera berlari menyusulnya."Nona.. Tunggu.. Ini masih hujan.!!" teriak Hanz, namun Azka sudah jauh didepan. Mereka akhirnya tiba di mobil. Hanz segera membuka pintu mobil untuk Azkayra.Mereka kini sudah berada di dalam mobil. "N