Setelah perdebatan panjang akhir nya Adaline ikut pulang ke rumah Ethan yang bernuansa klasik
“Masuklah ini rumah ku!” ucap Ethan pada Adaline.
Adaline melihat ke sekeliling nya dengan tatapan bossy nya. Dalam hati nya sebenarnya Adaline tidak terlalu peduli seperti apa bentuk rumah si Ethan. Tapi karena hati nya dongkol di suruh pulang ke rumah Ethan maka nya tatapan nya jadi tidak suka begitu.
“Kau bisa menggunakan kamar yang itu.” Ujar Ethan.
“Lalu kamar mu yang mana?” tanya Adaline mendadak.
“Kamar ku di lantai atas.” Ujar Ethan.
Adaline pun melihat ke sekelilingnya. Sejauh mata Adaline memandang, Adaline sama sekali tidak melihat ada orang lain di dalam rumah itu selain diri dan Ethan. Mendadak Adaline teringat dengan kejadian yang menimpa nya beberapa jam yang lalu.
“Bukan nya aku ingin tidur di satu tempat dengan mu, hanya saja kalau kamar kita sejauh itu aku merasa tidak safe! Aku tidak mau ambil resiko!” Ujar Adaline.
Ethan mendengus kesal, “Jadi maksud mu kau ingin tidur satu kamar dengan ku?!”
“Ide yang bagus! Aku tidak keberatan! Aku tidur di atas ranjang sementara kau bisa di kursi atau tidak lantai. Terserah pada mu! Di langit-langit kalau memungkin kan juga boleh!” balas Adaline seenak jidat nya.
Ethan pun hanya melirik Adaline dengan tatapan jengkel nya tanpa mengatakan apapun.
“Oke! Biar adil, kita tidur disini saja. Aku akan tidur di sofa ini! dan kau tidur di sofa itu.”Tunjuk Adaline ngeboss dan mengatur sesuka hati.
Ethan pun akhir nya hanya bisa menuruti apa yang Adaline inginkan. Dalam hati Ethan berharap bos nya mengangkat telpon dari nya dan membawa gadis menyebalkan ini jauh- jauh dari nya. Karena baru sebentar saja gadis ini bersama nya, darah nya sudah naik turun berkali- kali.
Hanya saja seperti nya darah Ethan masih akan naik turun semalaman ini sebab ternyata sikap menyebalkan Adaline tidak hanya sampai disitu.
“Kau punya bantal Ethan? Apa bisa kau ambilkan aku bantal. Bantal kecil ini, hhmm.. aku tidak terlalu terbiasa.” Ujar Adaline.
Ethan menarik nafas dalam dan membuang nya dengan perasaan jengah. “Tunggu disini. Akan aku ambilkan.” Ucap Ethan, yang melakukan ini semua demi nama baik bos nya. Bagaimana pun gadis yang menyebalkan ini adalah anak sahabat bos nya. Jadi mau tidak mau dia harus melayani nya dengan baik.
Ethan pun berjalan ke lantai atau untuk mengambil apa yang Adaline minta.
Tak lama kemudian Ethan pun kembali turun dengan membawa dua bantal. Satu untuk diri nya dan satu untuk si gadis menyebalkan.
“Ini.” Ujar Ethan dengan perasaan antar ikhlas dan tidak. Setelah itu meletakan bantal untuk diri nya di atas sofa yang akan menjadi tempat tidur nya malam ini.
“Hemmm...” Jawab Adaline, dan sekali lagi tidak mengucapkan terima kasih pada Ethan.
Adaline meletakkan bantal itu di dekat lengan sofa. Setelah itu dia membaringkan badan nya. Adaline memutar tubuh nya ke kiri kemudian memutar lagi tubuh ya ke kanan. Tapi entah mengapa terlihat dia sangat tidak nyaman.
“CKkk...” Desis nya kesal dan langsung duduk, kemudian melihat ke arah Ethan yang terlihat sedang sibuk dengan handphone nya.
“Heei... heei!” Panggil Adaline yang sungguh jauh dari kata sopan.
Ethan yang sudah paham dengan cara Adaline memanggil diri nya, dengan terpaksa mematikan handphone nya dan menoleh pada Adaline.
“Hmm.. ada apa?” Tanya Ethan yang merasa benar-benar terganggu me time nya oleh Adaline’
“Aku tidak bisa tidur tanpa selimut.” Ujar nya.
Tanpa memberikan jawaban, Ethan bangkit dan pergi ke kamar nya dan mengambil dua helai selimut. Satu untuk nya dan satu untuk Adaline.
“Ini,” Ethan menyerah sebuah selimut tebal pada Adaline.
“Oo.. Tadi aku lupa bilang, aku juga butuh bantal guling.” Ucap Adaline, membuat Ethan sakit kepala.
“Tempat tidur? AC?? Meja hias? Kamar mandi? Apa tidak sekalian kau minta aku bawa kan ke bawah?” Ketus Ethan.
“Untuk saat ini tidak!” jawab Adaline cuek.
Ethan mendengus kesal sembari menatap jemu pada gadis di depannya. Setelah itu Ethan melihat ke arah handphone nya kembali sambil mendumel pelan. " Bos ku ini kemana??!!”
Keesokan pagi nya...
Ethan menekan kembali nomor bos nya untuk kesekian kali nya tapi tetap saja bos nya tidak mengangkat telponnya. “ Hufff!! Telpon ku pun tidak di angkat oleh nya!!!" seru Ethan dengan pandangan jengah yang tanpa sadar malah dia arahin ke gadis menyebalkan di depan nya di depannya.
"Kenapa kau selalu melihat ku dengan tatapan buruk seperti itu!" Ketus Adaline White yang baru saja bagun.
Demi stabilitas otak nya, Ethan pun memutuskan untuk menjauh dari tempat itu meski sesekali Ethan tetap saja melirik ke Adaline. Dengan semua perasaan kesal pada Adaline ia pun kembali berusaha menelpon bos nya lagi. "Kenapa aku harus berurusan dengan gadis labil ini sih?" gumam Ethan dalam hati.
