Beberapa hari di Santorini, membuat Sasmaya terhibur. Dia melupakan kesepiannya dengan menikmati hari-harinya bersama Signora Nora Belucci, ibu kandung Andrea Belucci.
"Sas, kalian tidak ingin menikah?" Pertanyaan Nora membuat Sasmaya hampir tersedak kejunya."Maksud Tante?" Sasmaya menanggapi dengan hati-hati ucapan wanita itu setelah meneguk segelas besar air mineral."Kalian sama-sama sendiri, kenapa tidak menikah? Kalian sudah cukup lama saling mengenal bukan?" Nora memperjelas ucapannya tadi dengan santai.Wanita tua itu sudah tidak lagi seperti dahulu, seperti di awal-awal kedekatan mereka. Dahulu Nora kerap mempertanyakan hubungan mereka yang menurutnya lebih dari sekadar berteman."Atau kau sudah memiliki pilihan hati? Alejandro Castillo mungkin?" Nora melanjutkan ucapannya dan tersenyum kecil menggodanya."Kenapa Tante berpikir begitu?" Sasmaya menatap wanita di hadapannya seraya tersenyum manis."Aku melihat foKembali ke Singapura, suasana hati Sasmaya semakin tidak karuan. Dia memutuskan untuk menyerahkan masalah tim SoS pada Julian. Sedangkan bisnisnya yang lain kepada Andrew."Aku lelah!" Hanya itu alasan yang dikemukakannya pada Julian dan Andrew.Mereka berdua tidak lagi bertanya. Semenjak meninggalnya Finn dua tahun lalu, Sasmaya bak hidup enggan mati pun segan. Bak mayat hidup yang hanya menjalani kehidupan tanpa jiwa."Beristirahatlah dan nikmati hari-harimu dengan segala hal yang kau sukai dan membuatmu bahagia." Julian menepuk bahunya dengan lembut sedangkan Andrew memeluknya dan mengecup rambutnya dengan sayang."Terima kasih sudah mau mengerti diriku," gumam Sasmaya lirih.Kini seperti yang dikatakan Julian, dia beristirahat di rumah bersama kedua anabul kesayangannya, Oyen dan Uyik. Kedua hewan berbulu itu menjadi teman pelipur laranya."Aih, kalian gemoy sekali!" Serunya seraya menepuk-nepuk kepala Oyen dan menggaruk-garu
Di pagi hari yang cerah, Sasmaya membawa buket bunga Lily kesayangan putrinya. Hari ini dia memutuskan untuk mengunjungi makam Chelsea."Hei anak gadis mami," gumamnya pelan seraya menyentuh nisan berukirkan nama sang putri, Chelsea."Mami rindu padamu," bisiknya lagi. Menatap nisan yang membisu.Terbayang kembali kenangan bersama putri tunggalnya itu. Gadis kecil yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Di saat dia menemukan figur ayah dalam diri Finn, Tuhan memintanya untuk kembali ke haribaannya."Mami, terima kasih sudah menyayangi Chelsea. Mami jangan menangis lagi, karena Chelsea tidak akan merasakan sakit lagi." Ucapan terakhir sang putri selalu terngiang di telinganya."Uncle Finn, terima kasih sudah mau menjadi ayah Chelsea. Selamanya hanya Uncle, ayah Chelsea." Gadis itu menggenggam erat tangan keduanya dmsebelum benar-benar menutup mata untuk selamanya."Dunia mami runtuh saat kau pergi, sayang. Tetapi mami harus i
Ale menatap smartphone-nya. Akhir-akhir ini dia kerap menatap alat komunikasi itu, berharap ada sebuah pesan atau bahkan panggilan telepon atau pun video."Ada apa dengannya?" gumamnya perlahan. Sungguh dia merasa kesal karena akhir-akhir ini Sasmaya hampir tidak pernah menghubunginya.Terakhir kali mereka sepakat untuk bertemu jika dirinya memiliki waktu luang. Namun itu tidak pernah terwujud karena setelah itu Sasmaya tidak menghubunginya lagi."Haruskah aku ke sana?" gumamnya lagi. Perlahan diletakkannya benda itu di atas mejanya.Kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Ini bukan pertama kalinya Sasmaya mengabaikan dirinya. Dahulu wanita itu bahkan tidak pernah menganggap serius dirinya."Dia memang kerap mengamatiku tetapi bukan sebagai seorang pria, sebagai pesepakbola yang diincarnya," keluhnya dalam hati mengingat masa-masa Sasmaya kerap memujinya.Ale tertegun sebentar, pada akhirnya dia memilih untuk tidak terlalu
