Hari sudah cukup sore saat Ethan sudah sampai mengantarkan sang bos berserta istri ke Villa milik sang bos.
“Aku rasa sebaiknya aku pulang. Aku takut terjadi apa-apa pada Adaline. Secara kan dia juga adalah tanggung jawab ku.” Seru Ethan, pelan.
Ethan pun menuju ke tempat para anak buahnya berjaga, dan menegaskan kembali apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
Sebelum pulang, Ethan melihat kembali keadaan Villa dengan seksama. “apa dia akan baik-baik saja disini dengan pengawalan Dom?” ucap Ethan pada dirinya sendiri, karena mengkhawatirkan keselamatan Mr. Sean beserta istri.
Tapi sesaat kemudian Ethan teringat perkataan bos nya pada nya, bahwa sang bos sengaja menempatkan Ethan untuk menjaga Adaline White agar Ethan punya waktu untuk liburan di rumah.
Selama ini Ethan selalu mengikuti kemana pun Mr. Sean pergi, sehingga dalam penglihatan Sean, Ethan tidak punya waktu me time sedikit pun.
“Baiklah kalau begitu. Semoga aku benar-benar bisa berlibur jika aku berada di rumah.” Ujarnya, kemudian mengambil mobilnya untuk kembali ke rumah.
***
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, Emmanuel Ethan pun sampai ke rumah nya. Rumah yang terlihat sangat sederhana dari luar tapi tertata dengan sangat rapi pada bagian dalamnya.
"Dimana Adaline?" tanya Ethan pada salah seorang pelayan di rumah hanya.
"Nona Adaline sedang membersihkan diri nya tuan." Jawab pelayan itu.
Ethan sangat bersyukur karena gadis itu kini memiliki kegiatan lain untuk dilakukan nya.
Ethan yang sudah merasa sangat kelelahan pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dia ingin berendam agar tubuh nya yang terasa pegal-pegal itu kembali fresh untuk menghadapi Adaline White besok pagi.
Ethan sudah tidak sabar untuk segera berendam. Membayangkan betapa menyegarkan nya berendam di air panas sudah membuat Ethan ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya.
Ethan berjalan menuju kamar nya. Karena terbiasa berjalan tanpa suara, langkah kaki Ethan pun memang tidak terdengar sama sekali.
Sesampainya di kamar, Ethan melepaskan kemeja nya dan hanya menyisakan celana panjang hitam karet saja.
Kemudian ia berjalan menuju bathtub yang tertutup oleh tirai itu.
Dan saat tirai itu terbuka......
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!" Teriak Ethan bersamaan dengan Adaline, yang ternyata sedang berendam tanpa pakaian di dalam bathtub nya Ethan.
"Aaaaaaaaaa.....aaaaaaaaa.....aaaaaaa!" Adaline membagi teriakannya menjadi tiga bagian agar lebih indah
Ethan langsung membalikan badannya sedangkan Adaline langsung masuk ke dalam air, hingga hanya bagian hidung nya ke atas saja yang terlihat.
"Apa yang kau lakukan di kamar ku dan di dalam bathtub ku!!"teriak Ethan sambil menutup mata nya meskipun dia sudah memunggungi Adaline.
Adaline mengeluarkan kepalanya. Dia terlihat ragu untuk menjawab apa. Sebab Adaline memang tidak tahu kalau ini adalah kamarnya Ethan.
"Matilah aku!! Mana aku tahu kalau ini adalah kamar nya. Semalam kan kami sama-sama tidur di ruang tengah."gumam Adaline dalam hati.
"Eehmm...Aku tidak tahu kalau ini adalah kamar mu. Aku tadi ingin mandi tapi setelah aku cek beberapa kamar di rumah ini, hanya kamar ini yang ada bathtub nya." jelas Adaline dengan suara pelan.
Kemudian masuk lagi ke dalam air hingga mulutnya kembali terbenam.
"Kalau begitu cepat keluar dari bathtub ku!!" Perintah Ethan yang menurunkan tangannya, dia sadar untuk apa dia menutupi mata nya, kan dia saat ini sudah membelakangi Adaline.
"Kenapa aku jadi bodoh begini!!" rutuk Ethan pada diri nya sendiri.
