Jam menunjukan pukul sepuluh malam, Anita belum masuk kamarnya karena menunggu Khai. Masakan sudah terhidang sejak pukul delapan malam, tapi sampai sekarang tuannya belum juga pulang.
"Apa Tuan Khai sedang bersenang-senang dengan Nona Cheryl di luar?"Anita terus menunggu tanpa kepastian kepulangan Tuannya sambil memainkan ponselnya. Dia berharap Tuannya cepat pulang agar dia bisa cepat-cepat membereskan ruang makan dan segera istirahat.Jam 12 malam, karena terlalu lelah tak sadar Anita tertidur di atas sofa. Saat itulah Khai pulang. Melihat Anita tidur pulas, Khai tak berani membangunkannya. Diambilnya selimut dalam kamar Anita lalu dia tutupi tubuh seksi pembantunya dengan selimut itu.Khai mengambil ponsel yang ada di tangan Anita. Melihat layar ponsel itu retak, Khai merasa cukup bersalah. Khai pun meletakan ponsel milik Anita ke atas meja lalu dia berjalan ke lantai atas menuju kamarnya.Khai membanting tubuhnya ke atas ranjang. Ingatan saat wanita yang sangat dicintainya tengah memeluk lelaki lain kembali mengusiknya. Karena tak mau kembali dihantui rasa sakit hati, lelaki itu turun kembali berniat untuk mengambil beberapa kaleng beer dalam lemari es.Saat turun, Khai tak mendapati Anita di atas sofa ruang tamu lagi. Lelaki itu justru menemukan Anita tengah berada di ruang makan membereskan makanan yang tak disentuh sama sekali olehnya."Kenapa jam segini kamu masih berada di sini, Anita?"Anita menatap kesal ke arah Khai."Tuan, jika Anda memang tidak berniat makan malam di rumah, setidaknya Anda kabari saya. Dengan begitu saya tidak perlu repot-repot memasak untuk Anda!""Maaf, Anita. Saya lupa kasih tahu kamu!"Dengan rendah hati Khai meminta maaf, namun Anita yang terlanjur kesal masih mengomelinya. Sungguh keadaan yang terbalik."Saya sedang sakit tapi saya paksa tubuh saya untuk tetap masak. Demi apa coba? Demi Anda, Tuan. Tolong hargai saya sedikit saja. Jangan mentang-mentang Anda punya uang Anda menjadi seenaknya pada saya!"Khai yang tadinya merasa bersalah malah menjadi murka karena mendengar omelan pembantunya."Kamu pikir kamu siapa berani mengomeliku seperti itu. Huh?"Anita baru menyadari kesalahannya. Dia tak sadar ucapannya barusan bisa membuatnya kembali dipecat majikannya. Kalau itu benar terjadi, habislah dia."Aku rasa kamu pembantu paling tidak tahu diri. Sudah diberi kesempatan untuk kerja lagi disini malah selalu buat aku marah. Kamu mau dipecat lagi?""Tidak, Tuan. Maaf, tadi saya hanya kecewa karena Anda tidak mau makan masakan saya. Saya janji tidak akan berbicara lancang lagi pada Anda. Tolong maafkan saya kali ini!"Khai tidak merespon permintaan maaf Anita. Dia berjalan menuju lemari es kemudian mengambil beberapa kaleng beer di sana."Tuan, maaf bukannya saya lancang. Tapi besok Anda harus bekerja, jadi tolong malam ini jangan minum beer!"Khai yang makin marah karena nasehat Anita mendekat ke arah wanita itu."Sudah kuperingati dari awal, jangan pernah ikut campur urusanku kalau tak mau ku pecat. Mengerti?"Anita langsung mengangguk dan segera menjauhkan tubuhnya dari Tuannya yang sedang marah. Jarak mereka barusan terlalu dekat, entah kenapa tiba-tiba jantung Anita merasa tak aman berada terlalu dekat dengan majikannya."Kalau begitu saya permisi ke kamar. Saya tidak mau makin membuat Anda marah!" Anita bersiap kabur. Namun tiba-tiba Khai menghentikannya."Tunggu!"Anita menghentikan langkah kakinya, dia