“Bunuh saja aku. Tapi lepaskan putri ku, aku mohon pada kalian tuan-tuan!” mohon Ainsley White untuk terakhir kali nya. Dalam pikiran Ainsley White, kalau dia tidak bisa menyelamatkan dirinya paling tidak, dia bisa menyelamatkan putri nya.
“Moms! Kau ini bicara apa!!! Jangan pernah memohon pada penjahat seperti mereka! Mereka semua tidak lebih dari sampah!!!” Adaline menatap tajam pada kelima pria tersebut. Bahkan saking tajam nya, mengalahkan katana yang di gunakan samurai ternama di masa nya.
“Adaline kau ini bicara apa nak! kau masih muda! Hidup mu masih panjang! Kau harus tetap hidup nak! Kau jangan memancing amarah mereka!!!” ujar Ainsley White.
“Berani juga kau gadis siaalan!!” Bentak Pria itu pada Adaline.
“Benar! Berani juga dia! Bagaimana kalau sebelum kita bunuh, kita berSenang- Senang dulu dengan nya ! Biar ketika jadi arwah pun dia tidak bisa melupakan malam berdarah ini!!!” timpal yang lainnya- tertawa.
“Kau benar! Kalau aku lihat-lihat, tubuh nya boleh juga!” Si pria pun menyeringai di balik topeng yang ia kenakan.
“Cepat bawa dia ke sofa! Dan jangan kalian apa-apakan! Sebab aku lah yang akan menikmati nya terlebih dahulu!!” Pria itu kembali menyeringai.
“Aku mohon! Jangan sakiti putri ku! Aku mohon pada kalian!” Mohon Ainsley White pada pria yang sedang menikmati tangisan nya itu.
“Kalian boleh membunuh ku! Tapi aku mohon jangan sakiti putri ku! Biarkan dia pergi!!” Sekali lagi Ainsley White memohon pada si pria itu. Tapi Pria itu sama sekali tidak memperdulikan nya.
“Cepat bawa jalang itu! Karena aku ingin membunuh wanita tua ini!! Cepaaat!!” teriak nya pada pria yang lain nya.
Dua orang pria berjalan menuju ke arah Adaline. Mereka tertawa seolah hal itu sengaja mereka lakukan untuk mematahkan mental Adaline.
Begitu kedua pria itu mendekat, Adaline langsung mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan pistol tersebut kepada salah satu pria yang datang menghampiri nya terlebih dahulu.”Jatuhkan senjata kalian! Atau teman kalian akan ku tembak!” Ujar Adaline.
“Apa kau yakin kau bisa menggunakan senjata itu gadis kecil?” ejek pria yang lainnya, mengira Adaline tidak memilki kemampuan dalam menggunakan senjata.
Dari samping kepala si pria, Adaline membidik bahu kanan pria yang mengejek nya.
“DOR.....!” tanpa di sangka sebuah timah panas pun bersarang di tengah kepala dan langsung membuat pria itu roboh.
“Hah? Kena? Tapi mengapa mengenai tengah kepala nya? Bukan nya aku tadi membidik bahu nya?” Adaline jadi bingung sendiri. Bagaimana bisa tembakan nya mengenai tengah kepala pria itu, padahal jelas-jelas dia membidik bahu pria itu.
“Sialaaan!! Berani nya kau- DOR!” Sayang nya pria itu tidak bisa menyelesaikan kata- kata nya karena ia pun ikutan roboh sebab sebuah timah panas telah menembus kepala nya.
“Bagaimana ini mungkin?” Adaline semakin terheran. Sebab kali ini dia bahkan tidak menyentuh pelatuk pistiol nya.
“Pasti ada orang lain disini!!” Batin Adaline lalu melihat ke sekeliling.
Ketika Adaline kehilangan fokus nya, pria yang disandra oleh Adaline mengambil pistol yang Adaline pegang dan menembak Ainsley White yang merupakan target utama mereka sebanyak dua kali di dada, sebelum akhir nya dia pun roboh oleh sebuah peluru yang menembus kepala nya.
