Share

Serangan Mendadak

Penulis: She Sheila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sebenarnya aku tak ingin mengatakannya sekarang, tapi ternyata..."

"Tak mungkin!" potong Arnes cepat.

Jika dipikir secara logika, usia Mia bukan lagi di masa subur yang dengan mudahnya akan mengandung. Keduanya berada di angka separuh abad, yang itu artinya sang istri nyaris mengalami menopause. Dan itu akan memperkecil kemungkinan untuk hamil, walau tentu saja selalu ada probabilitas selama keduanya melakukan hubungan badan secara rutin.

"Kenapa tidak mungkin?" tanya Andrew bingung.

Sebagai seorang dokter, ia tak bisa mengatakan tak mungkin ketika masih ada kesempatan yang terbentang di depan mata. Apalagi ia melihat paman dan bibinya begitu harmonis. Mendengar berita itu membuatnya begitu senang, karena akan ada bayi kecil yang melengkapi keluarga kecil itu.

"Maksudku, usia Mia dan aku saat ini..."

"Tak ada yang tak mungkin, bukan?" potong Mia sambil tersenyum dan menggenggam tangan suaminya. "Apalagi bayi ini begitu kau tunggu kedatangannya," tambahnya nyaris menitikkan air mata.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Tinggal di Neraka

    "Cuma kelelahan, setelah diberi obat dan juga vitamin, kondisinya akan membaik."Seorang dokter yang baru saja selesai memeriksa Sheila keluar dari bilik dan mempersilakan Andrew juga Arnes ke dalam. Kedua pria itu menyaksikan sendiri bagaimana wajah cantik yang kini pucat itu nampak tak bertenaga, tergelak di lantai toilet restoran. Dan dengan tergopoh-gopoh, Arnes bergegas membawanya kembali ke rumah sakitnya, di mana fasilitas dan tenaga medisnya lebih mumpuni.Kondisi Sheila memang sudah cukup membaik. Tekanan darah kembali normal, dan wajah pucatnya berangsur merona. Napas yang tadinya tersengal-sengal, seperti kekurangan oksigen, kembali normal, walau masih dengan mata yang tertutup.Arnes baru saja ingin maju, mengelus lembut anak-anak rambut yang jatuh menghalangi kecantikan gadisnya. Tapi ia sadar ada sosok Andrew yang kini lebih dekat dan juga punya hak yang lebih darinya. Pria muda itu pun lebih dulu melakukannya, bebas tanpa ada halangan."Kita pindahkan ke ruangan, nanti

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Akhir Cerita Cinta

    Sheila membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sakit luar biasa. Dalam suasana remang, ia berusaha untuk mengingat apa yang sudah terjadi dan di mana tepatnya ia berada saat ini. Namun mencium aroma alkohol yang kentara sekali di hidungnya membuat gadis itu yakin di mana posisinya kini."Urgh!" serunya memegangi kepala yang masih berputar.Tubuhnya berusaha untuk bangkit, walau terasa begitu lemah. Kondisinya saat ini mungkin terjadi karena benturan atau lamanya ia tertidur. Karena dari tempatnya terbaring kini, Sheila bisa menyaksikan suasana malam di balik jendela yang setengah terbuka. Itu artinya ia sudah cukup lama tak sadarkan diri. Sementara saat ini, otaknya masih berusaha mengingat posisi terakhirnya sebelum tak sadar."Sheila!"Seorang pria yang baru masuk ke dalam ruangan nampak terkejut menyaksikan posisi gadis itu yang sudah setengah duduk. Sebagai seorang dokter, ia langsung bergerak memeriksa tanda-tanda vital dan memastikan semuanya baik-baik saja."Apa yang kau ras

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Dejavu

    "Welcome back, Doc!" seru sebuah suara merdu yang menyambut kedatangan Sheila ke ruang UGD.Setelah beristirahat setidaknya nyaris seminggu, wanita itu akhirnya bisa kembali mengenakan jas putih kebanggaannya. Bau alkohol khas UGD dan juga riuh ramai dengan pasien adalah hal yang paling ia rindukan. Teriakan panik memanggil namanya dan juga gerak cepat para perawat membuatnya tersenyum senang."Thank you!" serunya berseri.Kondisinya jauh lebih baik dari sebelumnya. Apalagi setelah semingguan tak bertemu dengan Arnes. Pria itu menghilang seperti ditelan bumi. Digantikan oleh Andrew yang berkunjung ke rumahnya sehari tiga kali, bak minum obat. Celetukan yang ditujukan untuk menyakiti Arnes kala itu, nyatanya membuat dirinya kalang kabut. Hampir setiap hari, sang kekasih mempertanyakan kesiapannya. Dan tak bosan-bosan ia mengajak Sheila untuk menemui keluarganya. Namun berulang kali pula ditolaknya, dengan dalih kondisinya yang masih lemah."Ada yang bisa dibantu?" tanyanya dengan seum

