@Andrea[Apa ini?]Pesan dari Andrea di smartphone-nya membuat Sasmaya kehilangan selera untuk beraktivitas hari ini. Bahkan dia pun tidak lagi berminat untuk melanjutkan pembicaraannya dengan Mireya."Ada apa?" Mireya bertanya saat melihat ekspresi Sasmaya, kesal jelas tergambar di wajah cantiknya."Lihatlah ini." Sasmaya menunjukkan fotonya bersama Ale yang diunggah Ale di salah satu akun media sosialnya."Apa yang kalian lakukan semalam? Sepagian ini smartphone-ku terus berbunyi karena orang-orang bertanya mengenai foto itu." Mireya pun terlihat kesal."Maafkan aku, seharusnya tidak membiarkan Ale mengunggah foto itu." Sasmaya menatap Mireya."Sebenarnya ini bukan masalah. Toh Ale kerap mengunggah foto-fotonya bersama para fansnya. Hanya saja pose kalian berdua terlihat sangat mesra, bahkan orang bodoh sekali pun dapat melihatnya." Mireya pun menatap Sasmaya.Kedua wanita itu saling bertatapan. Sasmaya hanya terdi
"Mikaila!" Alena memanggil gadis itu.Mikaila bergegas mendekatinya dan duduk di depannya. Gadis itu merasa ada sesuatu yang membuat Alena gelisah."Apa kau pernah melihat Ale dan Sasmaya di Como?" Alena bertanya dengan hati-hati."Apakah Senora Mireya menceritakannya padamu?" Mikaila menundukkan kepalanya."Tentu saja dia menceritakannya padaku. Apakah itu terjadi saat terakhir kita berlibur di Como?" Alena tersenyum dan berbicara dengan lebih santai.Mikaila sepertinya tidak nyaman dengan sikapnya yang cukup serius. Meski sebenarnya hal yang mereka bicarakan memang sesuatu yang serius baginya."Iya betul, Senora." Mikaila menjawab dengan suara lirih."Begitu rupanya. Apakah ada hal yang lain yang kau ketahui saat itu?" Alena bertanya kembali.Mikaila mendesah pelan. Dia tidak tahu apakah harus menceritakan apa yang dilihatnya hari itu di Como? Bagaimana Ale sengaja membawa yacht miliknya ke tempat yang berdeka
"Bagaimana pertemuanmu dengan Andrew dan Julian?" Sasmaya memeluk Ale dari belakang."Berjalan lancar. Aku dan Julian mencapai kesepakatan untuk sponsorship di Tim SoS. Bagaimana denganmu dan Mireya?" Ale berbalik dan memeluknya."Kami tidak berbicara bisnis tetapi berbicara tentang foto." Sasmaya tertawa pelan."Foto? Maksudmu yang kuunggah di akun media sosialku?" Ale mengerutkan keningnya, menatap Sasmaya heran."Iya, ternyata itu mendapatkan perhatian dari para netizen." Sasmaya tersenyum tipis dan jari jemarinya bergerak pelan menyentuh kancing kemeja putih pria itu."Iya, bukankah itu hanya foto biasa? Banyak penggemar yang berfoto bersamaku dan tidak pernah menjadi masalah." Keluh Ale dengan perasaan sama sekali tidak merasa salah."Entahlah! Mungkin gesture kita menunjukkan sesuatu yang lain." Sasmaya tertawa."Mungkin. Aku harus kembali ke Madrid. Kau mau ikut?" Ale perlahan merengkuh pinggang ramping Sasmaya."Tidak! Aku masih memiliki banyak pekerjaan." Sasmaya perlahan mel
"Signora Sasmaya!" Seorang wanita menyapanya."Hei, Drew!" Sasmaya tersenyum dan mengalihkan perhatiannya dari gadgetnya, menatap wanita yang menjemputnya di bandara."Sudah lama tidak bertemu dengan Anda! Bagaimana kabar Anda, Signora Sasmaya?" Drew tetap berdiri di depannya dengan sikap siaga."Tidak usah sekaku itu, kau tidak perlu menjagaku seperti dulu. Ayo kita ke hotel, mana mobilmu?" Sasmaya menepuk bahu wanita itu dan berjalan mendahuluinya menuju area parkir.Drew hanya menggelengkan kepalanya dan menyusul wanita berambut putih keabuan itu. Penampilannya yang unik cukup menarik perhatian orang-orang di sekeliling mereka. Warna rambutnya terlihat mencolok meski di Eropa warna rambut lebih beragam."Ayo Drew!" Seru Sasmaya tidak sabar. Wanita itu kini menunggunya di sebelah sebuah mobil yang terparkir tepat di depan pelataran parkir."Anda masih mengenali mobil kami!" Drew tersenyum dan membuka pintu belakang mobil untuk
