Share

Bab 5

Panasnya sinar matahari membuat mata Khai yang terpejam perlahan terbuka. Dilihatnya jam di pergelangan tangannya. Khai buru-buru bangkit setelah menyadari sudah jam sepuluh siang.

Kepala Khai masih begitu berat, dia mencoba mengembalikan potongan-potongan ingatannya semalam sebelum ia kehilangan kesadarannya. Ya, dia sempat menyandarkan kepalanya di atas bahu Anita. Dia masih ingat betul itu.

Khai langsung membersihkan diri dan siap ke kantor. Sebelum dia benar-benar pergi, dia manyempatkan pergi ke kamar Anita untuk berpamitan.

"Anita, kau ada di dalam?"

Tak ada jawaban dari kamar Anita. Khai pun berinisiatif membukanya langsung. Alangkah terkejutnya Khai setelah melihat ternyata kamar tersebut kosong. Koper milik Anita juga tak ada di sana.

"Apa semalam aku sudah melakukan sesuatu yang membuat gadis itu marah?"

Khai bertanya-tanya sendiri sembari mengingat kembali kejadian semalam sebelum ia benar-benar tak sadar.

"Aku hanya bersandar di bahunya, aku tidak melakukan apapun yang membuat gadis itu pergi. Lalu kenapa dia menghilang?"

Khai membuka lemari baju Anita, berharap ia menemukan petunjuk berupa surat atau benda lainnya yang gadis itu tinggalkan.

Bukan surat yang ternyata Khai temukan, melainkan kartu kredit yang sempat ia berikan pada Anita.

"Bukankah gadis itu bilang tak punya uang, lalu kenapa dia pergi dari rumah ini begitu saja?"

Khai kemudian menelepon Arkhan, bertanya pada Arkhan alamat rumah Anita. Sayangnya Arkhan yang memang sudah menjadi kaki tangan Yusuf tidak mau memberikan alamat rumah Anita pada Khai. Tugas Anita sudah selesai, Anita sudah tidak dibutuhkan lagi jadi memang sudah sepatutnya gadis itu pergi dari rumah Khai.

Khai langsung percaya begitu saja saat Arkhan bilang tidak tahu. Lelaki itu terlalu polos hingga tak sadar selama ini banyak dibohongi orang termasuk oleh pacarnya-Cheyril.

"Tolong cari Anita sampai ketemu. Aku akan membayar berkali-kali lipat gajimu jika kamu berhasil menemukannya!"

Tentu saja Arkhan tak benar-benar mencari Anita. Bayaran yang sudah ia terima dari Yusuf sudah sangat banyak. Dia tak mau mengkhianati kepercayaan Yusuf padanya.

Hari demi hari Khai lalui dengan tak semangat. Kesedihan saat mengetahui perselingkuhan Cheryl tidak seberapa jika dibanding kesedihan karena di tinggal Anita. Entah kenapa kebersamaan bersama Anita yang justru lelaki itu rindukan dibanding dengan mantan pacarnya yang bertahun-tahun sudah menemaninya.

[Khai, malam ini kita di undang makan malam oleh keluarga Anggi. Ayah harap kamu bisa ikut bersama kami!]

Sebuah pesan masuk dari Yusuf. Khai hanya membacanya tanpa mau membalasnya.

"Pak, Ayah anda hari ini beberapa kali menelepon saya. Beliau bertanya kenapa Anda tidak mau mengangkat panggilan telepon darinya?" Arkhan menemui bosnya hanya untuk menanyakan hal ini. Arkhan tak mau Yusuf terus mengomelinya karena dia tak bisa membujuk Khai mengangkat panggilan Ayahnya.

"Bilang saja pada Ayahku kalau aku tengah sibuk. Jadi aku tidak bisa mengangkat panggilannya."

"Tapi, Pak. Pak Yusuf--"

"Kalau Ayahku masih saja mengganggumu, aku sarankan untuk mematikan ponselmu sementara waktu. Tenang, aku tidak akan memecatmu gara-gara masalah sepele seperti ini!"

Arkhan terlihat frustasi, jangankan berhasil membujuk. Bos lelakinya malah menyuruhnya mematikan ponsel agar tak di ganggu Yusuf.

"Pak ada seorang wanita datang ingin bertemu Anda!"

Tiba-tiba bawahan Khai masuk mengabari bos lelakinya.