Teman-teman si pria itu langsung bubar mencari posisi yang aman karena tiba-tiba saja ada yang menyerang mereka. Namun tentu saja apa yang mereka lakukan percuma karena timah panas yang dating nya entah dari mana itu tiba-tiba saja sudah say hello pada kepala mereka.
Satu persatu tubuh para penjahat itu roboh tanpa tahu siapa yang telah menembakkan timah panas itu ke kepala para penjahat itu.
Adaline yang melihat hal itu langsung menghampiri sang ibu yang terlihat mulai kehilangan kesadaranya.
“Ayoo mom bertahan bu!!! Tuhan telah mengirim malaikat nya untuk datang membantu kita!!!” Seru Adaline, menutup setiap luka di tubuh ibu nya.
“Bu.. Aku mohon mom! Bertahan lah mom!!” Adaline yang panik tidak sadar malah menangis. Menangis karena tidak tahu apa yang harus di lakukan saat ini melihat ibu nya yang terus mengeluarkan darah.
“Aku harus memindahkan mu, mom!” Seru Adaline.
Adaline berniat untuk mengangkat tubuh sang ibu. Tapi tenaga nya tidak cukup kuat untuk melakukan semua itu.
“Adaline, stop it sayang! Stop it! Jangan buang-buang tenaga mu!” ucap Ainsley White terbata-bata menahan rasa sakit akibat tembakan yang dia dapatkan.
“Tolong mommy ku!! Aku mohon, tolong mommy ku!!!” Adaline berteriak ke segala arah, berharap orang yang menembak semua penjahat itu, muncul dan menolong ibu nya.
“Minggir lah!!” Perintah pria bertopeng pada Adaline.
“Nyonya White? Kau bisa mendengar ku?” Tanya pria itu pada Ainsley White yang masih memiliki sedikit kesadaran.
“Hmm... aku tidak apa-apa. Tolong bawa putri ku jauh-jauh dari sini.” Jawab Ainsley White, menahan rasa sakit nya.
“Mom please!! Jangan bicara lagi!” Pinta Adaline dengan suara lirih pada sang ibu.
“Cepat bawa mommy ku ke rumah sakit!!” pinta nya panik pada pria itu..
“Kau siapa?” tanya Ainsley White pada pria itu.
Pria itu pun membuka topeng nya. “Ini aku nyonya White, Pengawal Mr. Sean.” Jawab nya. Ternyata malaikat yang datang menolong mereka di saat genting adalah pengawal bayangan dari sahabat ibu nya Adaline, yang tadi ibu nya hubungi untuk meminta pertolongan.
“Syukurlah kau telah datang Ethan. Tolong kau selamatkan putri ku!” Pinta nya sambil menahan rasa sakit.
“Jangan bicara lagi nyonya White!” Larang nya dan langsung menggendong tubuh Ainsley White.
“Tolong tekan tombol ini tiga kali.” Ethan meminta Adaline menekan tombol di jam tangan nya sebanyak tiga kali. Adaline pun menuruti apa yang Ethan katakan. Dan tidak lama kemudian..
“Tiiittt..tiiiitt..” Terdengar suara klakson mobil di depan rumah itu.
“Kau masuklah lebih dulu ke dalam mobil ku baru setelah itu aku akan memasukkan ibu mu.” Perintah Ethan pada Adaline.
Adaline pun mengangguk. Dia masuk ke dalam mobil Ethan lalu duduk seperti yang diperintahkan oleh pria berparas Asia itu.
Setelah melihat Adaline duduk seperti apa yang diperintahkan nya, baru lah Ethan memasukan tubuh Ainsley White yang telah kehilangan kesadaran itu ke dalam mobil. Dan mereka pun bergegas ke rumah sakit. Sebuah rumah sakit milik sang Genious doctor.
***
Di tempat lain, Harry, pacar nya Adaline masih sibuk bersantai dengan selingkuhanya setelah melakukan olah raga tengah malam bersama.