"Kenapa kau terus melihat ke arah ku?" ketus Adaline lagi, yang jadi risih sendiri karena Ethan terus-terusan melihatnya.
Ethan yang memang tidak terlalu bisa berkomunikasi dengan kata-kata, akhirnya memutuskan untuk mengacuhkan Adaline. Dia hanya memalingkan muka nya ke arah lain. Ethan tidak mau nanti akhirnya dia jadi salah ngomong, dan darah tinggi nya kambuh.
"Mr. Sean ini kemana sih??" Seru Ethan dengan suara pelan. Berkali-kali ia menelpon bos nya, tapi tak kunjung di angkat oleh sang bos.
Ethan pun menghela nafas kasar. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada bocah menyebalkan di dekat nya ini. Mau dia abaikan, tapi bocah ini adalah putri dari teman Bos nya yang baru saja mendapatkan serangan brutal tadi malam. Mau di ladeni, tekanan darah nya naik! Sungguh sebuah pilihan yang sulit.
Satu- satu nya hal yang bisa Ethan lakukan adalah menelpon bos nya. Meski sampai saat ini hasil nya tetap sama, telpon itu tidak kunjung juga di angkat oleh sang bos.
Tapi Ethan menyadari kalau dia tidak boleh menyerah saat ini. Bagaimana pun cara nya, ia harus bisa berbicara dengan bos nya untuk melaporkan penyerangan di rumah nyonya Whote semalam.
"Comeee On Mr. Sean !! Angkat!!" Gumam Ethan dengan suara kecil. Dan setelah menunggu cukup lama, akhirnya panggilan itu tersambung.
"Hallo Ethan...." Sapa Mr. Sean begitu telpon itu ia terima.
"Huff.. akhirnya aku bisa bicara dengan mu Mr. Sean," Ujar Ethan, yang tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
Heem.. ada apa?" Tanya Mr. Sean.
"Mr. Sean, nyonya White kemarin malam terjadi penyerangan di rumah nya." lapor Ethan, dengan nada serius.
"Apa? Lalu bagaimana keadaannya?" Ulang Mr. Sean tidak percaya kalau akan ada orang yang sanggup mencelakai wanita sebaik Nyonya White.
"Nyonya White diserang di kediamannya tadi malam Mr. Sean. Semua bodyguard nya tewas. Aku tidak tahu mengenai hal itu Mr. Sean. Yang aku tahu, dia mencoba menghubungi mu saat ia berada dalam keadaan kritis, tapi kau tidak mengangkat telponnya. Itulah mengapa dia akhirnya menelpon ku." Ethan menjelaskan semua nya pada bos nya.
Mr. Sean kembali menarik nafas dan menghelanya dengan berat dan mengusap kasar wajah nya.
"Jadi kau menelpon ku berkali-kali karena nyonya White?" Seru nya penuh penyesalan.
"Benar Mr. Sean." Jawab Ethan.
Ethan dapat mendengar Mr. Sean menghela nafas berat. Sepertinya, bos nya itu sangat sedih mendengar kabar kalau sahabat nya di serang.
"Sewaktu aku tiba di sana, nyonya White sudah dalam keadaan kritis. Dan aku sudah membawa nya ke rumah sakit untuk segera di tangani. Namun saat ini aku sudah tidak di rumah sakit lagi Mr. Sean. Aku sudah di rumah. Aku rasa akan lebih aman jika putri nya nyonya White aku bawa pulang ke rumah. Sementara di rumah sakit aku minta beberapa orang untuk menjaga nyonya Whitee. Dom juga berada di sana.." tambah Ethan
"Ethan terima kasih karena kau sangat sigap dalam mengatasi masalah ini.." ucap Mr. Sean dengan suara berat nya.
"Bukan masalah besar, Mr. Sean." jawab Ethan.
"Lalu pelaku nya, apakah kau sudah menemukan pelaku penyerangan terhadap Nyonya White?" Tanya Mr. Sean khawatir.
Ethan pun menjelaskan lebih rinci lagi segala informasi yang telah ia dan anak buah nya gali semalam. Ternyata semalam Ethan sibuk dengan handphone nya karena ia sibuk memerintahkan anak buah nya mencari informasi mengenai penyerangan di rumah nyonya White.
Setelah berbicara panjang kali lebar, Ethan pun teringat sesuatu.
"Dan selain itu, Mr. Sean. Nyonya White juga menitipkan anak nya pada mu. Sebab saat ini tidak ada orang lain yang bisa dia percaya selain diri mu untuk menjaga nya ." Karang Ethan demi dapat menyingkirkan Adaline dari hadapan nya.
" Ethan, kau tahu sendiri kan, aku ini tidak terlalu menyukai anak-anak, kecuali anak-anak ku kelak." Tolak Mr. Sean halus. Sebenarnya Mr. Sean tahu, nyonya White tidak memiliki anak usia dini. Satu-satunya anak nyonya White hanya Adaline seorang. Dan umur Adaline sudah pasti tidak lima tahun.
Alasan lain Mr. Sean tidak ingin menjaga Adaline karena sepengetahuan Mr. Sean Adaline adalah sosok yang menyebalkan. Dia adalah seorang gadis bossy yang dengan sikap arriogan nya yang membumi dan melangit. Mr. Sean sungguh tidak ingin berurusan dengan gadis manja ini.
Jadi demi menyelamatkan diri nya sendiri, Mr. Sean merasa lebih baik Ethan saja yang mengurusi gadis ini.
"Tapi Mr. Sean, aku juga tidak bisa mengurusi bocah super menyebalkan seperti dia. Baru satu malam saja dia tinggal di rumah ku, dia sudah membuat ku sakit kepala luar biasa Mr. Sean !!" Tolak Ethan penuh penekanan disetiap kata-kata nya.