"Signora, bagaimana kabar Anda?" Helena tersenyum semringah menyambut Sasmaya.Wanita setengah baya itu sempat terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba. Andrea sama sekali tidak memberitahukannya mengenai rencana kedatangan wanita cantik itu."Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" Sasmaya tersenyum dan melepaskan pelukannya."Kakiku sering sakit akhir-akhir ini." Helena mengeluh dan menggandengnya untuk duduk di kursi kayu."Maklumlah usiaku sudah lebih dari setengah abad," lanjutnya seraya terkekeh."Aku akan meminta Athena untuk memeriksamu besok." Andrea menggeser kursi di sebelah Sasmaya dan duduk di sana."Ah itu lebih baik. Kalian ingin makan malam atau menikmati sesuatu yang ringan terlebih dahulu?" Helena bertanya dengan penuh antusias."Aku mau kopi dan tentu saja kue-kuemu. Aku rindu masakan Yunani." Sasmaya tersenyum dan mengedipkan mata pada Helena."Kau ini! Selalu saja merasa kelaparan." Andrea tertawa dan merengkuh bahunya."Hidup hanya sekali dan kita harus menikm
"Selamat pagi Signora!" Diana menyapa Sasmaya saat wanita itu keluar dari kamarnya dan duduk di teras yang menghadap ke laut."Selamat pagi! Bisakah kau memberitahu Helena untuk menyiapkan kopi dan sarapan kami di sini?" Sasmaya meminta tolong pada gadis itu dengan ramah dan sopan."Baik Signora!" Diana menyahut dengan ketus dan bergegas menuju dapur.Sasmaya tertegun melihat sikapnya yang ketus dan tidak bersahabat. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengabaikan sikap gadis itu terhadapnya."Maaf Signor!" Terdengar lagi suara gadis itu. Sepertinya dia berpapasan dengan Andrea."Tidak apa!" Terdengar suara Andrea menyahut dengan nada datar tanpa emosi seperti biasanya."Signor apa Anda ingin sesuatu untuk sarapan?" Kembali terdengar suara gadis itu.Sasmaya menoleh dan menatap mereka dari tempatnya duduk. Nampak gadis itu menundukkan kepalanya dan bersikap begitu sopan dan ramah. Sasmaya baru menyadari pakaian gadis itu cukup terbuka."Astaga!" Hampir saja Sasmaya tertawa tergelak
"Sas, aku serius dengan ucapanku tadi." Andrea menatap Sasmaya yang tengah menikmati kopinya."Aku tahu." Sahut Sasmaya pelan. Sasmaya bukan gadis muda yang naif dan lugu. Jauh sebelum ini, Andrea telah beberapa kali mengungkapkan keinginannya untuk menikahi dirinya."Sekarang kau hidup sendiri. Tidak akan ada yang menghalangi keputusanmu bukan?" Andrea meraih jari jemarinya dan meremasnya pelan.Dahulu, ibunda Sasmaya menentang hubungannya dengan Andrea dengan berbagai alasan. Salah satunya perbedaan adat, budaya dan ras. Sasmaya menganggap wajar opini sang ibunda saat itu, tetapi kini setelah semua yang terjadi dalam hidupnya dia menyadari satu hal.Sedari awal sang ibunda telah memperlakukannya berbeda. Alasannya hanyalah karena Jessica, sang kakak sakit-sakitan dan ringkih sedari kecil. Dia harus selalu mengalah untuknya termasuk saat sang kakak menginginkan hidupnya tak bahagia juga suaminya."Andrea benarkah ada cinta di antara kita?" Sasmaya menatap pria itu lekat-lekat.Jauh d
Beberapa hari di Santorini, membuat Sasmaya terhibur. Dia melupakan kesepiannya dengan menikmati hari-harinya bersama Signora Nora Belucci, ibu kandung Andrea Belucci."Sas, kalian tidak ingin menikah?" Pertanyaan Nora membuat Sasmaya hampir tersedak kejunya."Maksud Tante?" Sasmaya menanggapi dengan hati-hati ucapan wanita itu setelah meneguk segelas besar air mineral."Kalian sama-sama sendiri, kenapa tidak menikah? Kalian sudah cukup lama saling mengenal bukan?" Nora memperjelas ucapannya tadi dengan santai.Wanita tua itu sudah tidak lagi seperti dahulu, seperti di awal-awal kedekatan mereka. Dahulu Nora kerap mempertanyakan hubungan mereka yang menurutnya lebih dari sekadar berteman."Atau kau sudah memiliki pilihan hati? Alejandro Castillo mungkin?" Nora melanjutkan ucapannya dan tersenyum kecil menggodanya."Kenapa Tante berpikir begitu?" Sasmaya menatap wanita di hadapannya seraya tersenyum manis."Aku melihat fo