“Harry!! Cepat lihat ini!” Seru Fla dan langsung memperlihatkan berita yang sedang heboh di sosial media. “Bukan kah ini adalah rumah nya Adaline?” Ujar Fla, yang akhirnya mampu membuat Harry yang tadi nya tidak ingin bergerak dari tidur nya, langsung mengambil posisi duduk begitu mendengar nama Adaline.
Dengan cepat Harry mengambil handphone yang Fla pegang.
“Shit!!” maki nya dan langsung mengambil kemeja dan Jennys nya, lalu buru-buru mengenakan kemeja dan Jennys nya. “Pantas tadi dia menelpon ku! Ternyata dia membutuhkan pertolongan ku!!” Gerutu Harry langsung bergegas pergi setelah selesai berpakaian.
Harry sangat menyesal telah mengabaikan telpon dari Adaline. Andaikan Harry tahu Adaline menelpon nya karena nyawa Adaline sedang terancam, Harry pasti akan segera mengangkat telpon itu.
Walaupun Harry selingkuh dengan sahabat Adaline, tapi di dalam hati Harry hanya ada nama Adaline seorang.
“Kau mau kemana Harry?” Tanya Fla yang sebenarnya sudah bisa menebak kemana Harry akan pergi.
“Tentu saja kerumah Adaline. Aku harus melihat keadaannya. Aku harus tahu kondisinya.” Harry cepat-cepat mengambil kunci mobil dan handphone milik nya. Lalu bersiap pergi dari apartemennya Fla.
“Tapi dia Adaline tidak ada di rumah nya. Mungkin dia di rumah sakit? Atau kantor polisi...?.” Sebut Fla dengan perasaan tidak tentu arah.
Disatu sisi, dia merasa kasihan pada Adaline yang baru saja mendapatkan musibah sebesar ini. Tapi disisi lain, ia merasa tidak Senang melihat Harry yang terlihat sangat peduli dengan keadaan Adaline.
Sebuah perasaan cemburu menyeruak dari dalam diri Fla. Tapi demi persahabatannya dengan Adaline, Fla tetap mengatakan pada Harry di mana kemungkinan Adaline berada sekarang. Walaupun sebenarnya Fla sangat lah membenci Adaline, karena sikap sok bossy dan angkuh sahabat nya itu.
***
Ethan menarik nafas dalam-dalam dan membuang wajah ke arah lain. Melihat Adaline yang sedang memohon pada Tuhan di depan pintu ruangan operasi nyonya White hanya membuat Ethan teringat akan apa yang terjadi di masa lalu. Sebuah ingatan yang seharus nya tidak pernah muncul lagi di dalam pikiran Ethan.
“Adaline??!!!” teriak Harry yang memecah keheningan di tempat itu.
Ya, Harry akhir nya sampai ke rumah sakit setelah mencari seperti orang gila ke setiap rumah sakit dan kantor polisi di kota itu.
“Adaline???” Panggil Harry lagi pada Adaline yang terlihat sedang fokus berdoa di depan pintu ruangan operasi ibu Adaline. Dan..
PLAAAAAAK..
Sebuah tamparan mendarat di wajah tampan Harry dan disertai oleh sebuah kalimat umpatan tanpa suara yang keluar dari mulut Adaline.
“Pergi kau dari sini Brengsek!” Umpat nya dengan suara tertahan dan penuh emosi.
“Adaline please! Aku tahu aku salah! Tapi please Adaline! Please! Aku sungguh tidak tahu kalau kau dan ibu mu dalam bahaya! Aku sedang lembur di perusahaan ku!! Kalau aku tahu, aku pasti akan membawa orang-orang ku untuk menyelamatkan mu dan ibu! Aku mohon Adaline, maafkan aku! Aku sungguh tidak bermaksud seperti itu.” Mohon Harry lagi dan lagi..
Tangan Adaline bergetar hebat! Rasa nya dia ingin melayangkan tamparan nya satu lagi saat mendengar kata- kata munafik yang keluar dari mulut Harry.