"Aku yakin kau bisa Ethan." Ucap D dengan mudah nya.
"Tidak ! Aku tidak bisa. Lagi pula Nyonya White menitipkan nya pada mu. Jadi kau yang harus menjaga nya Mr. Sean ." Tolak Ethan sekali lagi.
"Siapa atasan mu saat ini Emmanuel Ethan ?" Tanya Sean dengan nada suara yang terdengar bossy.
Mr. Sean memang Senang memanggil Ethan dengan Emmanuel Ethan karena Emmanuel adalah nama kucing nya Mr. Sean yang kelakuan nya sama cuek nya dengan Ethan. Sebenarnya Mr.
"Atasan ku sudah jelas adalah diri mu Mr. Sean, but I can't ... Adaline White ini sungguh gadis yang menyebalkan !!" Sungut ETHAN
"Woooww... Ternyata dia adalah seorang gadis? Bukan nya tadi kau mengatakan kalau dia adalah seorang bocah?” Bak tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengompori Ethan, Mr. Sean pun mulai memanas-manasi Ethan.
"Ck! Ah, masa mantan seorang pembunuh bayaran kalah menghadapi seorang gadis remaja?" Mr. Sean terus mengompori Ethan.
"Kalau kau meminta aku untuk membunuh nya maka itu akan sangat mudah bagi ku untuk mengabulkan nya. Tapi kalau kau minta aku untuk menjaga nya, sungguh Mr. Sean, aku tidak bisa. Aku sedang tidak ada niat membuka PAUD!" Tolak Ethan untuk kesekian kali nya.
"Aku hanya meminta mu menjaga nya untuk sementara ini Ethan. Ya, paling tidak sampai kita tahu siapa dalang di balik penyerangan terhadap nyonya White." seru Sean.
"Tapi Mr. Sean -?"
"Cih!! Kau ini kenapa Emmanuel Ethan? Apa jangan-jangan kau takut pada seorang gadis?" sindir Mr. Sean .
"What?! Are you kidding me Mr. Sean ?!" Seru Ethan merasa harga dirinya sebagai mantan pembunuh bayaran ternistakan oleh ucapan Sean .
"Maksud ku, jangan-jangan kau takut jatuh cinta pada gadis ini. Haha" Mr. Sean tertawa puas telah berhasil menyentil pengawal pribadinya yang sedingin batu es itu.
"Itu tidak lucu Mr. Sean. Semenjak kau menikah sikap mu semakin aneh." Balas Ethan menyindir.
" Ethan, kau sudah berani membalas kata-kata ku seperti nya."Ujar Sean dengan suara berat nya
"Siap tidak Mr. Sean ."Jawab Ethan cepat.
"Nah, untuk sementara seperti itu saja. Kau bantu Adaline dan ibu nya. Lalu selidiki kasus ini dan lapor kan pada ku setiap perkembangannya. Dan ya ....satu lagi, lindungi Adaline White ....Mana tahu dia adalah jodoh mu." ucap Mr. Sean sambil tertawa dan langsung mematikan telepon itu.
***
Ethan berdecak kesal saat Bos nya mematikan telpon itu begitu saja. Kekesalan Ethan semakin bertambah saat melihat wajah Adaline yang yang bossy.
Dalam hati, Ethan sudah berprasangka buruk terhadap Adaline. Pasti gadis ini tidak lebih dari seorang gadis manja yang akan merepotkannya.
"huuuff! Come on, Ethan Ini hanya untuk satu hari saja! Besok semua akan kembali membaik." Ujar nya menyemangati diri nya sendiri.
"Kamu mau kemana? Tolong kau antarkan aku ke rumah sakit!." Perintah Adaline pada Ethan.
“Rumah sakit ibu mu sudah aku pindahkan.” Jawab Ethan dengan wajah datar nya.
“Kalau begitu, antarkan aku ke rumah sakit tempat dimana mommy ku di rawat saat ini.” Ujar Adaline lagi.
“Tidak bisa.” Jawab Ethan yang bahkan lebih singkat dari jawaban Ethan sebelumnya.
“Kenapa? Kenapa kau tidak mau mengantarkan ku ke tempat mommy ku di rawat?? Kau tahu kan kalau mommy ku sedang berjuang hidup dan mati saat ini sendirian di sana? Kenapa kau malam melarang ku!” Sembur nya sangat marah pada Ethan.
“Karena ibu mu sedang berjuang hidup dan mati di sana lah maka aku tidak ingin kau pergi. Aku tidak ingin orang-orang yang mencari mu dan ibu mu mengetahui kalau ibu mu di rawat di rumah sakit itu. Sebab saat ini, keberadaan ibu mu di rumah sakit itu sedang aku rahasiakan.” Ujar Ethan.
Adaline terdiam mendengarkan penjelasan Ethan. Dia memang tidak tahu kalau ibu nya telah di pindahkan ke rumah sakit lain. Dan keberadaan ibu nya di rumah sakit itu saat ini tidak ada yang mengetahui. Dan semua hal itu ternyata pria berwajah es ini lakukan untuk melindungi ibu nya Adaline.
“Baiklah kalau begitu.” Ucap Adaline pelan dan tidak lagi memaksa Ethan untuk mengantarkan nya ke rumah sakit.
Adaline melihat sepintas ke Ethan lalu setelah membulatkan tekad nya Adaline pun berkata kembali,” Kalau begitu, antarkan saja aku bertemu dengan Mr. Sean. Aku ingin bicara hal yang penting dengan nya.”
"Tidak bisa ! Mr. Sean tidak bisa menemui mu sekarang. Dia masih ada urusan penting." Ujar Ethan dengan tetap mempertahankan ekspresi wajah nya yang datar. "Mungkin besok dia baru bisa bertemu dengan mu. Jadi untuk hari ini kau bisa istirahat di rumah ku.” Lanjut Ethan.