pikir Tuannya akan kembali memarahinya."Apa kamu pernah minum ini?"Pertanyaan dari majikan lelakinya dijawab cepat oleh Anita dengan gelengan kepala."Benarkah kamu tidak pernah mencoba sedikitpun minuman ini?""Benar, Tuan. Saya sama sekali tidak pernah.""Lalu, apakah malam ini kamu mau mencobanya? Aku yakin kamu akan ketagihan jika sudah pernah mencobanya!"Anita menggeleng cepat."Tidak. Saya tidak mau!""Ok, kalau kamu tidak mau mencobanya. Tapi malam ini saja bisakah kamu temani aku minum? Aku sedang benar-benar membutuhkan seorang teman sekarang.""Maaf, Tuan. Ini sudah malam. Saya tidak bisa menemani Anda.""Aku membayarmu mahal untuk bekerja di rumah ini. Kenapa kamu berani membantah perintahku?""Maaf, Tuan. Saya bukannya mau membangkang perintah Anda. Saya takut saja setelah Anda mabuk Anda akan berbuat sesuatu pada saya!"Anita menjawab dengan jujur apa yang ditakutkannya. Tak peduli kejujurannya akan membuat Tuannya makin marah atau tidak."Jangan sok suci, Anita. Kamu datang kerja disini dengan pakaian ketat dan seksi bukannya tujuanmu untuk menggodaku?"Plak!Entah dapat kekuatan darimana tangan Anita berani menampar pipi majikan galaknya."Anda jangan menuduh saya yang bukan-bukan hanya karena melihat penampilan luar saja! Saya benar-benar kecewa dengan ucapan Anda barusan!"Anita bersiap pergi, Khai yang sedikit merasa bersalah karena ucapannya langsung mencegah wanita itu pergi."Maaf, karena pikiranku sedang sangat kacau, aku jadi bicara ngawur."Anita kembali menghentikan langkahnya. Mendengar nada bicara majikannya yang terdengar sangat frustasi membuat wanita itu berpikir kalau sebenarnya keadaan majikan lelakinya sedang tak baik-baik saja."Anda mau saya temani minum? Dimana?"Akhirnya Anita memutuskan untuk menerima tawaran majikan lelakinya.Di sofa balkon kamarku. Biasa kalau aku sedang banyak masalah aku selalu habiskan malamku disana!""Di sofa balkon kamar Anda? Kenapa tak di sini saja?"Anita menolak, dia tak mau Tuannya berbuat macam-macam jika dia menuruti permintaan lelaki itu. Tak ada kesempatan melarikan diri jika Tuannya nekat mengunci pintu kamar."Kamu takut aku akan berbuat macam-macam padamu?" Khai terlihat geli membayangkan pikiran kotor Anita."Anita, kamu itu sama sekali bukan tipeku. Kamu pikir aku doyan sama wanita yang sangat biasa sepertimu?""Lelaki kalau sudah mabuk mana dia peduli dengan wanita yang ada di dekatnya cantik atau tidaknya. Saya tak mau kejadian yang buruk terjadi pada saya!""Aku bilang aman. Takan terjadi apa-apa padamu!"Karena terus membantah, cepat-cepat Khai menarik tangan Anita ke lantai atas. Sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk memegang kaleng."Kamu lihat ini, aku bahkan tidak mengunci pintu kamarku. Jadi jangan takut aku ngapa-ngapain kamu!"Tangan Khai melepaskan Anita. Dia membuka pintu balkon dan mengajak Anita duduk di atas sofa.Setelah duduk bersama, Khai membuka kaleng dan mulai meminumnya."Tuan, sebenarnya apa yang terjadi pada Anda. Kenapa Anda terlihat menyedihkan sekali?"Dengan hati-hati Anita bertanya. Dia takut dituduh mencampuri urusan Tuannya lagi.Khai tak menjawab, dia terus fokus meminum alkohol yang ada di tangannya."Besok Anda harus kerja, Tuan. Jangan banyak minum!"Jika sebelumnya Khai akan marah mendengar nasehat seperti itu, kali ini tidak. Dia menuruti ucapan Anita dan meletakan minumannya ke atas meja."Sebenarnya aku mengajakmu kesini