“Sejelas itu bekas cupangan di leher mu dan kau masih mengatakan kalau kau lembur Harry??? Karena semua hal ini lah maka nya kau tidak dapat mengangkat telpon ku! Entah dengan pelacur mana kau sedang having Sex saat para pembunuh itu masuk ke rumah ku dan menyerang aku dan mommy ku! Aku jijik pada mu Harry! Aku jijik!!” Amarah Adaline yang tadi nya tidak tahu akan dia tujukan pada siapa akhir terlepas sempurna pada Harry, yang hanya bisa tertegun mendengar makian yang Adaline arah kan pada nya.
Namun saat ini Harry mencoba untuk mengerti dengan semua amarah yang Adaline alamat kan pada nya saat ini.
Harry paham kalau saat ini Adaline sedang tertekan. Rumah nya dimasuki penjahat bahkan sampai mengakibatkan ibu Adaline kritis. Di tambah pula Harry yang sudah ketahuan berbohong. Jadi wajar kalau Adaline meluapkan semua rasa kesal nya pada Harry.
“Aku tidak ingin melihat kau lagi Harry! Cepat pergi dari sini! Cepat pergi dari sini! Aku benci kau Harry!! Aku benci pada kau!!!!” Bentak Adaline.
"Cepat usir dia!!!!” Perintah Adaline pada Ethan yang sedang duduk- sibuk menelpon seseorang.
“Cepaat usir dia!” Teriak nya lagi sebab Ethan tidak merespon sama sekali tadi.
“Hei! Cepat usir dia!!” Adaline sampai harus berdiri tepat di depan Ethan agar Ethan menyadari apa yang Adaline perintahkan.
“Aku?” Tunjuk Ethan ke batang hidungnya.
“Tentu saja kau! Bukan kah kau diutus untuk membantu kami! Mengapa kau malah asik dengan handphone mu!” Bentak Adaline membuat Ethan terbengong.
Seumur hidup Ethan, Adaline adalah wanita kedua yang berani membentak nya setelah ibu nya, serta orang kedua di dunia ini setelah ayah nya yang berani membentak nya.
“Woww..oke!” Jawab Ethan, berusaha menahan rasa jengkelnya. Bagaimana dia tidak jengkel, dia baru saja menyelamatkan gadis ini tapi jangan kan berterima kasih pada nya, gadis ini secara ajaib malah memerintah nya seenak dengkul nya.
“Pergilah dan jangan muncul lagi! Bukan kah dia sudah mengusir mu barusan!” Perintah Ethan tanpa ekspresi pada Harry.
“Kau siapa? Apa hak mu mengusir ku? Aku ini pacar nya Adaline!” Balas Harry sengak membuat Ethan muak.
“Tidak perlu bertanya siapa diri ku! Kalau kau ingin nyawa mu selamat dan masih bernafas hingga besok pagi, segera pergi lah!” Ancamnya sambil menyibak jas hitam nya sehingga sebuah pistol terlihat di sana.
“Apa kau seorang polisi?” Tanya Harry ingin memastikan Adaline baik-baik saja jika dia pergi.
“Aku lebih dari itu!” Ucap Ethan kesal. “Dia dan pacar nya sama-sama membuat ku kesal!!” Gumam Ethan dalam hati.
“Baiklah kalau begitu! Aku titipkan pacar ku pada mu!” Ujar Harry dan dengan sok akrab nya menepuk bahu Ethan.
Ethan langsung mendengus kesal tapi disaat bersamaan rasa nya Ethan juga ingin tertawa.” Apa? menitipkan pacar nya? Apa dia kira aku buka Paud untuk penitipan pacar?” ujar Ethan dalam hati sambil membersihkan bekas tangan Harry di jas nya.
“Jangan sok akrab dengan ku.” Ketus Ethan, lalu kembali duduk di tempat nya tadi. Saat dia melewati Adaline, Ethan hanya bisa geleng-geleng kepala saja.