“Dan ya, setelah kita sarapan aku akan mengantarkan mu ke hotel. Aku sudah meminta anak buah ku untuk mencarikan sebuah hotel dengan tingkat keamanan yang tinggi untuk mu. Selain itu, kau juga akan dijaga oleh anak buah ku. Sehingga kau tidak perlu bersusah payah tidur di sofa seperti tadi malam.” Tukas Ethan.
Ethan melirik ke arah Adaline dan dalam hati Ethan berdoa,"semoga dia lebih memilih untuk tinggal di hotel dari pada ke rumah ku!" Ethan terus memanjatkan doa nya. Sebab kalau sampai Adaline lebih memilih rumah nya dari rumah sakit maka sudah pasti Ethan akan selalu di repotkan oleh Adaline setiap hari nya sampai masalah Adaline ini teratasi.
"Apa hotel akan se-aman rumah mu?" Tanya Adaline, lalu turun dari sofa tempat dia tidur tadi dan menempatkan dirinya tepat di depan Ethan.
Karena Adaline tiba-tiba berhenti di depannya, Ethan menjadi kaget dan spontan melangkah ke belakang.
"Entahlah .. Yang pasti semua nya seperti yang telah aku katakan tadi." Jawab Ethan gugup, mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
"Kalau kau saja tidak bisa memastikan nya, maka sebaiknya aku istirahat di rumah mu saja sampai semua masalah ini selesai." Sebut Adaline seenaknya, lalu berlalu dari Ethan yang masih diam di tempatnya.
"Oh Iya! Aku lapar." Seru Adaline yang tidak ada segan nya sama sekali dengan Ethan, padahal jelas-jelas semalam Adaline melihat bagaimana Ethan menghabisi semua orang yang membunuh semua orang jahat itu tanpa terlihat oleh mata telanjang manusia.
“Semoga hari ini dia tidak merepotkan ku.” Gumam Ethan pelan, mengikuti Adaline dari belakang.
***
Ethan dan Adaline pun beranjak menuju dapur Ethan.
Sama seperti tadi malam, suasana rumah Ethan sangat lah sunyi. Dia memang jarang meminta anak buah nya untuk masuk ke wilayah pribadi nya.
Anak buah Ethan hanya masuk untuk kepentingan penting saja misal nya seperti semalam. Semalam Ethan meminta anak buahnya untuk mempersiapkan berbagai jenis makanan dan minuman untuk Adaline. Hal ini Ethan lakukan agar diri nya tidak kerepotan dengan Adaline pasti nya.
Sesampainya di dapur nya Ethan
“Kalau kau ingin makan, semua nya sudah ada di atas meja makan. Kalau kau mau istirahat, kau bisa gunakan di kamar itu atau kau bisa kembali ke sofa yang tadi.” Terang Ethan pada Adaline sebab sebenarnya dia kabur sebentar dari biang sakit kepala nya itu.
“Tapi aku tidak biasa makan sendirian.” Ucap Adaline, kembali membuat ulah.
“Kalau begitu, kau bisa makan sambil menelpon teman mu!” celetuk Ethan yang ingin mengakhiri percakapannya dengan Adaline secepatnya.
“Aku tidak punya teman.” Jawab Adaline sambil menyilangkan tangannya di dada.
“Ck.. sudah ku duga!” seru Ethan, keceplosan bicara.
“Aku tidak punya teman, karena memang tidak ada yang satu level dengan ku.” Ketus Adaline, memandang Ethan dengan tatapan sombong nya.
“Jadi, mau tidak mau kau harus menemani ku makan malam.” Ujar Adaline.
"Ethan tenang lah! Ini hanya lah sebuah cobaan Ethan!! C-O-B-A-A-N!!" ujar Ethan pada dirinya sendiri, penuh penekanan.
Karena tidak ingin membuang -buang waktu berharga nya untuk berdebat dengan Adaline, akhirnya Ethan setuju untuk duduk di sana menunggui Adaline makan di ruang makan.
Adaline pun makan dengan hikmat, sementara Ethan sibuk dengan handphone nya. Tidak memperhatikan Adaline sama sekali.
Adaline sesekali melihat pada Ethan, yang terlihat terlalu sibuk menscrol dan mengklik sesuatu di layar handphone itu.
“Pria ini sebenarnya sedang apa? Kalau dikatakan dia sedang bekerja? Mana mungkin dia bekerja. Secara sedari tadi aku lihat hanya scroll layar lalu sesekali menuliskan sesuatu.” Pikir Adaline dalam.
“Apa dia sedang baca berita? Tapi kenapa tadi aku sempat melihat dia senyam senyum sendiri?” Gumam Adaline dalam hati yang semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya Ethan lakukan.
“Aku akan cek sendiri dia sedang ngapain? Secara dia kan seharusnya totalitas menjaga ku! Kenapa malah sepertinya dia malah sibuk dengan hal yang lain? Atau jangan-jangan dia sedang chatting dengan pacar nya?” Adaline menyipitkan mata nya, melayangkan pandangan tajamnya pada Ethan.
“Ehmmm Ethan, tolong buatkan aku jus.” Pinta nya yang sebenarnya hanyalah akal-akalanya semata agar Ethan pergi dan meninggalkan handphone itu di atas meja.
“Itu di sebelah mu. Kau tinggal pilih ingin jus rasa apa.” tunjuk Ethan dengan mulutnya tanpa menoleh pada Adaline.
Adaline pun melihat ke sebelahnya. Dan benar saja, di sana ada sebuah kulkas besar yang isinya ada beraneka ragam jus dalam cerek kecil yang terbuat dari kaca.
“Dia ini gila atau memang hidup sehat? Ngapain menyiapkan jus sebanyak ini?” Adaline jadi membatin sendiri setelah melihat beraneka ragam jus di dalam kulkas dengan kaca transparan itu.