Adaline yang masih dalam mode panik, spontan keluar dari bathup begitu saja begitu Ethan memerintah kan nya keluar.
Lagian dalam pikiran Adaline, Ethan kan saat ini sedang memunggungi nya. Jadi tidak apa- apa jika dia berdiri dan keluar dari bathup.
Tapi tanpa Adaline sadari, ternyata Ethan tanpa sengaja malah dapat melihat tubuh Adaline di pantulan cermin yang berada tepat di depannya.
Pupil mata Ethan pun membesar. Dengan susah payah Ethan mencoba menelan Saliva nya. Ethan speechless, tidak tahu berkata apa. Ini adalah pertama kali nya Ethan melihat tubuh wanita tanpa busana langsung.
"Tubuhnya indah sekali..."Seru tanpa sadar. Ethan malah sempat kagum melihat tubuh Adaline tanpa ada penghalang satu helai kain pun.
"Astaga Ethan!! apa yang kau pikirkan!!! Lekas tutup mata mu! Atau suruh dia kembali masuk ke dalam air." Ujar Ethan kecil berjas putih sambil duduk di bahu kanan Ethan.
"Alaaah Ethan!! Tidak perlu dengarkan si muna ini! Kapan lagi brooooo..... jacpot mah ini maah!!!" Seru Ethan kecil berbaju hitam plus tanduk merah di kepala.
"Astaga!! aku malah tambah pusing mendengar ocehan dua makhluk ini!" Tukas Ethan menggelengkan kepala nya, sehingga makhluk dua tadi hilang otomatis.
Ethan kembali melihat ke arah Adaline dan dia merasa sedikit tidak pantas jika ia mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti ini.
Dengan suara terbata-bata Ethan pun buka suara...
"Di-diam di tempat mu!!" Ujar Ethan yang masih melihat Adaline dari cermin tadi.
Adaline pun diam, dengan air yang terus bercucuran di sekujur tubuh nya yang tidak tertutupi apapun itu.
"Sekarang lekas kau masuk lagi ke dalam bathtub itu!!" Perintah Ethan dengan suara yang terdengar grogi.
"Tapi kenapa?" Tanya Adaline, yang heran kenapa Ethan sebentar menyuruh keluar dari bathtub lalu menyuruh nya masuk lagi ke dalam bathtub.
"Kau masih tanya kenapa?!!!! Harus nya aku yang tanya kenapa!! Kenapa kau main keluar saja dari bathtub itu tanpa mengenakan apapun!!" Protes Ethan, membuat Adaline yang tadi nya akan masuk ke dalam bathtub malah jadi berhenti dan bertanya,
"Bagaimana kau tahu kalau aku tidak mengenakan apapun?" Tanya Adaline ragu-ragu.
"Aku bisa melihat mu dari cermin ini."Jawab Ethan dengan polos nya.
Kini pandangan mata Adaline dan Ethan bagai saling tatap di cermin itu.
Dan begitu Adaline sadar apa yang sebenarnya terjadi, Adaline langsung teriak dan tanpa sengaja Adaline terpeleset dan hampir terjatuh ke dalam bathtub itu.
Untung nya Ethan melihat hal itu dari cermin dan reflek menarik tangan Adaline, hingga untuk sesaat Adaline terselamatkan.
Namun hal itu benar - benar hanya saja sesaat. Sebab sesaat kemudian tanpa sengaja mata Ethan menatap dada Adaline, dan membuat keseimbangan Ethan hilang. Dan akhir nya, Ethan dan Adaline sama-sama terjatuh ke dalam bathtub besar itu.
Ethan mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan nya. Dengan tatapan lurus ke depan.
Bayangan saat dia dan Adaline saat saling bertatapan sesaat sebelum mereka terjatuh ke dalam bathtub itu membuat seluruh bulu roma Ethan berdiri.
Tanpa mengucapkan apapun Ethan keluar dari bathtub itu.
Sedangkan Adaline masih mematung didalam bathup itu. Dengan posisi kepala yang Adaline benam kan dan hanya menyisakan mata saja di permukaan air.
Jantung Adaline berdetak kencang. Perlahan Adaline menyentuh dadanya yang seperti bergemuruh tak jelas di bawah air itu.