“Aku akan menemui mu lagi besok baby! Untuk malam ini, aku ikuti keinginan mu! Aku akan pergi. Tenangkan hati mu! Dan bersabar lah! Aku yakin- ”cerocos Harry mendadak berhenti, karena Adaline langsung mengangkat tangannya tepat di depan wajah Harry lalu berkata,
“Tidak bisa kah kau berhenti bicara Harry? Kau membuat kepala ku rasa nya mau pecah!!” Sembur Adaline yang memang kepala nya sangat pusing saat ini.
“Baiklah.” Ucap Harry dan berlalu pergi meninggalkan Adaline dan pria yang tidak dia kenal itu.
“Sebaiknya kita juga pulang.” Sebut Ethan setelah memasukan handphone ke dalam saku dalam jas nya.
“Pulang? Rumah ku sedang di periksa polisi dan banyak mayat berserakan di sana, dan kau menyuruh ku pulang? Yang benar saja.” Tukas Adaline penuh kekesalan.
Sebenarnya Adaline tidak berniat nge-gas pada Ethan, toh pria ini sudah menolong nya dan juga ibu nya. Tapi ajakan Ethan untuk pulang ke rumah sungguh membuat Adaline kesal.
Pertama, ibu Adalie sedang terbaring koma, ya masak dia enak tidur di kamar. Kedua, Adaline tidak akan pernah ingin kembali ke rumah berdarah itu lagi! Tidak akan!
“Kita akan pulang ke rumah ku! Dan soal ibu mu jangan khawatir, anak buah ku akan berjaga disini! Dan mereka jauh lebih berguna dari pada diri mu, yang membidik bahu selebar itu saja tidak kena.” Ujar Ethan, yang kali ini tidak hanya mengandung ajakan untuk pulang, tapi juga cemoohan yang dia arahkan pada Adaline.
Adaline tidak bisa membalas kata-kata Ethan. Dia hanya bisa menatap tidak suka pada Ethan sambil pasang muka mode standar nya yaitu muka songong khas anak orang kaya.
Setelah perdebatan panjang akhir nya Adaline ikut pulang ke rumah Ethan yang bernuansa klasik“Masuklah ini rumah ku!” ucap Ethan pada Adaline.Adaline melihat ke sekeliling nya dengan tatapan bossy nya. Dalam hati nya sebenarnya Adaline tidak terlalu peduli seperti apa bentuk rumah si Ethan. Tapi karena hati nya dongkol di suruh pulang ke rumah Ethan maka nya tatapan nya jadi tidak suka begitu.“Kau bisa menggunakan kamar yang itu.” Ujar Ethan.“Lalu kamar mu yang mana?” tanya Adaline mendadak.“Kamar ku di lantai atas.” Ujar Ethan.Adaline pun melihat ke sekelilingnya. Sejauh mata Adaline memandang, Adaline sama sekali tidak melihat ada orang lain di dalam rumah itu selain diri dan Ethan. Mendadak Adaline teringat dengan kejadian yang menimpa nya beberapa jam yang lalu.“Bukan nya aku ingin tidur di satu tempat dengan mu, hanya saja kalau kamar kita sejauh itu aku merasa tidak safe! Aku tidak mau ambil resiko!” Ujar Adaline.Ethan mendengus kesal, “Jadi maksud mu kau ingin tidur sa
Hari sudah beranjak siang saat pintu kamar Ethan di ketuk dari luar. ETHAN pun bangun dengan malas dari tempat tidur."Kenapa lagi sih nih bocah?!!!" seru Ethan yang sudah tahu siapa orang yang mengetuk pintu kamarnya siang- siang begini.Ceklek....Ethan membuka pintu kamar dengan wajah juteknya."Hmmm...." Ucapnya yang literally benar- benar hanya hmmm saja."Aku lapar." Sebuat Adaline sambil memegang perutnya."Di bawah kan masih makanan! Lau tinggal makan." Ujar Ethan, lalu dengan cepat ingin menutup pintu itu. Dalam pikiran Ethan siapa suruh tadi tidak makan. Dan kalau sekarang minta makan maka dia sudah malas mengurusi nya."Tapi tidak ada yang menenami ku!." tahan Adaline, lebih cepat dari pada AD.Ethan mendengus kesal. Karena apa harus setiap kali Adaline makan, Ethan harus menemani nya? Menurut Ethan selain itu sangat manja, itu juga hanya akan membuang-buang waktu nya.Namun sekali lagi, tentu saja Ethan kembali tidak dapat menolak nya sebab ADALINE ADALAH TAMU TITIPAN BOS