“Heem.. aku lupa sesuatu. Aku ingin sambal tomat Ethan. Bisakah kau mengambilkannya untuk ku?” pinta Adaline lagi.
"Aku tidak menyerah untuk membuat mu meninggalkan handphone itu." Gumam Adaline dalam hati.
“Buka saja laci di dekat kaki mu! Segala jenis sambal ada di sana.” Jawab Ethan lagi, membuat Adaline mengumpat sendiri dalam hati sebab apa yang ia minta kembali bisa Ethan berikan tanpa harus menggeser pantat Ethan sedikit pun.
“Kalau kerupuk?” tanya Adaline yang sudah mulai Bete.
“Ada di belakang saus.” Jawab Ethan, cepat.
Adaline mendengus kesal lalu kembali bertanya benda yang lain pada Ethan.
“Aku ingin bon cabe.” pinta Adaline, berikut nya
“Di laci, di sebelah kiri mu.” jawab Ethan.
“Aku ingin garam.” Sebut Adaline lagi.
“Di belakang bon cabe.” Jawab Ethan tidak kalah cepatnya.
“Pepaya?” tanya Adaline lagi.
“Di dalam kulkas, di dalam tuperwear hijau.” Jawab Ethan.
“Semangka!” tanya Adaline berikutnya.
“Di bawah tuperwear pepaya!” Jawab Ethan.
“Sirsak?”
“Di bagian bawah sekali, di dalam kulkas.” Terang Ethan.
“Anak Gorila?” pinta Adaline yang sudah saking kesalnya karena semua yang ia minta ada.
“Ada di taman samping rumah ku.” Jawab Ethan cuek lalu menoleh ke arah Adaline dengan tatapan datar.
“Apa perlu anak gorila nya aku ajak makan bersama dengan mu?” cetus Ethan masih dengan tatapan datarnya.
“Tidak perlu! Aku sedang makan dengan bapak nya!” Seru Adaline, yang tidak jadi makan dan langsung masuk ke kamar yang di tunjuk oleh Ethan tadi.
“Huft!! Dasar pengganggu!” sungut Ethan, yang kembali meneruskan membaca novel dari penulis kesayangannya, KAK UPE.
“Astaga!! Kenapa ini malah tidak ada lanjutannya??” gerutu Ethan kesal, sebab sedang asik-asiknya membaca malah bersambung. Padahal Ethan sangat suka dengan novel yang berjudul My Death Angel karangan kak Upe itu.
Dengan cepat Ethan pun menuliskan sesuatu di kolom komentar di aplikasi Novel toon itu. “ CRAZY UP DONG KAK UPE!!!!!!!”
Setelah menuliskan pesan itu, Ethan pun kembali ke kamar nya. “Mending lanjut baca di kamar!” Serunya, dan beranjak pergi.
Hari sudah beranjak siang saat pintu kamar Ethan di ketuk dari luar. ETHAN pun bangun dengan malas dari tempat tidur."Kenapa lagi sih nih bocah?!!!" seru Ethan yang sudah tahu siapa orang yang mengetuk pintu kamarnya siang- siang begini.Ceklek....Ethan membuka pintu kamar dengan wajah juteknya."Hmmm...." Ucapnya yang literally benar- benar hanya hmmm saja."Aku lapar." Sebuat Adaline sambil memegang perutnya."Di bawah kan masih makanan! Lau tinggal makan." Ujar Ethan, lalu dengan cepat ingin menutup pintu itu. Dalam pikiran Ethan siapa suruh tadi tidak makan. Dan kalau sekarang minta makan maka dia sudah malas mengurusi nya."Tapi tidak ada yang menenami ku!." tahan Adaline, lebih cepat dari pada AD.Ethan mendengus kesal. Karena apa harus setiap kali Adaline makan, Ethan harus menemani nya? Menurut Ethan selain itu sangat manja, itu juga hanya akan membuang-buang waktu nya.Namun sekali lagi, tentu saja Ethan kembali tidak dapat menolak nya sebab ADALINE ADALAH TAMU TITIPAN BOS
Hari sudah cukup sore saat Ethan sudah sampai mengantarkan sang bos berserta istri ke Villa milik sang bos. “Aku rasa sebaiknya aku pulang. Aku takut terjadi apa-apa pada Adaline. Secara kan dia juga adalah tanggung jawab ku.” Seru Ethan, pelan. Ethan pun menuju ke tempat para anak buahnya berjaga, dan menegaskan kembali apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Sebelum pulang, Ethan melihat kembali keadaan Villa dengan seksama. “apa dia akan baik-baik saja disini dengan pengawalan Dom?” ucap Ethan pada dirinya sendiri, karena mengkhawatirkan keselamatan Mr. Sean beserta istri. Tapi sesaat kemudian Ethan teringat perkataan bos nya pada nya, bahwa sang bos sengaja menempatkan Ethan untuk menjaga Adaline White agar Ethan punya waktu untuk liburan di rumah. Selama ini Ethan selalu mengikuti kemana pun Mr. Sean pergi, sehingga dalam penglihatan Sean, Ethan tidak punya waktu me time sedikit pun. “Baiklah kalau begitu. Semoga aku benar-benar bisa berlibur jika aku berada
Ethan meraih handuk nya dan mengeringkan tubuh nya yang basah kuyup karena mencoba menyelamatkan bocah itu. "Lekaslah keluar dari bathtub itu, kau bisa masuk angin jika berlama-lama berendam di sana." Ucap Ethan dengan suara datar nya, berpura-pura kalau diri nya baik - baik saja saaat ini. Padahal asli nya, jantung Ethan pun berdetak sama kerasnya dengan Adaline saat ini. Bahkan kalau bisa jantung Ethan ingin melompat keluar dan menghampiri jantung Adaline, yang kompakan berdetak kencang. Ethan meletakkan tangannya di dada. Dia merasa ada yang tidak beres di dalam sana. "Apa ini efek karena aku terjatuh tadi? Heem..aku rasa aku harus segera memeriksa diri ke dokter." gumam Ethan pada diri nya sendiri. "Aku harus menelpon dokter pribadi nya dan meminta nya datang." Ujar Ethan dalam hati. Ethan pun akan beranjak pergi namun baru selangkah Ethan melangkah Adaline memanggil nya. "Heem...Ethan." Panggil Adaline, membuat detak jantung Ethan semakin cepat. "Apa lagi ini Tuhan??" Ser
“Hufft.. kemana dia? Apa dia masih di luar?!” Seru Adaline yang ragu-ragu untuk keluar sebab saat ini dia hanya mengenakan handuk saja. Secara pakaiannya basah total karena cipratan air saat dia dan Ethan jatuh ke dalam bathup.Adaline mengelus-elus kedua lengannya. Mungkin karena ia baru saja selesai bermain air maka nya suhu yang sudah dingin di kamar Ethan terasa semakin dingin di kulit nya.“Aku harus bagaimana sekarang?” ujar Adaline, yang masih belum bisa memutuskan untuk keluar atau tidak.Adaline ingat di rumah itu sebenarnya ada banyak anak buah Ethan, hanya saja tidak semua dari mereka yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh Ethan.Itu lah mengapa hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di dalam rumah itu sejak Adaline tiba di sana.Tapi ya tetap saja! Mau di luar ataupun di dalam, mereka semua laki-laki. Dan satu-satunya wanita di rumah itu hanyalah Adaline seorang. Tentu saja hal ini tetap membuat Adaline merasa was-was.“Keluar? Tidak?” ujar nya, berpikir keras.