untuk mengucapkan terimakasih padamu!"Anita mengernyit bingung."Terimakasih untuk apa?"Khai tak langsung menjawab, tatapannya beralih ke pemandangan luar rumahnya."Apa Anda sudah berbaikan dengan Nona Cheryl?"Khai menggeleng."Lalu apa Anda butuh bantuan saya untuk membuat dia percaya kalau kita tidak ada hubungan apa-apa?"Bukan bersandiwara, Anita benar-benar ingin membantu Khai menyelesaiakan masalah dengan Cheryl. Anita merasa bersalah melihat keadaan Khai yang kacau karena ulahnya."Tidak perlu. Justru aku ingin berterimakasih padamu. Karena kesalahpahaman kemarin itu, perselingkuhan Cheryl dan mantan pacarnya terbongkar. Aku tidak lagi menjadi lelaki bodoh yang dibohongi terus-menerus oleh wanita itu!"Setelah bicara, Khai mengambil kembali minumannya. Dia menghabiskan minuman itu tanpa sisa.Panasnya sinar matahari membuat mata Khai yang terpejam perlahan terbuka. Dilihatnya jam di pergelangan tangannya. Khai buru-buru bangkit setelah menyadari sudah jam sepuluh siang.Kepala Khai masih begitu berat, dia mencoba mengembalikan potongan-potongan ingatannya semalam sebelum ia kehilangan kesadarannya. Ya, dia sempat menyandarkan kepalanya di atas bahu Anita. Dia masih ingat betul itu.Khai langsung membersihkan diri dan siap ke kantor. Sebelum dia benar-benar pergi, dia manyempatkan pergi ke kamar Anita untuk berpamitan."Anita, kau ada di dalam?"Tak ada jawaban dari kamar Anita. Khai pun berinisiatif membukanya langsung. Alangkah terkejutnya Khai setelah melihat ternyata kamar tersebut kosong. Koper milik Anita juga tak ada di sana."Apa semalam aku sudah melakukan sesuatu yang membuat gadis itu marah?"Khai bertanya-tanya sendiri sembari mengingat kembali kejadian semalam sebelum ia benar-benar tak sadar."Aku hanya bersandar di bahunya, aku tidak melakukan apapun yang memb
"Khai, kamu belum menjawab pertanyaanku. Apa bukti foto-foto ini masih kurang membuatmu percaya betapa liciknya pembantumu yang seksi itu?"Khai masih terdiam, ini membuat Cheryl menyadari kekasihnya sama sekali sudah tak mempunyai perasaan untuknya. Sedari tadi Khai terus saja mengabaikan ucapannya."Khai, jangan bilang kamu sudah benar-benar jatuh cinta pada wanita murah*n itu makanya kamu menolak fakta yang sudah kutunjukan padamu!"Khai menatap tajam ke arah Cheryl. Tak terima kalau wanita di depannya terus mendesak agar dia memberi respon atas pertanyaan wanita tersebut."Kau tak berhak ikut campur soal perasaanku. Satu hal yang perlu kau ingat. Jika aku dengar Anita terluka sedikit saja, kau orang pertama yang akan kucari dan kuhabisi!"Khai membalikan badannya ingin kembali ke ruangannya. Baru beberapa langkah kakinya bergerak, dia memergoki Arkhan ternyata diam-diam menguping pembicaraannya dan Cheryl. Khai sangat marah melihat bawahannya itu karena ia yakin kalau lelaki itu te
"Sayang, selain kita berdua, apakah ada orang lain yang tahu tentang hubungan kita?" tanya Cheryl pada Nando, selingkuhannya.Nando menggeleng, "Aku tidak pernah memberitahu siapapun tentang hubungan kita. Memangnya kenapa?""Tadi siang waktu aku menemui Khai, dia memberitahuku kalau dia sudah tahu aku berselingkuh denganmu. Aku jadi bingung, jika tak ada yang tahu hubungan kita, bagaimana mungkin Khai tahu sedangkan kita tak pernah pergi kencan ke luar."Nando menggenggam mesra tangan Cheryl, "Kalau dia tahu bukannya itu bagus buat hubungan kita, ya. Dengan begitu kita tidak akan sembunyi-sembunyi lagi bertemu!"Cheryl menepis kasar tangan Nando. Lelaki tampan yang duduk tepat di sebelah Cheryl terkejut mendapat perlakuan kasar dari wanita cantik tersebut."Kamu pikir aku benar-benar cinta sama kamu?""Maksud kamu apa? Bukannya kamu kembali padaku karena tidak bisa melupakanku?" tanya Nando kemudian. Cheryl tertawa geli mendengar ucapan Nando."Nando...Nando...! Kamu itu harusnya sada