Hari sudah cukup sore saat Ethan sudah sampai mengantarkan sang bos berserta istri ke Villa milik sang bos. “Aku rasa sebaiknya aku pulang. Aku takut terjadi apa-apa pada Adaline. Secara kan dia juga adalah tanggung jawab ku.” Seru Ethan, pelan. Ethan pun menuju ke tempat para anak buahnya berjaga, dan menegaskan kembali apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Sebelum pulang, Ethan melihat kembali keadaan Villa dengan seksama. “apa dia akan baik-baik saja disini dengan pengawalan Dom?” ucap Ethan pada dirinya sendiri, karena mengkhawatirkan keselamatan Mr. Sean beserta istri. Tapi sesaat kemudian Ethan teringat perkataan bos nya pada nya, bahwa sang bos sengaja menempatkan Ethan untuk menjaga Adaline White agar Ethan punya waktu untuk liburan di rumah. Selama ini Ethan selalu mengikuti kemana pun Mr. Sean pergi, sehingga dalam penglihatan Sean, Ethan tidak punya waktu me time sedikit pun. “Baiklah kalau begitu. Semoga aku benar-benar bisa berlibur jika aku berada
Ethan meraih handuk nya dan mengeringkan tubuh nya yang basah kuyup karena mencoba menyelamatkan bocah itu. "Lekaslah keluar dari bathtub itu, kau bisa masuk angin jika berlama-lama berendam di sana." Ucap Ethan dengan suara datar nya, berpura-pura kalau diri nya baik - baik saja saaat ini. Padahal asli nya, jantung Ethan pun berdetak sama kerasnya dengan Adaline saat ini. Bahkan kalau bisa jantung Ethan ingin melompat keluar dan menghampiri jantung Adaline, yang kompakan berdetak kencang. Ethan meletakkan tangannya di dada. Dia merasa ada yang tidak beres di dalam sana. "Apa ini efek karena aku terjatuh tadi? Heem..aku rasa aku harus segera memeriksa diri ke dokter." gumam Ethan pada diri nya sendiri. "Aku harus menelpon dokter pribadi nya dan meminta nya datang." Ujar Ethan dalam hati. Ethan pun akan beranjak pergi namun baru selangkah Ethan melangkah Adaline memanggil nya. "Heem...Ethan." Panggil Adaline, membuat detak jantung Ethan semakin cepat. "Apa lagi ini Tuhan??" Ser
“Hufft.. kemana dia? Apa dia masih di luar?!” Seru Adaline yang ragu-ragu untuk keluar sebab saat ini dia hanya mengenakan handuk saja. Secara pakaiannya basah total karena cipratan air saat dia dan Ethan jatuh ke dalam bathup.Adaline mengelus-elus kedua lengannya. Mungkin karena ia baru saja selesai bermain air maka nya suhu yang sudah dingin di kamar Ethan terasa semakin dingin di kulit nya.“Aku harus bagaimana sekarang?” ujar Adaline, yang masih belum bisa memutuskan untuk keluar atau tidak.Adaline ingat di rumah itu sebenarnya ada banyak anak buah Ethan, hanya saja tidak semua dari mereka yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh Ethan.Itu lah mengapa hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di dalam rumah itu sejak Adaline tiba di sana.Tapi ya tetap saja! Mau di luar ataupun di dalam, mereka semua laki-laki. Dan satu-satunya wanita di rumah itu hanyalah Adaline seorang. Tentu saja hal ini tetap membuat Adaline merasa was-was.“Keluar? Tidak?” ujar nya, berpikir keras.