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Tentang Kehilangan

    "Bagaimana kondisinya?" tanya Sheila yang menunggu Arnes di depan ruang pemeriksaan. Tak lama dari itu, sebuah bangkar pasien didorong keluar dari ruangan untuk dibawa ke tempat lain. Wajah Sheila nampak kebingungan, ia tak tahu apa yang sedang terjadi dan tindakan apa yang tengah Arnes rencanakan untuk pasiennya itu."Kita bicara di kantin!" ajak Arnes yang tahu betul bagaimana perasaan Sheila.Seperti tak punya tenaga untuk menolak, gadis itu mengikuti saja ke mana Arnes membawa. Tubuhnya yang lemah, dituntun oleh sang paman dokter ke dalam lift. Keduanya lebih banyak diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing."Duduklah, aku belikan kopi sebentar!" perintah Arnes yang menunjuk bangku kosong di sepanjang mata memandang.Semakin larut, semakin sepi pengunjung kantin. Semua pasien tengah beristirahat, bersama para penjaganya. Beberapa karyawan juga malas mengunjungi kantin yang berada di puncak gedung. Mereka lebih memilih keluar rumah sakit, sambil menghirup udara segar."Ini untuk

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Mari Berpisah!

    "Kapan kau akan kembali ke Singapura?" tanya Arnes dengan dingin.Tatapannya sama sekali tak mengarah pada wanita cantik yang tengah menyantap sarapannya pagi itu. Jarang-jarang keduanya duduk berdua dengan tenang, tanpa adanya pertikaian. Dan pagi itu, untuk pertama kalinya, Arnes muncul di meja makan untuk menemani sang istri.Sebuah senyum tersungging di bibir Mia. Wanita yang tengah mengandung beberapa minggu itu sama sekali tak bahagia dengan pertanyaan dari suaminya. Ia sudah tahu ke arah mana pikiran Arnes melangkah. Kepergiannya kembali ke Singapura, hanya akan membuat rumahnya menjadi sarang empuk bagi sang suami dan simpanannya bersama."Aku tak akan kembali ke sana," jawabnya dengan santai. Satu suapan roti gandum tanpa isi masuk ke dalam mulutnya dengan sangat anggun. Dilihat dari sisi mana pun, Mia sama sekali tak nampak seperti wanita biasa. Gaya bicara hingga gerak-geriknya menunjukkan bahwa ia lahir dari keluarga yang beradab. Semua itu juga ditunjang dengan tubuh ind

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Hasutan Mia

    "Tadi Ibu Mia kehilangan cukup banyak darah. Namun setelah diberikan pertolongan, kondisinya berangsur stabil."Arnes bernapas lega setelah mendengar penjelasan salah seorang dokter UGD yang baru saja melakukan pengobatan pada istrinya. Tubuhnya sedikit mengendur, sesekali teringat bayang wajah Mia yang tersungkur lemas setelah darah berceceran dari pergelangan tangan yang dilukainya menggunakan pecahan kaca.Tangannya mengisir halus rambutnya ke belakang, berusaha untuk mengatasi kegundahan yang sejak tadi terasa. Jantungnya masih saja berdegup dengan kencang, belum tenang sampai akhirnya bisa melihat wajah istrinya lagi. Namun wanita itu tenga tertidur dan tak diperbolehkan untuk dijenguk, sampai nanti di ruang rawat inap. Dan sebagai seorang dokter yang mengerti dengan semua aturan itu, ia menurut saja.Sayangnya, semua penjelasan dari salah satu juniornya itu tak membuatnya tenang. Tubuh tinggi besar Arnes bergerak mondar-mandir di depan pintu UGD. Pria itu tak peduli walau banyak