"Aku ini kenapa?" tanya nya pada dirinya sendiri, mengedip kan mata nya berkali-kali.
Ethan meraih handuk nya dan mengeringkan tubuh nya yang basah kuyup karena mencoba menyelamatkan bocah itu. "Lekaslah keluar dari bathtub itu, kau bisa masuk angin jika berlama-lama berendam di sana." Ucap Ethan dengan suara datar nya, berpura-pura kalau diri nya baik - baik saja saaat ini. Padahal asli nya, jantung Ethan pun berdetak sama kerasnya dengan Adaline saat ini. Bahkan kalau bisa jantung Ethan ingin melompat keluar dan menghampiri jantung Adaline, yang kompakan berdetak kencang. Ethan meletakkan tangannya di dada. Dia merasa ada yang tidak beres di dalam sana. "Apa ini efek karena aku terjatuh tadi? Heem..aku rasa aku harus segera memeriksa diri ke dokter." gumam Ethan pada diri nya sendiri. "Aku harus menelpon dokter pribadi nya dan meminta nya datang." Ujar Ethan dalam hati. Ethan pun akan beranjak pergi namun baru selangkah Ethan melangkah Adaline memanggil nya. "Heem...Ethan." Panggil Adaline, membuat detak jantung Ethan semakin cepat. "Apa lagi ini Tuhan??" Ser
“Hufft.. kemana dia? Apa dia masih di luar?!” Seru Adaline yang ragu-ragu untuk keluar sebab saat ini dia hanya mengenakan handuk saja. Secara pakaiannya basah total karena cipratan air saat dia dan Ethan jatuh ke dalam bathup.Adaline mengelus-elus kedua lengannya. Mungkin karena ia baru saja selesai bermain air maka nya suhu yang sudah dingin di kamar Ethan terasa semakin dingin di kulit nya.“Aku harus bagaimana sekarang?” ujar Adaline, yang masih belum bisa memutuskan untuk keluar atau tidak.Adaline ingat di rumah itu sebenarnya ada banyak anak buah Ethan, hanya saja tidak semua dari mereka yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh Ethan.Itu lah mengapa hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di dalam rumah itu sejak Adaline tiba di sana.Tapi ya tetap saja! Mau di luar ataupun di dalam, mereka semua laki-laki. Dan satu-satunya wanita di rumah itu hanyalah Adaline seorang. Tentu saja hal ini tetap membuat Adaline merasa was-was.“Keluar? Tidak?” ujar nya, berpikir keras.
“Apa sampai sekarang kalian masih belum bisa menemukan Adaline?” seru Beldiq White pada anak buah nya.“Maaf tuan White, sampai saat ini kami masih belum bisa menemukan keberadaan nona Adaline.” Lapor nya.“Bodoh!! Bodoh kalian semua!! Apa saja kerja kalian! Sampai anak ingusan itu bisa lolos dari misi kalian!” Bentak Beldiq, sangat murka sebab Adaline yang menjadi target utama nya malam itu lolos.“Beldiq sayang, tenang lah dulu. Jangan sampai tekanan darah mu naik karena ini.” Ujar Jenny yang merangkap pacar sekaligus sekertaris Beldiq.“Aku tidak akan bisa tenang sayang, selama aku belum tahu di mana keberadaan putri tiri ku itu!” Seru Beldiq.“Aku harus yakin seratus persen dia mengikuti jejak ibu nya ke dunia lain, baru setelah itu aku bisa tenang. Tenang menguasai semua harta peninggalan ibu nya. Terutama perusahaan itu!! Aku membutuhkan perusahaan itu untuk tempat bisnis ku!!” Lanjut Beldiq yang mengira kalau Ainsley telah meninggal.“Kalau dia masih tidak dapat diketahui rimba