“Apa sampai sekarang kalian masih belum bisa menemukan Adaline?” seru Beldiq White pada anak buah nya.“Maaf tuan White, sampai saat ini kami masih belum bisa menemukan keberadaan nona Adaline.” Lapor nya.“Bodoh!! Bodoh kalian semua!! Apa saja kerja kalian! Sampai anak ingusan itu bisa lolos dari misi kalian!” Bentak Beldiq, sangat murka sebab Adaline yang menjadi target utama nya malam itu lolos.“Beldiq sayang, tenang lah dulu. Jangan sampai tekanan darah mu naik karena ini.” Ujar Jenny yang merangkap pacar sekaligus sekertaris Beldiq.“Aku tidak akan bisa tenang sayang, selama aku belum tahu di mana keberadaan putri tiri ku itu!” Seru Beldiq.“Aku harus yakin seratus persen dia mengikuti jejak ibu nya ke dunia lain, baru setelah itu aku bisa tenang. Tenang menguasai semua harta peninggalan ibu nya. Terutama perusahaan itu!! Aku membutuhkan perusahaan itu untuk tempat bisnis ku!!” Lanjut Beldiq yang mengira kalau Ainsley telah meninggal.“Kalau dia masih tidak dapat diketahui rimba
“Hallo Mr. Sean........” Sapa Adaline.“Hai.. Adaline, bagaimana kabar mu? Ethan mengatakan pada ku kalau kau tadi pingsan.” Ucap Mr. Sean, meresepon sapaan Adaline.“Benar, tapi saat ini aku sudah baik-baik saja.” Jawab Adaline.“Bagus lah kalau begitu...” jawab Mr. Sean, terdengar sangat ramah.“Sean.. I mean, Mr. Sean.. bisa kah aku meminta bantuan mu untuk sesuatu?” tanya Adaline.“Katakan saja Adaline. Kalau aku bisa membantu mu maka akan aku bantu.” Jawab Mr. Sean.“Apa aku boleh meminjam Ethan untuk satu bulan ini?” Ucap Adaline, terdengar ragu.“Kau ingin apa?” Tanya Mr. Sean sedikit tidak yakin dengan pendengarannya.“Hmmm... Apa boleh aku meminjam Ethan untuk menjadi pengawal ku?” Ulang Adaline sekali lagi.“Kau bermaksud meminjam Ethan untuk menjadi pengawal mu? tapi untuk apa?” tanya Mr. Sean lagi.Adaline menarik nafas nya sejenak lalu mulai menceritakan rencana nya pada Mr. Sean. Adaline memang belum pernah bertemu langsung dengan Mr. Sean. Tapi satu hal yang pasti, Adal
“Misi mu adalah menjadi suami Adaline White selama sebulan. Bagaimana menurut mu? Sebuah misi yang seru Dan luar biasa kan???” Ujar Mr. Sean terdengar seperti mengucapkan hal yang biasa-biasa saja.Padahal barusan dia baru saja memerintahkan Ethan secara tidak langsung untuk menikah dengan Adaline. Walaupun pernikahan itu hanya untuk sebulan saja. Tapi tetap saja itu adalah sebuah pernikahan.“Whats?!” Seru Ethan shock setengah mati mendengar misi yang baru saja Mr. Sean berikan untuk nya.Dari sekian banyak misi di luar nalar yang Mr. Sean berikan pada nya selama ini, Ethan merasa ini yang paling tidak masuk akal. Dan sebanyak apapun Ethan berpikir, otak nya tetap tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh Mr. Sean barusan sebagai sebuah misi.“Apa bos ku mulai gila?” batin Ethan.“Bagaimana Ethan?” Ulang Mr. Sean bertanya. Benar-benar tidak merasa kalau dia telah mendzolimi pengawal pribadi nya.“Mr. Sean, kau saat ini ada di mana?” tanya Ethan, tidak menjawab sama sekali pertanyaa
Ke esokan hari nya, matahari pun bersinar cerah hari ini, secerah senyum yang menghiasi wajah Adaline pagi ini.“Kau sudah siap?” tanya Ethan dari ujung pintu kamar nya.Ya.. Ethan dan Adaline memang tidur sekamar hanya saja tidak seranjang. Ethan tidur di sofa sedangkan Adaline tidur dengan nyaman di atas ranjang Ethan.“Ya, tentu saja.” Jawab Adaline yang terlihat sangat berbeda pagi.Jika di hari-hari biasanya Adaline terkesan tampil biasa – biasa saja tanpa polesan make up di wajah nya, hari ini Adaline tampil dengan tampilan sangat paripurna.Ethan yang melihat nya bahkan sempat pangling untuk sesaat.Pagi ini Adaline tidak terlihat seperti bocah yang belum matang yang ia temui selama ini. Adaline tampil bak wanita dewasa yang siap menghadapi kejam nya dunia.“Hem.. Kalau begitu ayo.” Ajak Ethan.Ethan terus menatap Adaline saat Adaline akan keluar dari kamar. Dalam hati nya Ethan berkata, “Untung saja aku memilih memakai jas tapi. Sempat aku memilih berpakaian unformal.. penampi