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Kita Akhiri Semua

    "Ada apa?" tanya Arnes yang buru-buru berlari ke ruangan Sheila begitu ada pesan masuk dari gadisnya itu.Sheila hanya menggeleng pelan. Ekspresinya sendu, mirip seperti gadis yang baru saja patah hati. Arnes sendiri langsung bisa membaca raut muka dokter cantik yang masih memilih untuk diam."Apa sesuatu terjadi di ruangan Mia?" tanya Arnes lagi.Instingnya mengatakan, ada yang Sheila sembunyikan ketika gadis itu masih di ruangan Mia. Arnes yang baru saja datang setelah mendengar konfirmasi dari dokter terkait kondisi istrinya, tak lagi melihat wajah gadisnya saat kembali ke ruangan. Hanya ada Mia yang masih dalam posisi terlelap."Tidak ada!" jawab Sheila cepat.Wanita itu menarik tangannya ke depan dada, melipat dalam-dalam untuk menutupi semua ketegangan yang mulai terasa. Bibirnya terasa begitu kelu. Semua ucapan Mia yang tadi didengar, berulang kali mengalun dalam kepala. Setiap kalimatnya membuat keputusan Sheila semakin mantap."Aku hanya ingin bicara dengan Paman," katanya di

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Mengasuh Bocah 50 Tahun

    PLAK!Sheila menampar wajah tampan yang selama ini menjadi candunya. Bau alkohol yang menyengat dari mulut Arnes membuatnya mual. Habis sudah kesabarannya menghadapi pria yang selama ini terus-menerus menggodanya untuk kembali ke masa lalu."Apa yang kau lakukan?" tanyanya penuh amarah. "Selama ini aku sudah cukup sabar menghadapi sikapmu yang kekanakan itu! Tapi kau malah seenaknya!" serunya menjadi.Namun pria yang masih terus memegangi pipinya yang kemerahan itu hanya bisa diam memandang wajah cantik yang kini bak singa betina yang siap menerkam siapapun yang mengganggunya. Tatapan manik cokelatnya penuh binar kemarahan, hingga Arnes memilih untuk menunduk dalam.Sheila menyisir rambut panjangnya ke belakang dengan gemas. Ia tak bisa terus memukuli Arnes dan mengusirnya bak anak kecil. Usianya sudah setengah abad. Seharusnya sikap pria itu lebih dewasa darinya yang baru saja menginjak kepala tiga. Bukan malah sebaliknya seperti saat ini."Pulangnya, istrimu tengah hamil dan dia leb

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Mengakhiri Semua Drama

    "Dan kau merahasiakan ini semua dariku?" Arnes bertanya dengan tatapan tajam ke arah manik cokelat kekasihnya. Sesekali diliriknya perut Sheila yang mulai membesar. Tanda-tanda kehamilan tak keduanya rasakan saat bersama terakhir kali. Sehingga pria itu masih tak percaya jika wanita di hadapannya benar tengah mengandung."Aku hanya tak ingin merepotkan Paman!" jawab Sheila dengan penuh penekanan.Semua yang ia lakukan tiada lain karena ingin membantu kekasihnya itu. Semakin Arnes fokus, semakin masalah mereka akan selesai, dan pada akhirnya akan bertemu tanpa ada masa lalu yang perlu diurus. Dengan begitu keduanya akan hidup damai sejahtera, seperti mimpi yang pernah dirajut bersama."Kau boleh menyimpan semuanya, tapi tidak dengan informasi sepenting ini! Apa kau pikir aku tega meninggalkanmu berdua saja menjalani hari dengan kondisi begini? Laki-laki macam apa yang tega membiarkan wanita yang dicintainya menderita, Sheila?" cecar Arnes yang diakhiri dengan adegan menjambak rambutn

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Merindukan Arnes

    "Aku akan kirimkan uang untuk kebutuhanmu sebulan ini. Kau tak perlu khawatir tak ada pasien."Sheila mendengarkan celoteh dan juga nasihat-nasihat Arnes yang tak bisa ia rasakan kehadirannya. Sudah berbulan-bulan lamanya dan ia mulai merasa jengah. Ucapan yang sama selalu ia dengar, mulai dari jaga diri, jangan telat makan dan bergembira.Kata terakhir sungguh menyiksanya. Ia harus hidup tanpa pria yang sudah menghamilinya. Dan yang paling menyebalkan adalah, Arnes belum tahu jika Sheila mengandung. Semua disembunyikan sedemikian rupa hanya untuk membuat fokus sang dokter tertuju pada rumah sakit. Harapannya tentu saja penyelesaian masalah menjadi cepat dan keduanya segera bertemu."Tapi sampai kapan aku harus menunggu di sini?" tanya Sheila dengan nada yang begitu rendah, nyaris tak terdengar.Wanita yang tengah mengelus-elus perutnya yang mulai membesar itu hanya bisa meratapi nasib ditinggal berdua dengan sang bibi, tanpa kejelasan dari sang kekasih. Jangankan mengajak ke pernikah