“Hallo Mr. Sean........” Sapa Adaline.“Hai.. Adaline, bagaimana kabar mu? Ethan mengatakan pada ku kalau kau tadi pingsan.” Ucap Mr. Sean, meresepon sapaan Adaline.“Benar, tapi saat ini aku sudah baik-baik saja.” Jawab Adaline.“Bagus lah kalau begitu...” jawab Mr. Sean, terdengar sangat ramah.“Sean.. I mean, Mr. Sean.. bisa kah aku meminta bantuan mu untuk sesuatu?” tanya Adaline.“Katakan saja Adaline. Kalau aku bisa membantu mu maka akan aku bantu.” Jawab Mr. Sean.“Apa aku boleh meminjam Ethan untuk satu bulan ini?” Ucap Adaline, terdengar ragu.“Kau ingin apa?” Tanya Mr. Sean sedikit tidak yakin dengan pendengarannya.“Hmmm... Apa boleh aku meminjam Ethan untuk menjadi pengawal ku?” Ulang Adaline sekali lagi.“Kau bermaksud meminjam Ethan untuk menjadi pengawal mu? tapi untuk apa?” tanya Mr. Sean lagi.Adaline menarik nafas nya sejenak lalu mulai menceritakan rencana nya pada Mr. Sean. Adaline memang belum pernah bertemu langsung dengan Mr. Sean. Tapi satu hal yang pasti, Adal
“Misi mu adalah menjadi suami Adaline White selama sebulan. Bagaimana menurut mu? Sebuah misi yang seru Dan luar biasa kan???” Ujar Mr. Sean terdengar seperti mengucapkan hal yang biasa-biasa saja.Padahal barusan dia baru saja memerintahkan Ethan secara tidak langsung untuk menikah dengan Adaline. Walaupun pernikahan itu hanya untuk sebulan saja. Tapi tetap saja itu adalah sebuah pernikahan.“Whats?!” Seru Ethan shock setengah mati mendengar misi yang baru saja Mr. Sean berikan untuk nya.Dari sekian banyak misi di luar nalar yang Mr. Sean berikan pada nya selama ini, Ethan merasa ini yang paling tidak masuk akal. Dan sebanyak apapun Ethan berpikir, otak nya tetap tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh Mr. Sean barusan sebagai sebuah misi.“Apa bos ku mulai gila?” batin Ethan.“Bagaimana Ethan?” Ulang Mr. Sean bertanya. Benar-benar tidak merasa kalau dia telah mendzolimi pengawal pribadi nya.“Mr. Sean, kau saat ini ada di mana?” tanya Ethan, tidak menjawab sama sekali pertanyaa
Ke esokan hari nya, matahari pun bersinar cerah hari ini, secerah senyum yang menghiasi wajah Adaline pagi ini.“Kau sudah siap?” tanya Ethan dari ujung pintu kamar nya.Ya.. Ethan dan Adaline memang tidur sekamar hanya saja tidak seranjang. Ethan tidur di sofa sedangkan Adaline tidur dengan nyaman di atas ranjang Ethan.“Ya, tentu saja.” Jawab Adaline yang terlihat sangat berbeda pagi.Jika di hari-hari biasanya Adaline terkesan tampil biasa – biasa saja tanpa polesan make up di wajah nya, hari ini Adaline tampil dengan tampilan sangat paripurna.Ethan yang melihat nya bahkan sempat pangling untuk sesaat.Pagi ini Adaline tidak terlihat seperti bocah yang belum matang yang ia temui selama ini. Adaline tampil bak wanita dewasa yang siap menghadapi kejam nya dunia.“Hem.. Kalau begitu ayo.” Ajak Ethan.Ethan terus menatap Adaline saat Adaline akan keluar dari kamar. Dalam hati nya Ethan berkata, “Untung saja aku memilih memakai jas tapi. Sempat aku memilih berpakaian unformal.. penampi
"Calon suami? Jadi kau sudah punya calon suami Adaline? Apa calon suami ini- Bukan kah pacar mu??" saat Beldiq hendak melontarkan pertanyaan berikut nya, tapi keburu terpotong ucapan Jenny yang tiba- tiba masuk ke dalam ruangan itu."Bikin sensasi saja." Tukas Jenny yang langsung mendapatkan kode mata dari Beldiq, yang kira- kira isi nya memerintahkan Jenny untuk diam nya.Setelah Jenny diam, Beldiq berkata, " Tolong tinggalkan kami Jenny."Jenny pun mematuhi perkataan Beldiq. Dia langsung berbalik badan pergi dari ruangan itu."Apa kau benar adalah calon suami Adaline?" Lanjut Beldiq bertanya untuk memastikan apa yang barusan Adaline akui.Beldiq menatapan Ethan dengan tatapan curiga. Seingat Beldiq, nama kekasih Adaline bukan lah Ethan. Meski dia sendiri tidak ingat siapa nama bocah yang selalu datang menjemput Adaline dahulu. Lantas bagaimana bisa ujug-ujug Adaline punya calon suami jika pacar saja tidak pernah terendus keberadaan nya.Ethan notice saat ini Beldiq sedang menilik di