"Sayang, apa yang sebenarnya dilakukan oleh putra mu? Ini tidak mau! Itu tidak mau! Di jodohkan dengan si A, dia nolak. Aku benar-benar pusing." amuk Olivia begitu Samuel pulang dari Perancis."Kau ini kenapa sayang? Suami pulang bukannya di cium malah di omeli." Dengan penuh kasih sayang Samuel menarik lembut tangan istrinya untuk duduk bersama nya di sofa."Menurut mu apa lagi coba yang membuat ku ngomel-ngomel tidak jelas seperti ini kalau bukan karena putra kesayangan mu Arka!" jawab Olivia tanpa melihat ke arah Samuel."Arka? Memang nya apa yang dilakukan oleh Arka? Selama aku di Perancis, aku sama sekali tidak mendengar hal yang aneh-aneh tentang putra ku itu? Setahu ku setelah Arka tahu siapa wanita yang itu, tidak ada hal yang harus aku khawatirkan tentang nya." jelas Samuel, yakin.Samuel sangat yakin kalau kelakukan putranya sudah berada di dalam track yang seharusnya. Berkencan dengan wanita jalang bukan lah hal yang diwarikan di dalam keluar mereka."Memang Arka sudah ti
Sebulan pun telah berlalu sejak kematian Liliana Wong.Di bulan ini keputusan untuk tindak kejahatan yang Beldiq dan Lian Wong akan di tetapkan.Dan sebelum keputusan itu di baca kan Lian Wong meminta Ethan untuk menemui nya di penjara.Lian Wong berencana menceritakan pada Ethan semua nya. Mulai dari awal semua masalah ini hingga alasan dia melakukan semua hal ini. Tapi sayang nya Ethan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Lian Wong.Ethan tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut paman nya itu. Bagi Ethan, Lian Wong adalah masalalu yang akan terus membebani masa depan nya.Dia ingin melupakan semua nya. Karena itu lah dia tidak bersedia menemui Lian Wong walaupun Lian Wong memohon dengan sangat.Kini Ethan hanya fokus mempersiapkan pernikahan Amber dan Erlan yang akan di adakan dalam bulan ini."Kau yakin sayang, tidak mau menemui paman mu untuk terakhir kali nya? Aku saja datang mengunjungi Beldiq kemarin." Sebut Adaline."Kau datang menemui Beldiq karena kau ingin mempe
Setelah melalui sesi interogasi yang panjang dan sangat menegangkan akhir nya satu dari tiga pria yang datang untuk menghabisi nyawa Beldiq bersedia bekerja sama dengan polisi untuk menangkap bos besar mereka."Untung kau datang Rery!" Arnold menepuk pundak Reryd tiga kali. "Kalau tidak maka kita akan kesulitan menjalankan rencana kita selanjut nya." sambung Arnold.Rery auto melihat pada Ethan, Dom dan Erlan yang juga ada di sana. Dalam pikiran Rery tentu saja dia akan datang. Bahkan kalau jalanan macet sekalipun, dia akan terbang untuk bisa tetap sampai di kantor polisi.Sebab apa? sebab Rery sangat ingin bertemu dengan bos Beldiq yang Rery, Ethan serta teman-teman mereka lain nya sangka kalau bos yang di maksud oleh tiga orang pria tadi adalah Tedi- kameramen Rery yang ternyata belum mati itu.Karena menurut Roland si hacker yang mengirimkan video ke Rery, bos nya Beldiq adalah Tedi."Kita ikuti ketiga pria ini ke rumah bos mereka lalu kita ringkus." Ucap Arnold."Sesuai dengan ren
Seminggu pun berlalu tapi Beldiq masih tetap dalam diam nya. Dia tidak ingin memberikan pengakuan apapun terkait dengan kematian Tedi padahal semua bukti telah mengarah pada nya.Namun hal ini tidak serta merta membuat Lian Wong tenang. Dalam pikiran Lian Wong selama Beldiq masih di dalam penjara atau selamaa wartawan yang bernama Rery itu masih hidup maka hidup Lian Wong lah yang tidak akan pernah tenang."Aku tidak bisa menunggu lebih lama dari ini. Aku harus segera menyelesaikan hal ini. Beldiq tidak mungkin selama nya akan bungkam. Kalau dia sampai buka suara maka semua nya akan hancur." Pikir Lian Wong."Apalagi aku dari gelagat nya Mr. Fred seperti tidak bertindak apapun saat ini. Sial! Seharus nya aku juga menutup rapat identitas ku seperti Mr. Fred. Sehingga di saat-saat seperti ini aku tidak perlu takut untuk di tangkap oleh polisi." Ucap nya penuh umpatan.Lian Wong jadi panik sendiri. Dia paling tidak suka dalam situasi yang penuh ketidak pastiaan seperti saat ini."Dari pa
"DUAAAAAAR!!!"Mobil Rery terpelanting cukup tinggi akibat ledakan bom yang ada di bagian bawah mobil nya.Rery langsung terkejut melihat hal itu. Jujur saja, tubuh nya saat ini terasa sangat lemas.***Ledakan yang dasyat itu membuat semua orang di kantor polisi berhamburan keluar. Begitu juga dengan Arnold. Dia spontan berlari lebih kencang tanpa mematikan handphone nya yang masih tersambung tadi.Arnold takut terjadi sesuatu pada Rery. Namun syukur nya ternyata Rery tidak kenapa-napa. Arnold melihat Rery saat ini berdiri di pintu masuk kantor polisi."Syukur lah kau tidak kenapa-napa Rery! Aku sangat khawatir!" Seru Arnold, menepuk pelan pundak Rery."Tidak hanya kau, aku pun khawatir. Bagaimana kalau aku tidak memiliki firasat buruk tadi maka sudah pasti saat ini aku melihat mu sambil aku terbang ke atas sana, terbang sambil dada dada menuju syurga." Jawab nya sambil berseloroh."Mendengar mu sudah bisa berkata seperti itu, ku yakin sudah baik-baik saja. Ayo kita masu dan mengobro