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Kehidupan Baru

    "Hari ini enggak ada pasien?" tanya Sheila sembari keluar dari ruang praktinya dengan wajah penasaran.Wanita paruh baya yang duduk manis di meja pendaftaran menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan dari sang keponakan. Nina menoleh ke arah teras klinik kecil yang biasanya ramai. Tapi entah mengapa sudah beberapa hari terakhir nampak sepi pengunjung.Sudah beberapa bulan terakhir masyarakat Desa Waduk menghampiri klinik sekaligus tempat tinggal Sheila dan Nina untuk berobat. Hal ini dikarenakan Puskesmas yang letaknya cukup jauh. Jika menggunakan motor saja bisa satu jam lamanya. Itupun belum tentu mendapatkan antrean, karena keterbatasan tenaga kesehatan dan membludaknya pasien yang meliputi beberapa Desa."Tumben ya, Bi?" tanya Sheila sembari mengelus perutnya yang mulai membesar.Nina tersenyum kecut. Wanita berbedan besar itu sebenarnya tahu betul apa yang membuat masyarakat enggan pergi ke tempat mereka. Tapi bibirnya kelu, tak sanggup menjelaskan alasan itu pada Sheila. Ia t

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Pilihan Sulit

    Sheila menatap bayangannya di cermin. Pakaian dan tangannya masih penuh darah, bersama air mata yang mengalir penuh sesal. Tangisnya pecah, menunduk dalam. Tubuhnya bergetar hebat setelah mengalami sekaligus menjadi saksi sebuah kejadian yang tak akan pernah ia lupakan seummur hidup."Sheila!"Suara bariton yang cukup ia kenal memanggil dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya begitu berat untuk bergerak. Tapi ia tetap melakukannya, sembari memutar kenop pintu pelan."Polisi bilang kita sudha boleh pulang," katanya sembari melepaskan jas putih dokter miliknya dan meletakkannya di bahu Sheila. "Aku akan mengantarmu pulang, setelah itu...""Aku ingin ke rumah sakit!" katanya setengah merengek. "Aku ingin tahu kondisi Paman Reno dan Andrew," tambahnya melemah.Entah apakah Sheila masih pantas menyebut dua nama itu ketika semua masalahnya malah membawa kedua orang itu ke dalam derita. Tapi ia hanya ingin melihat dua orang yang kini menjadi korban dari tembakan brutal Mia."Kau tak perlu ke

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Serangan Mendadak

    "Kenapa Paman baru angkat teleponku?" tanya Sheila dengan kesal.Sudah sejak 30 menit yang lalu ia menghubungi pria paruh baya itu. Namun baru kali ini teleponnya dijawab. Rasa khawatir dan panik muncul setelah muncul beberapa video Arnes yang muncul di beranda sosial medianya."Apa yang kau lakukan? Kau ingin hancur sendirian, hah? Apa begini caramu memulai hidup denganku?" cecarnya berapi-api.Sheila belum melihat secara utuh hasil konferensi pers yang baru saja dilakukan paman dokternya itu. Tapi dari potongan-potongan yang beredar saja, ia sudah bisa memastikan bahwa Arnes berniat mengarahkan semua amarah padanya. Padahal kenyataannya tak demikian."Temui aku sekarang atau kau tak akan pernah bertemu denganku lagi!" ancamnya seraya menutup telepon.Emosinya meletup-letup, tak terima dengan semua pernyataan yang tentu akan menghancurkan nama baik Arnes. Padahal selama puluhan tahun ia memupuk rasa percaya pada pasiennya, memberikan pelayanan terbaik, berusaha untuk mengembangkan il