"Tuan, ini kopinya!"Khai meletakan ponselnya dan bersiap mengambil cangkir kopi yang ada di depannya. Namun sebelum tangannya sampai menyentuh cangkir tersebut, ia mengurungkan niatnya. Ditatap dengan sinis pembantu baru yang dipilihkan oleh asisten pribadinya."Apa Arkhan tidak memberitahumu kalau majikanmu seorang lelaki?"Anita bertanya-tanya dalam hati apa kesalahannya hingga membuat majikan lelakinya mengatakan hal tersebut."Pak Arkhan sudah memberitahu saya, Tuan!"Mendengar jawaban Anita, Khai langsung bangkit dan mendekat ke arah Anita. Tak disentuhnya sama sekali kopi buatan pembantu barunya tersebut."Lalu kenapa pakaianmu seperti seorang pel*cur? Ini rumahku bukan tempat untuk menjual diri!"Anita bingung dengan ucapan kasar Khai. Baju yang dikenakannya merupakan pemberian Arkhan. Kenapa sekarang malah dia yang jadi sasaran kemarahan Tuannya.Belum puas memaki Anita, Khai kembali mematahkan hati wanita itu dengan kalimat-kalimat pedasnya."Aku enggak tahu apa tujuanmu mema
[Pak Yusuf, ini tak ada dalam perjanjian kita sebelumnya!]Anita tak mau mengikuti perintah gila lelaki yang sudah membayarnya mahal itu.[Tak ada dalam perjanjian kita gimana. Jelas-jelas ini juga tertulis di surat perjanjian yang kamu tanda tangani kemaren!][Tidak, saya sudah baca dengan sangat teliti surat perjanjian kita. Tidak ada kalimat seperti itu tertulis di sana!]Anita terus mencoba membela diri, dia yakin dia hanya dijebak dan dijadikan alat oleh Yusuf untuk membuat anaknya mau menuruti perintahnya.[Mau aku tunjukan lagi surat perjanjian yang kamu tanda tangani kemaren?]Yusuf mematikan telepon lalu mengirimkan gambar surat perjanjian yang ia tanda tangani kemarin. Anita marah karena isi surat itu benar-benar tak sama dengan apa yang dibacanya kemarin. Namun yang membuat dia tak bisa mengelak yaitu di surat itu terdapat tanda tangan yang sama persis dengan tanda tangannya.[Apa selain jago menipu, Anda juga jago memalsukan?]Anita mengetik pesan kasar pada lelaki licik ya
Khai sengaja tidak turun dari mobil dan membiarkan pacarnya tenang di pelukan lelaki lain. Dia tak mau menunjukan sakit hatinya pada wanita yang sudah mengkhiantinya itu. Lelaki yang sudah merebutnya dari Khai pasti akan merasa puas melihat Khai sakit hati, Khai tak mau itu terjadi.Sesampainya di rumah, Khai makin kesal karena kedatangannya sudah disambut oleh pembantunya."Tuan, sumpah tadi saya tak sengaja. Tolong jangan pecat saya!"Anita pura-pura menangis di depan majikan lelakinya. Dia berharap Khai masih mau mempekerjakannya setidaknya sampai bisa memastikan hubungan keduanya kandas."Tuan, tolong jangan pecat saya!"Khai yang sedang dalam keadaan tak baik-baik saja makin marah mendengar permohonan pembantunya.Khai mendorong wanita itu ke luar pintu lalu cepat-cepat mengunci pintu dari dalam. Khai heran darimana Arkhan mememukan pembantu semenyebalkan itu. Belum apa-apa sudah berhasil membuat hubungannya dan Cheryl yang sudah terjalin bertahun-tahun itu kandas."Tuan, tolong b