Sesampainya mereka di luar gedung...Perlahan Ethan melepaskan tangan Adaline yang memegang erat tangan nya."Adaline... sebentar, aku mau menelpon." Ethan beralasan Ethan supaya dia bisa menjauh dari Adaline."Oh.. Ya, silahkan." Adaline pun melepaskan tangan nya.Ethan merogoh saku nya dan mengambil ponselnya. Namun setelah dia mendapatkan ponsel nya dia malah bingung mau menelpon siapa. Karena memang sebenarnya tidak ada yang ingin dia telpon. Itu cuma alasan untuk lepas dari Adaline."Telpon Dom saja." gumam nya dalam hati. Ethan pun memencet nomor Dom. Saudara angkat nya yang saat ini sama-sama bekerja di bawah Mr. Sean karena hutang budi seperti Ethan."Ya, Ethan..." Terdengar suara Dom cempreng seperti biasa nya."Kau dimana Dom?" Tanya Ethan pada Dom, yang sebenarnya sekedar untuk membuat nya terlihat dia sedang menelpon di depan Adaline."Memang nya dimana lagi diri ku? Aku sudah pasti sedang di rumah saat ini dengan Mr. Sean..." Jawab Dom, terdengar santai."Apa??? Mr. Sean
"Sayang, apa yang sebenarnya dilakukan oleh putra mu? Ini tidak mau! Itu tidak mau! Di jodohkan dengan si A, dia nolak. Aku benar-benar pusing." amuk Olivia begitu Samuel pulang dari Perancis."Kau ini kenapa sayang? Suami pulang bukannya di cium malah di omeli." Dengan penuh kasih sayang Samuel menarik lembut tangan istrinya untuk duduk bersama nya di sofa."Menurut mu apa lagi coba yang membuat ku ngomel-ngomel tidak jelas seperti ini kalau bukan karena putra kesayangan mu Arka!" jawab Olivia tanpa melihat ke arah Samuel."Arka? Memang nya apa yang dilakukan oleh Arka? Selama aku di Perancis, aku sama sekali tidak mendengar hal yang aneh-aneh tentang putra ku itu? Setahu ku setelah Arka tahu siapa wanita yang itu, tidak ada hal yang harus aku khawatirkan tentang nya." jelas Samuel, yakin.Samuel sangat yakin kalau kelakukan putranya sudah berada di dalam track yang seharusnya. Berkencan dengan wanita jalang bukan lah hal yang diwarikan di dalam keluar mereka."Memang Arka sudah ti
Sebulan pun telah berlalu sejak kematian Liliana Wong.Di bulan ini keputusan untuk tindak kejahatan yang Beldiq dan Lian Wong akan di tetapkan.Dan sebelum keputusan itu di baca kan Lian Wong meminta Ethan untuk menemui nya di penjara.Lian Wong berencana menceritakan pada Ethan semua nya. Mulai dari awal semua masalah ini hingga alasan dia melakukan semua hal ini. Tapi sayang nya Ethan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Lian Wong.Ethan tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut paman nya itu. Bagi Ethan, Lian Wong adalah masalalu yang akan terus membebani masa depan nya.Dia ingin melupakan semua nya. Karena itu lah dia tidak bersedia menemui Lian Wong walaupun Lian Wong memohon dengan sangat.Kini Ethan hanya fokus mempersiapkan pernikahan Amber dan Erlan yang akan di adakan dalam bulan ini."Kau yakin sayang, tidak mau menemui paman mu untuk terakhir kali nya? Aku saja datang mengunjungi Beldiq kemarin." Sebut Adaline."Kau datang menemui Beldiq karena kau ingin mempe