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Perpisahan

    "Jadi kau akan memilih perempuan itu, hah?" Mia memandang ke luar jendela, di mana langit biru dengan terik sinar mentari yang mulai tinggi. Panasnya menjalar ke hati yang kini membara setelah mendengar keputusan sang suami. Sementara jari-jarinuya sudah sejak tadi mencengkeram tas tangan yang sejak tadi ia bawa."Kau benar-benar akan membuang semua yang kau miliki saat ini? Demi dia?" cecarnya memaksa Arnes untuk menjawab pertanyaan itu di depan wajahnya langsung.Pria paruh baya itu memandang wanita cantik yang sampai saat ini tak pernah berubah sejak pertama kali ia temui. Tanda-tanda penuaan mungkin nampak, tapi tak terlalu jelas bagi seorang Mia yang memiliki banyak waktu dan uang untuk mengalokasikan kecantikannya sebagai tujuan utama. Kakinya melangkah maju, mendekati istri yang sudah lebih dari dua puluh tahun menemaninya."Aku tak bisa menjadi Arnes yang terus berada di belakangmu untuk mendapat apa yang dia inginkan. Aku harus berusaha dan sedikit berkorban untuk tahu rasan

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Akhir Sandiwara

    "Pernikahan yang kami jalani, berbeda dari pernikahan kebanyakan," kata Arnes membuka ceritanya dengan sebuah kalimat yang membuat semua mata tertuju kepadanya.Beberapa media semakin mengarahkan kamera ke arahnya. Mulai dari tampak depan, samping kanan dan kiri, semuanya tak lepas dari sorot yang menunjukkan ekspresi wajahnya kini. Kejujuran itu nyata, tanpa ada lagi sandiwara seperti biasa.Para pewarta sibuk menuliskan keterangan penuh kontroversi yang disebutkan oleh direktur sekaligus suami dari pemilik rumah sakit tersebut. Berbagai macam pasang mata menyaksikannya dengan tatapan yang berbeda-beda. Mulai dari mencemooh, sedih, kecewa bahkan marah, hadir di sana.Aula yan dipenuhi dengan banyak orang itu mulai riuh. Ada beberapa pertanyaan yang mereka bisikkan satu sama lain. Namun tak ada satupun dari mereka yang mengangkat tangan untuk bertanya secara langsung kepada Arnes yang mash berdiri tegak di atas panggung. Mereka semua menunggu penjelasan lanjutan yang disampaikan penuh

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Keputusan Besar Arnes

    "Paman!"Sheila bangun dalam keadaan tak ada orang di sisinya. Sinar mentari masuk dari balik jendela yang sudah terbuka. Tapi matanya langsung berkeliling mencari seseorang yang harusnya sejak semalam ada di sana, bersamanya. "Paman!" serunya lagi, berharap pria itu bisa mendengar suaranya yang mulai kencang.Tapi beberapa menit berselang, tak ada tanda-tanda bahwa Arnes ada di sana. Hingga akhirnya Sheila memutuskan untuk bangkit dan bergerak menuju keluar dari kamar. Tujuan utamanya langsung ke arah dapur yang nyatanya kosong melompong."Kok enggak ada?" tanyanya pada diri sendiri.Kakinya mulai menjelajahi setiap sudut di rumah sederhana yang dibangun sang ayah dengan penuh cinta. Mulai dari kamar mandi, kamar tamu sampai halaman depan. Namun tak ada tanda-tanda kehadiran Arnes di sana. Bahkan mobil pria itupun tak nampak.Sheila mulai mengerutkan kening. Tangannya memutar-mutar ponsel yang sejak tadi diam tanpa suara. Tak ada tanda-tanda akan ada pesan atau telepon masuk dari sa

  • Terjerat Cinta Paman Dokter   Rencana Rahasia

    "Jangan bergerak!" seru Sheila yang masih sibuk dengan kegiatannya mengobati seorang pasien yang nyatanya begitu menyebalkan.Sudah hampir setengah jam Sheila berkutat dengan obat-obatan dan tak ada tanda-tanda akan segera selesai. Kali ini pasiennya terlalu banyak mengeluh, menolak dan mengelak setiap kali ia mendekatkan kapas ke arah lukanya."Kapan aku bisa selesai kalau Paman terus begini?" gerutunya kesal.Arnes memanyunkan bibir, tak suka ketika gadisnya mulai memarahi dirinya yang tentu lebih tua banyak tahun dari Sheila. Sementara tak ada tatap mengalah dari manik cokelat yang terus melotot tajam. "Kalau enggak cepat diobati nanti jadi berbekas, belum lagi kalau infeksi, terus..."CUP!Arnes memberikan sebuah kecupan yang akhirnya mampu membuat Sheila berhenti mengoceh. Itu adalah satu-satunya cara yang ada dalam kepalanya. "Kau tak lupa kalau aku juga seorang dokter, kan?" tanyanya merasa dipermainkan.Namun dengan wajah galak, Sheila melipat kedua tangannya di depan dada. I

DMCA.com Protection Status