Jolie yang tidak bisa berkata-kata itu hanya bisa diam menerima ciuman yang Dom berikan. Wajah nya merona dan kedua pipi nya terasa panas.Mata Jolie berkedip berkali-kali. Jolie tidak menyangka kalau ciuman pertama nya akan di ambil oleh pria yang paling ingin dia hindari dalam hidup nya ini.Rencana nya untuk membuat Dom kesal malah berujung menjadi sebuah first kiss bagi nya."Itu hukuman untuk mu yang sengaja membuat ku menunggu mu seperti orang bodoh di dalam sana." Ucap Dom sembari mengusap lembut bibir Jolie dengan jari nya."Jangan ulang lagi. Karena hukuman ku biasa nya berdasarkan tingkat akumulatif poin kesalahan. Dan sekarang kau sudah memiliki 5 poin kesalahan kalau kau berbuat kesalahan lagi maka poin mu akan bertambah. Dengan demikian, hukuman mu sudah pasti akan berubah." Sambung Dom seenak dengkul nya."Kau bisa pikirkan kira-kira hukuman apa yang setingkat lebih tinggi dari pada sebuah ciuman." Ujar Dom sambil mengedipkan mata sebelah.Mendengar hal itu Jolie sontak
"Ayo masuk." Ajak Ethan ketika ia dan Adaline telah sampai di depan pintu kamar ibu nya Adaline."Sretttt.." Suara pintu yang terbuka dengan pelan."Tit... Tit...............Tit...............Tit............" Suara pertama yang Adaline dan Ethan dengar saat masuk ke dalam ruangan itu."Mommy masih belum sadar sayang?" tanya Adaline pada Ethan."Belum sayang. Mommy masih betah tidur dan masih belum mau membuka mata nya. Namun kau tidak perlu khawatir sayang, kondisi ibu hari ini jauh lebih baik dari kondisi Mommy sebelum nya." Papar Ethan."Kau lihat, mommy tidak perlu lagi menggunakan banyak alat seperti terakhir kali kita ke sini. Beberapa alat sudah tidak di pasang karena mommy memang sudah tidak memerlukan nya lagi." Jelas Ethan lagi."Syukur lah." Ucap Adaline lalu duduk di kursi yang berada di samping itbu nya.Adaline mengambil tangan sang ibu dan berkata,"moms, Adaline datang. Maaf Adaline tidak bisa menjenguk mommy sering-sering karena Adaline takut ada orang yang mengikuti Ad
Seperti apa yang di perkirakan oleh Ethan, Beldiq di periksa tidak hanya untuk kasus percobaan pembunuhan ibu nya Adaline tapi juga pembunuhan Tedi.Walaupun kedua orang yang dikira oleh Beldiq telah mati ternyata masih dalam keadaan hidup, Beldiq tetap diperiksa atas tuduhan penghilangan nyawa seseorang."Aku tidak akan bicara sampai pengacara ku datang." Ucap Beldiq dengan pongkah."Kau jangan membuat ku kehabisan kesabaran tuan Beldiq. Kau sudah menelpon lima orang untuk menjadi pengacara mu tapi kelima-lima nya mengundurkan diri. Tidak ada yang yang ingin menjadi pengacara mu. Dan kau sendiri pasti tahu kenapa hal ini bisa terjadi bukan?" Tekan Arnold.Beldiq tetap diam. Dia hanya menatap Arnold tanpa berkata apa-apa. Tapi ya begitu, tampang sombong nya tidak juga hilang."Aku akan bayar mahal untuk pergantian kamar sel ku. Aku ingin sel seperti yang ditempati oleh koruptor." Seru nya kemudian menyilang kan kaki nya di ruang pemeriksaan itu."Untuk calon terpidana mati seperti mu
Singkat cerita, Dom pun mengantarkan Jolie pulang. Setelah itu Dom tidak kembali lagi ke kediaman pribadi nya. Dia malah kembali ke tempat Ethan. Karena sejam lagi mereka akan melihat siaran langsung rumah Beldiq White di gerebek oleh polisi."Aku tidak boleh ketinggalan nonton bareng." seru nya sambil berlari menuju ke ruang tengah rumah Ethan dimana Ethan, Adaline dan Erlan sudah berada di sana menunggu detik-detik penggerebekan yang akan di siarkan secara langsung oleh Rery dari kediaman Beldiq."Aku belum terlambat kan?" Seru Dom sambil berlari dan begitu sampai di ruang tengah itu langsung mengambil posisi duduk di atas karpet padahal ketiga orang lain nya duduk di atas sofa."Loh? Kok duduk di bawah?" seru Adaline pada Dom."Sudah biarkan saja. Jiwa pembantu nya tidak akan bisa dirubah." Sarkas Ethan sambil tertawa."Terserah. Yang penting aku ingin melihat ini semua dari tempat ternyaman. Dan itu tidak lah di atas sofa." Jawab Dom asal."Kau dari mana Dom? Kenapa baru datang se