Setelah melalui sesi interogasi yang panjang dan sangat menegangkan akhir nya satu dari tiga pria yang datang untuk menghabisi nyawa Beldiq bersedia bekerja sama dengan polisi untuk menangkap bos besar mereka."Untung kau datang Rery!" Arnold menepuk pundak Reryd tiga kali. "Kalau tidak maka kita akan kesulitan menjalankan rencana kita selanjut nya." sambung Arnold.Rery auto melihat pada Ethan, Dom dan Erlan yang juga ada di sana. Dalam pikiran Rery tentu saja dia akan datang. Bahkan kalau jalanan macet sekalipun, dia akan terbang untuk bisa tetap sampai di kantor polisi.Sebab apa? sebab Rery sangat ingin bertemu dengan bos Beldiq yang Rery, Ethan serta teman-teman mereka lain nya sangka kalau bos yang di maksud oleh tiga orang pria tadi adalah Tedi- kameramen Rery yang ternyata belum mati itu.Karena menurut Roland si hacker yang mengirimkan video ke Rery, bos nya Beldiq adalah Tedi."Kita ikuti ketiga pria ini ke rumah bos mereka lalu kita ringkus." Ucap Arnold."Sesuai dengan ren
Seminggu pun berlalu tapi Beldiq masih tetap dalam diam nya. Dia tidak ingin memberikan pengakuan apapun terkait dengan kematian Tedi padahal semua bukti telah mengarah pada nya.Namun hal ini tidak serta merta membuat Lian Wong tenang. Dalam pikiran Lian Wong selama Beldiq masih di dalam penjara atau selamaa wartawan yang bernama Rery itu masih hidup maka hidup Lian Wong lah yang tidak akan pernah tenang."Aku tidak bisa menunggu lebih lama dari ini. Aku harus segera menyelesaikan hal ini. Beldiq tidak mungkin selama nya akan bungkam. Kalau dia sampai buka suara maka semua nya akan hancur." Pikir Lian Wong."Apalagi aku dari gelagat nya Mr. Fred seperti tidak bertindak apapun saat ini. Sial! Seharus nya aku juga menutup rapat identitas ku seperti Mr. Fred. Sehingga di saat-saat seperti ini aku tidak perlu takut untuk di tangkap oleh polisi." Ucap nya penuh umpatan.Lian Wong jadi panik sendiri. Dia paling tidak suka dalam situasi yang penuh ketidak pastiaan seperti saat ini."Dari pa
"DUAAAAAAR!!!"Mobil Rery terpelanting cukup tinggi akibat ledakan bom yang ada di bagian bawah mobil nya.Rery langsung terkejut melihat hal itu. Jujur saja, tubuh nya saat ini terasa sangat lemas.***Ledakan yang dasyat itu membuat semua orang di kantor polisi berhamburan keluar. Begitu juga dengan Arnold. Dia spontan berlari lebih kencang tanpa mematikan handphone nya yang masih tersambung tadi.Arnold takut terjadi sesuatu pada Rery. Namun syukur nya ternyata Rery tidak kenapa-napa. Arnold melihat Rery saat ini berdiri di pintu masuk kantor polisi."Syukur lah kau tidak kenapa-napa Rery! Aku sangat khawatir!" Seru Arnold, menepuk pelan pundak Rery."Tidak hanya kau, aku pun khawatir. Bagaimana kalau aku tidak memiliki firasat buruk tadi maka sudah pasti saat ini aku melihat mu sambil aku terbang ke atas sana, terbang sambil dada dada menuju syurga." Jawab nya sambil berseloroh."Mendengar mu sudah bisa berkata seperti itu, ku yakin sudah baik-baik saja. Ayo kita masu dan mengobro
Jolie yang tidak bisa berkata-kata itu hanya bisa diam menerima ciuman yang Dom berikan. Wajah nya merona dan kedua pipi nya terasa panas.Mata Jolie berkedip berkali-kali. Jolie tidak menyangka kalau ciuman pertama nya akan di ambil oleh pria yang paling ingin dia hindari dalam hidup nya ini.Rencana nya untuk membuat Dom kesal malah berujung menjadi sebuah first kiss bagi nya."Itu hukuman untuk mu yang sengaja membuat ku menunggu mu seperti orang bodoh di dalam sana." Ucap Dom sembari mengusap lembut bibir Jolie dengan jari nya."Jangan ulang lagi. Karena hukuman ku biasa nya berdasarkan tingkat akumulatif poin kesalahan. Dan sekarang kau sudah memiliki 5 poin kesalahan kalau kau berbuat kesalahan lagi maka poin mu akan bertambah. Dengan demikian, hukuman mu sudah pasti akan berubah." Sambung Dom seenak dengkul nya."Kau bisa pikirkan kira-kira hukuman apa yang setingkat lebih tinggi dari pada sebuah ciuman." Ujar Dom sambil mengedipkan mata sebelah.Mendengar hal itu Jolie sontak