"Pagi mi amor!" Alicia menyambutnya saat Ale turun ke ruang makan. Dia tertegun menatap kekasihnya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan."Libur?" tanyanya seraya membuka lemari es mengambil sebutir apel."Hanya dua hari. Bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat berdua saja?" Alicia mendekatinya dan memeluk pinggangnya, menatapnya penuh harap."Aku mau, tetapi sayangnya jadwalku lumayan padat beberapa hari ini." Ale tersenyum dan mengecup bibirnya sekilas."Tidak bisakah kau mengambil libur? Kita semakin jarang menghabiskan waktu bersama," keluh Alicia memelas.Ale menghela napas pelan. Ditatapnya Alicia lekat-lekat. Dia pun menyadari, mereka semakin menjauh dan semakin jarang bersama. Baginya ini bukan masalah dan dia yakin ini juga bukan masalah bagi Alicia."Bukankah kita sudah terbiasa dengan ini?" tanyanya dengan acuh."Iya, tetapi ada kalanya aku ingin bersamamu tanpa diganggu oleh siapa pun." Alicia tersenyum dan mulai menggodanya dengan memagut bibirnya.Ale memeluknya erat-e
"Ada apa?" Ale tertegun saat Alena memasuki ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu."Bagaimana bisa Alicia mengetahui keberadaan Sasmaya di rumah peristirahatanmu?" Alena memberikan smartphone-nya.Ale menatapnya sebentar dan mengambil benda itu kemudian menyentuh layarnya. Nampak sebuah video yang membuat suasana hatinya seketika berubah."Biarkan saja!" Ale menyerahkan smartphone itu kepada pemiliknya.Alena menerimanya dan menatap Ale tak mengerti. "Maksudmu? Kau akan membiarkan mereka berdua berkonfrontasi?""Tidak! Sasmaya tidak akan meladeni Alicia." Sahut Ale dengan santai. "Ngomong-ngomong aku sedang tidak ingin membicarakan keduanya. Ada hal lain yang lebih penting. Bersiaplah untuk menemaniku awal pekan depan." Ale memberikan sebuah berkas pada Alena.Alena duduk di kursi dan membaca berkas itu dengan seksama. Sesama Ale melanjutkan pekerjaannya."Kau serius?" Alena meletakkan berkas itu di meja dan tertawa pelan."Tentu saja serius!" Sahut Ale dengan tegas. "Karena itu tidak p
Sasmaya tersenyum tipis saat melihat sebuah mobil memasuki halaman utama rumah peristirahatan. Dia dapat menduga siapa yang datang di saat malam menjelang.@Ale[Aku dan Javier ke rumah peristirahatan]Pesan dari Ale tadi memperjelas situasinya. Kepala pelayan juga memberitahukan keberadaan Alicia di rumah utama. Beruntung dia tinggal di paviliun sehingga tidak harus bertemu dengan Alicia setiap saat."Pasti akan canggung, apalagi sekarang ada Ale," gumamnya lirih seraya menatap foto yang akhir-akhir ini menjadi foto yang kerap ditatapnya saat dia sedang gelisah.Finn, Chelsea adalah dua orang yang foto-fotonya memenuhi galeri smartphone-nya. Kini bertambah dengan foto Javier dan Ale."Senora!" Seorang gadis pelayan menyapanya dengan sopan. Dia berdiri menundukkan kepalanya, tidak berani menatap langsung Sasmaya yang tengah duduk bertopang dagu dengan santai."Ada apa?" Sahutnya dengan ramah. Dia tidak ingin membuat seluruh penghuni di sini turut merasakan kecanggungan yang kini mulai