Khai pikir wanita itu Anita jadi dia langsung berlari keluar ruangan menemui wanita yang mencarinya.

"Cheryl?" Wajah Khai berubah melihat yang datang ternyata bukan Anita melainkan Cheryl.

"Kenapa kau tak mencariku sama sekali ketika aku sedang salah paham denganmu, Khai?"

Khai tersenyum miris. Wanita itu sama sekali tak menunjukan rasa bersalahnya karena sudah mengkhianati Khai.

"Aku salah karena sudah salah paham sama kamu, Khai. Aku janji tidak akan salah paham lagi. Kamu mau maafin aku, kan?" tanya Cheryl sambil meraih tangan lelaki di depannya.

"Tidak, aku tidak mau memaafkanmu. Lepaskan tanganku!"

Khai menarik tangannya secara kasar.

"Khai bukankah harusnya aku yang marah sama kamu karena kejadian saat itu, ya. Kenapa malah jadi kamu yang marah?" Cheryl bingung melihat perubahan sikap kekasihnya.

"Silahkan kalau kamu mau marah. Aku sama sekali tak peduli!"

"Khai, apa yang terjadi beberapa hari ini. Apa Ayahmu berhasil membuatmu membenciku sampai kamu terlihat berubah sekali seperti ini padaku?"

"Jangan bawa-bawa Ayahku yang tak tau apa-apa."

Khai marah karena Cheryl membawa-bawa nama Ayahnya pada masalah mereka berdua. Cheryl sama sekali tak menyadari kalau Khai sudah tau perselingkuhannya dan mantan pacarnya.

"Kamu bisa marah seperti itu karena belum tahu kelicikan Ayahmu. Dia terus-terusan berusaha memisahkan kita dengan berbagai macam cara!"

"Diam kamu, kamu yang sudah berselingkuh dengan mantan pacarmu malah kamu menuduh Ayahku yang bukan-bukan. Gila kamu, ya?"

Cheryl terkejut bukan main, dia tak tahu kalau pengkhianatannya sudah terbongkar.

"Pasti yang bilang seperti itu pembantumu yang seksi itu, kan? Dia memang wanita bayaran yang kurang*jar, beraninya memfitnahku yang bukan-bukan!"

Mendengar Cheryl menuduh Anita yang bukan-bukan membuat Khai makin tak terima.

"Tutup mulutmu. Anita tak tahu apa-apa tentang ini."

Cheryl tertawa, "Kamu bilang apa tadi? Anita tak tahu apa-apa? Kalau begitu lihat ini baik-baik!"

Cheryl memberikan sebuah foto Anita tengah duduk bersama Yusuf di sebuah restoran. Di foto itu terlihat Yusuf tengah memberikan uang pada Anita. Ya, uang itu adalah bonus yang Yusuf berikan karena Anita sangat cepat berhasil menyelesaikan tugasnya.

"Kamu tidak tahu kan kalau ternyata Anita adalah orang bayaran Ayahmu yang ditugaskan untuk memisahkan kita berdua? Sekarang dia menang, hubungan kita benar-benar hancur karenanya!"

Anita pikir dengan dia memberikan bukti persekongkolan Yusuf dan Anita, Khai bisa kembali padanya. Namun sepertinya harapannya takkan pernah terwujud. Khai sudah terlanjur kecewa dan membencinya.

"Kalau kau ingin balas dendam pada wanita itu, aku tahu dimana dia tinggal sekarang. Mau aku kasih alamatnya?" tanya Cheryl. Khai yang hatinya tengah hancur mendapati kenyataan pahit yang di dengarnya hanya diam tak menjawab pertanyaan mantan pacarnya.

"Ok, kalau kamu tak mau membalas wanita itu biar aku yang akan balas!" marah Cheryl.

"Berani kamu menyentunya sedikit saja, aku akan menghabisimu, Cheryl!"

Cheryl tak percaya mendengar ancaman Khai.

"Kamu membelanya? Dia wanita yang sudah menghancurkan hubungan kita. Apa bukti di foto ini masih kurang buat kamu percaya kalau sebenarnya wanita itu adalah kaki tangan Ayahmu?"

Khai bukan tak mempercayai foto itu. Tapi entah kenapa hatinya tak terima mendengar Cheryl ingin menyakiti gadis itu. Mungkinkah Khai sudah benar-benar jatuh cinta pada mantan pembantu seksinya itu?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status