"Ayo masuk." Ajak Ethan ketika ia dan Adaline telah sampai di depan pintu kamar ibu nya Adaline."Sretttt.." Suara pintu yang terbuka dengan pelan."Tit... Tit...............Tit...............Tit............" Suara pertama yang Adaline dan Ethan dengar saat masuk ke dalam ruangan itu."Mommy masih belum sadar sayang?" tanya Adaline pada Ethan."Belum sayang. Mommy masih betah tidur dan masih belum mau membuka mata nya. Namun kau tidak perlu khawatir sayang, kondisi ibu hari ini jauh lebih baik dari kondisi Mommy sebelum nya." Papar Ethan."Kau lihat, mommy tidak perlu lagi menggunakan banyak alat seperti terakhir kali kita ke sini. Beberapa alat sudah tidak di pasang karena mommy memang sudah tidak memerlukan nya lagi." Jelas Ethan lagi."Syukur lah." Ucap Adaline lalu duduk di kursi yang berada di samping itbu nya.Adaline mengambil tangan sang ibu dan berkata,"moms, Adaline datang. Maaf Adaline tidak bisa menjenguk mommy sering-sering karena Adaline takut ada orang yang mengikuti Ad
Seperti apa yang di perkirakan oleh Ethan, Beldiq di periksa tidak hanya untuk kasus percobaan pembunuhan ibu nya Adaline tapi juga pembunuhan Tedi.Walaupun kedua orang yang dikira oleh Beldiq telah mati ternyata masih dalam keadaan hidup, Beldiq tetap diperiksa atas tuduhan penghilangan nyawa seseorang."Aku tidak akan bicara sampai pengacara ku datang." Ucap Beldiq dengan pongkah."Kau jangan membuat ku kehabisan kesabaran tuan Beldiq. Kau sudah menelpon lima orang untuk menjadi pengacara mu tapi kelima-lima nya mengundurkan diri. Tidak ada yang yang ingin menjadi pengacara mu. Dan kau sendiri pasti tahu kenapa hal ini bisa terjadi bukan?" Tekan Arnold.Beldiq tetap diam. Dia hanya menatap Arnold tanpa berkata apa-apa. Tapi ya begitu, tampang sombong nya tidak juga hilang."Aku akan bayar mahal untuk pergantian kamar sel ku. Aku ingin sel seperti yang ditempati oleh koruptor." Seru nya kemudian menyilang kan kaki nya di ruang pemeriksaan itu."Untuk calon terpidana mati seperti mu
Singkat cerita, Dom pun mengantarkan Jolie pulang. Setelah itu Dom tidak kembali lagi ke kediaman pribadi nya. Dia malah kembali ke tempat Ethan. Karena sejam lagi mereka akan melihat siaran langsung rumah Beldiq White di gerebek oleh polisi."Aku tidak boleh ketinggalan nonton bareng." seru nya sambil berlari menuju ke ruang tengah rumah Ethan dimana Ethan, Adaline dan Erlan sudah berada di sana menunggu detik-detik penggerebekan yang akan di siarkan secara langsung oleh Rery dari kediaman Beldiq."Aku belum terlambat kan?" Seru Dom sambil berlari dan begitu sampai di ruang tengah itu langsung mengambil posisi duduk di atas karpet padahal ketiga orang lain nya duduk di atas sofa."Loh? Kok duduk di bawah?" seru Adaline pada Dom."Sudah biarkan saja. Jiwa pembantu nya tidak akan bisa dirubah." Sarkas Ethan sambil tertawa."Terserah. Yang penting aku ingin melihat ini semua dari tempat ternyaman. Dan itu tidak lah di atas sofa." Jawab Dom asal."Kau dari mana Dom? Kenapa baru datang se