“Apa sampai sekarang kalian masih belum bisa menemukan Adaline?” seru Beldiq White pada anak buah nya.“Maaf tuan White, sampai saat ini kami masih belum bisa menemukan keberadaan nona Adaline.” Lapor nya.“Bodoh!! Bodoh kalian semua!! Apa saja kerja kalian! Sampai anak ingusan itu bisa lolos dari misi kalian!” Bentak Beldiq, sangat murka sebab Adaline yang menjadi target utama nya malam itu lolos.“Beldiq sayang, tenang lah dulu. Jangan sampai tekanan darah mu naik karena ini.” Ujar Jenny yang merangkap pacar sekaligus sekertaris Beldiq.“Aku tidak akan bisa tenang sayang, selama aku belum tahu di mana keberadaan putri tiri ku itu!” Seru Beldiq.“Aku harus yakin seratus persen dia mengikuti jejak ibu nya ke dunia lain, baru setelah itu aku bisa tenang. Tenang menguasai semua harta peninggalan ibu nya. Terutama perusahaan itu!! Aku membutuhkan perusahaan itu untuk tempat bisnis ku!!” Lanjut Beldiq yang mengira kalau Ainsley telah meninggal.“Kalau dia masih tidak dapat diketahui rimba
“Hallo Mr. Sean........” Sapa Adaline.“Hai.. Adaline, bagaimana kabar mu? Ethan mengatakan pada ku kalau kau tadi pingsan.” Ucap Mr. Sean, meresepon sapaan Adaline.“Benar, tapi saat ini aku sudah baik-baik saja.” Jawab Adaline.“Bagus lah kalau begitu...” jawab Mr. Sean, terdengar sangat ramah.“Sean.. I mean, Mr. Sean.. bisa kah aku meminta bantuan mu untuk sesuatu?” tanya Adaline.“Katakan saja Adaline. Kalau aku bisa membantu mu maka akan aku bantu.” Jawab Mr. Sean.“Apa aku boleh meminjam Ethan untuk satu bulan ini?” Ucap Adaline, terdengar ragu.“Kau ingin apa?” Tanya Mr. Sean sedikit tidak yakin dengan pendengarannya.“Hmmm... Apa boleh aku meminjam Ethan untuk menjadi pengawal ku?” Ulang Adaline sekali lagi.“Kau bermaksud meminjam Ethan untuk menjadi pengawal mu? tapi untuk apa?” tanya Mr. Sean lagi.Adaline menarik nafas nya sejenak lalu mulai menceritakan rencana nya pada Mr. Sean. Adaline memang belum pernah bertemu langsung dengan Mr. Sean. Tapi satu hal yang pasti, Adal
“Misi mu adalah menjadi suami Adaline White selama sebulan. Bagaimana menurut mu? Sebuah misi yang seru Dan luar biasa kan???” Ujar Mr. Sean terdengar seperti mengucapkan hal yang biasa-biasa saja.Padahal barusan dia baru saja memerintahkan Ethan secara tidak langsung untuk menikah dengan Adaline. Walaupun pernikahan itu hanya untuk sebulan saja. Tapi tetap saja itu adalah sebuah pernikahan.“Whats?!” Seru Ethan shock setengah mati mendengar misi yang baru saja Mr. Sean berikan untuk nya.Dari sekian banyak misi di luar nalar yang Mr. Sean berikan pada nya selama ini, Ethan merasa ini yang paling tidak masuk akal. Dan sebanyak apapun Ethan berpikir, otak nya tetap tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh Mr. Sean barusan sebagai sebuah misi.“Apa bos ku mulai gila?” batin Ethan.“Bagaimana Ethan?” Ulang Mr. Sean bertanya. Benar-benar tidak merasa kalau dia telah mendzolimi pengawal pribadi nya.“Mr. Sean, kau saat ini ada di mana?” tanya Ethan, tidak menjawab sama sekali pertanyaa