Setidaknya itu yang dilihat Ale dan Alicia saat tiba di teras. Alicia yang bergayut mesra dan manja pada lengan Ale harus menegur mereka untuk memberitahukan kehadirannya bersama Ale.Dia berdehem pelan. "Maaf membuatmu menunggu Senora Sasmaya," tegurnya dengan ramah.Sasmaya dan juga Javier mendongak menatap keduanya dan tersenyum. "Tidak masalah Senora," sahutnya dengan santai."Javier mengganggumu?" Ale bertanya padanya. Raut wajahnya menampakkan kekhawatiran. Dia melirik putra sulungnya dan memastikan bocah itu bersikap sopan dan tidak mengganggu tamunya."Sama sekali tidak." Sasmaya menyahut dengan tegas dan berdiri. Merapikan roknya dan memasukkan smartphone-nya ke dalam saku roknya."Javier masuklah." Alicia mengulurkan tangannya pada bocah itu dan memberi isyarat padanya untuk kembali ke kamarnya."Bye Aunty." Javier berpamitan pada Sasmaya dan pergi meninggalkan teras, kembali masuk ke dalam ruangan dari mana tadi dia keluar."Maafkan Javier." Alicia tersenyum tipis. "Mari ki
"Gracias untuk makan malamnya." Sasmaya tersenyum dengan tulus.Dia benar-benar berterima kasih untuk makan malam yang dipenuhi sajian lezat meski suasananya sangat canggung. Namun bagi dia itu bukan masalah. Itu hanya memperjelas situasi mereka bertiga."Pasangan yang aneh," gumamnya saat berjalan seorang diri kembali ke paviliun.Meski Alicia berusaha menahannya untuk menemaninya dan Ale menghabiskan wine tetapi dia menolaknya. Sasmaya tahu benar alasan Alicia yang sebenarnya."Dia hanya ingin menunjukkan hubungannya dengan Ale baik-baik saja dan aku hanya pengganggu semata. Trik basi," gerutunya seraya menendang kerikil di jalan setapak yang dilaluinya.Mungkin karena licin atau sesuatu hal yang lain, dia hampir tergelincir saat menendang kerikil. Hampir saja Sasmaya terjatuh jika saja sepasang tangan Kokoh tidak menangkap tubuhnya."Ale!" serunya, terkejut sekaligus gembira. Setidaknya dia tidak terjatuh dan menjadi sakit."Bagaimana kau ada di sini?" Sasmaya menoleh menatap sekel
"Buenos días!" Sasmaya menyapa Ale begitu memasuki kamar. Dia membawa nampan berisi sarapan untuk mereka berdua, sedangkan Paloma di belakangnya menggendong Isabella."Buenos días, mi amor!" Ale menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya meraih Isabella ke pelukannya.Paloma menyerahkan bocah perempuan itu pada Ayahnya. " Pergilah, sarapan dahulu bersama yang lain." Sasmaya tersenyum padanya dan memintanya untuk meninggalkan mereka.Paloma mengangguk dan melambaikan tangan pada Isabella. Bocah itu menjerit, tertawa memamerkan giginya yang belum lengkap."Sarapan dulu!" Sasmaya meletakkan nampan di atas tempat tidur.Seperti kebiasaan orang Spanyol pada umumnya, tapaz selalu tersedia sebagai menu sarapan mereka. Kali ini Bibi Martha menyiapkan bocadillode huevos, sandwich ala Spanyol yang terbuat dari roti khas Spanyol yang mirip baguette dan bertekstur lembut, berisi scrambled egg.Selain itu ada bocadillo de queso, sandwich berisi keju dan bocadillo de calamares yang berisi cumi g
[Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez mengumumkan perpisahan mereka secara resmi melalui juru bicara mereka masing-masing]Mikaila menatap smartphone-nya dan melirik Sasmaya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Sementara Isabella bermain-main dengan Paloma."Apakah benar dia tidak mengetahui berita yang tengah hangat dan memenuhi hampir seluruh tajuk utama media hiburan dan olahraga?" Mikaila bertanya-tanya dalam hati.Berita mengenai perpisahan Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez memang tengah menjadi bahan pembicaraan netizen dan media. Berbagai spekulasi mengenai penyebab perpisahan mereka bergulir liar tetapi sayangnya baik Ale maupun Alicia tidak mengeluarkan pernyataan selain sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka berdua."Ada apa?" Sasmaya tiba-tiba saja menegurnya. Mikaila tergagap dan menjadi salah tingkah.Sasmaya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah asisten pribadinya itu. Mikaila terkadang
"Kita perlu bicara!" Ale menatap Alicia yang tengah duduk memunggunginya, menghadap kaca rias. Dia hanya mendesah pelan dan menatap bayang Ale yang terpantul di cermin.Wajah tampan, tubuh kokoh dan atletis, dua hal yang membuatnya menggandrungi pria yang waktu itu masih berjaya di lapangan hijau. Pria yang juga menghujaninya dengan cinta dan tentu saja kemewahan yang kemudian membuatnya jatuh cinta dalam arti sebenarnya."Ada apa?" Alicia bertanya tanpa menoleh. Enggan untuk saling bersitatap dengan tatapan Ale yang terkadang membuatnya gugup, seperti saat pertama mereka bertemu.Gugup, canggung, tidak percaya diri sekaligus ragu saat dia menyadari Alejandro Castillo, sang bintang lapangan hijau, menatapnya tak berkedip. Waktu itu mereka menghadiri sebuah acara di kota Madrid."Apakah kau begitu sibuk hingga tidak memiliki waktu lagi untuk menemani Maria dan Julio?" Ale masih berdiri kaku di belakangnya.Tanpa berniat untuk mendekatinya, kemudian memegang bahunya dan menghujaninya de
"Di mana Alicia?" Ale bertanya pada gadis pengasuh yang kewalahan menenangkan tangisan Maria.Putri bungsunya dengan Alicia sedari tadi menangis dan rewel. Membuatnya khawatir sekaligus marah. Karena tidak biasanya anak-anak rewel dan mudah marah."Saya tidak tahu Senor." Gadis itu menjawab dengan takut-takut.Dia pengasuh baru yang dipekerjakan setelah kesibukan Alicia semakin tak terkendali. Biasanya cukup Bibi Luisa dan semua kerewelan anak-anak akan tertangani."Maria sayang." Ale yang telah berpakaian rapi dan bersiap hendak ke kantornya terpaksa turun tangan membujuk sang putri."Papa!" Gadis kecil berusia dua setengah tahun itu berlari menghambur ke pelukannya."Ada apa?" Dengan lembut Ale bertanya kemudian menggendongnya. Membawanya ke ruang makan mencari Alicia."Mau Mama." Gadis kecil itu menyahut di sela tangisnya dengan ucapan yang masih kurang jelas."Ah baiklah! Ayo kita cari Mama." Ale tersenyum dan mengecup pipi gembulnya.Sementara sang pengasuh mengikuti mereka berdu
[Film perdana Alicia Dominguez menjadi Box office dalam beberapa pekan ini di berbagai negara]Tajuk berita di salah satu media sosial menarik perhatian Sasmaya. Perlahan jarinya menyentuh layar smartphone-nya dan bergerak turun untuk membuka berita selengkapnya."Wah filmnya sukses," gumamnya pelan.Selama ini Sasmaya hampir tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenai Alicia Dominguez. Dia memiliki alasan tersendiri atas sikapnya itu."Semakin kau tahu mengenai dirinya itu akan semakin membuatmu sakit hati." Itu salah satu nasehat dari Tante Clarissa saat dia selalu memantau media sosial sang kakak yang tak hentinya mengumbar kedekatannya dengan suaminya waktu itu.Menuruti nasehat wanita yang telah melahirkan sosok pengusaha ternama di negeri Singa, Andrew Kim itu, Sasmaya semenjak awal menjalin kedekatan dengan Ale hampir tidak pernah mengikuti berita mengenai Alicia Dominguez."Hebat! Dia wanita pekerja keras," gumamnya lagi seraya menatap foto-foto Alicia yang kini terpamp
"Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba
"Bagaimana liburanmu di Maldives?" Ale menatap Sasmaya yang tengah membujuk Isabella agar mau membuka mulutnya."Menyenangkan. Gracias Ale untuk liburan yang tenang dan tentu saja lebih hangat." Sasmaya tersenyum seraya menyuapkan pure labu ke mulut mungil putrinya."Aku senang jika kau dan Isabella senang." Ale membelai kepala sang putri yang kini mengambil sendok dan mengacungkannya padanya."Ini untuk Papa?" Ale mengalihkan perhatiannya pada sang buah hati dan mengajaknya berbicara."Kyaaa!" Hanya serentetan ucapan tak bermakna yang diserukan dengan kegirangan oleh bayi cantik itu seakan-akan membalas ucapan sang ayah."Ah, baiklah!" Ale tertawa dan membuka mulutnya membiarkan Isabella menyuapkan sendoknya ke mulut ayahnya.Sasmaya tertawa tergelak melihat tingkah ayah dan anak itu. Kini Ale yang menyuapi Isabella dan kali ini bayi mungil itu tidak menolaknya."Oh, Isabella ternyata mau disuapi Papa ya." Sasmaya meletakkan mangkok berisi pure labu di meja dan membiarkan Ale mengamb
"Apa? Kau tidak berada di Maldives sekarang?" Chloe berteriak kesal dan hampir saja melemparkan smartphone miliknya."Bukankah kau dan anak-anak berlibur di Maldives?" Chloe kembali bertanya, mempertegas pernyataan Alicia, lawan bicaranya di telepon."Ah baiklah," sahutnya dengan lemah setelah cukup lama mendengarkan dengan serius penjelasan Alicia."Ah ada-ada saja," keluh wanita cantik berambut gelap itu seraya meletakkan smartphone mahal miliknya ke atas meja dan meraih gelas coktail-nya."Tetapi aku juga salah. Seharusnya aku bertanya lagi padanya sebelum memutuskan untuk berlibur di sini." Chloe melanjutkan keluh kesahnya di dalam hati.Sebelumnya dia dan Alicia telah sepakat untuk menghabiskan liburan tahun baru mereka bersama-sama di Maldives seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun tidak seperti biasanya, kali ini terjadi kesalahpahaman yang cukup fatal dan membuat berantakan rencana liburan mereka."Ah sudahlah! Maldives juga tempat yang indah untuk berlibur dan menenangkan diri
"Ke Barcelona lagi?" Alicia mendongakkan kepalanya, menatap Calista. Gadis itu mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya.Alicia mendesah pelan. Akhir-akhir ini dia sering mendapatkan laporan dari asistennya jika Ale lebih sering mengunjungi Barcelona dan tinggal di sana lebih lama."Ada apa di Barcelona?" gumamnya pelan seraya menggigit kukunya. Hatinya kembali dirambati rasa gelisah sekaligus khawatir."Apa ada yang kau ketahui selain itu?" tanyanya pada Calista. Gadis itu menggelengkan kepalanya."Saya hanya tahu Senor Ale kerap berkunjung ke Barcelona. Saya tidak dapat mencari informasi aktivitas beliau di sana." Calista menjelaskan dengan hati-hati.Alicia kembali mendesah. Perlahan dipalingkannya tatapannya ke pemandangan di luar jendela kamarnya. Salju memutih di mana-mana, musim dingin kali ini terasa lebih dingin baginya."Sebentar lagi natal dan tahun baru. Apakah kau sudah mendengar sesuatu hal tentang itu?" Alicia kembali bertanya pada asisten pribadinya."Menurut Senor