"Sayang, apa yang sebenarnya dilakukan oleh putra mu? Ini tidak mau! Itu tidak mau! Di jodohkan dengan si A, dia nolak. Aku benar-benar pusing." amuk Olivia begitu Samuel pulang dari Perancis."Kau ini kenapa sayang? Suami pulang bukannya di cium malah di omeli." Dengan penuh kasih sayang Samuel menarik lembut tangan istrinya untuk duduk bersama nya di sofa."Menurut mu apa lagi coba yang membuat ku ngomel-ngomel tidak jelas seperti ini kalau bukan karena putra kesayangan mu Arka!" jawab Olivia tanpa melihat ke arah Samuel."Arka? Memang nya apa yang dilakukan oleh Arka? Selama aku di Perancis, aku sama sekali tidak mendengar hal yang aneh-aneh tentang putra ku itu? Setahu ku setelah Arka tahu siapa wanita yang itu, tidak ada hal yang harus aku khawatirkan tentang nya." jelas Samuel, yakin.Samuel sangat yakin kalau kelakukan putranya sudah berada di dalam track yang seharusnya. Berkencan dengan wanita jalang bukan lah hal yang diwarikan di dalam keluar mereka."Memang Arka sudah ti
Sebulan pun telah berlalu sejak kematian Liliana Wong.Di bulan ini keputusan untuk tindak kejahatan yang Beldiq dan Lian Wong akan di tetapkan.Dan sebelum keputusan itu di baca kan Lian Wong meminta Ethan untuk menemui nya di penjara.Lian Wong berencana menceritakan pada Ethan semua nya. Mulai dari awal semua masalah ini hingga alasan dia melakukan semua hal ini. Tapi sayang nya Ethan memutuskan untuk tidak bertemu dengan Lian Wong.Ethan tidak ingin mendengar apapun yang keluar dari mulut paman nya itu. Bagi Ethan, Lian Wong adalah masalalu yang akan terus membebani masa depan nya.Dia ingin melupakan semua nya. Karena itu lah dia tidak bersedia menemui Lian Wong walaupun Lian Wong memohon dengan sangat.Kini Ethan hanya fokus mempersiapkan pernikahan Amber dan Erlan yang akan di adakan dalam bulan ini."Kau yakin sayang, tidak mau menemui paman mu untuk terakhir kali nya? Aku saja datang mengunjungi Beldiq kemarin." Sebut Adaline."Kau datang menemui Beldiq karena kau ingin mempe
Setelah melalui sesi interogasi yang panjang dan sangat menegangkan akhir nya satu dari tiga pria yang datang untuk menghabisi nyawa Beldiq bersedia bekerja sama dengan polisi untuk menangkap bos besar mereka."Untung kau datang Rery!" Arnold menepuk pundak Reryd tiga kali. "Kalau tidak maka kita akan kesulitan menjalankan rencana kita selanjut nya." sambung Arnold.Rery auto melihat pada Ethan, Dom dan Erlan yang juga ada di sana. Dalam pikiran Rery tentu saja dia akan datang. Bahkan kalau jalanan macet sekalipun, dia akan terbang untuk bisa tetap sampai di kantor polisi.Sebab apa? sebab Rery sangat ingin bertemu dengan bos Beldiq yang Rery, Ethan serta teman-teman mereka lain nya sangka kalau bos yang di maksud oleh tiga orang pria tadi adalah Tedi- kameramen Rery yang ternyata belum mati itu.Karena menurut Roland si hacker yang mengirimkan video ke Rery, bos nya Beldiq adalah Tedi."Kita ikuti ketiga pria ini ke rumah bos mereka lalu kita ringkus." Ucap Arnold."Sesuai dengan ren
Seminggu pun berlalu tapi Beldiq masih tetap dalam diam nya. Dia tidak ingin memberikan pengakuan apapun terkait dengan kematian Tedi padahal semua bukti telah mengarah pada nya.Namun hal ini tidak serta merta membuat Lian Wong tenang. Dalam pikiran Lian Wong selama Beldiq masih di dalam penjara atau selamaa wartawan yang bernama Rery itu masih hidup maka hidup Lian Wong lah yang tidak akan pernah tenang."Aku tidak bisa menunggu lebih lama dari ini. Aku harus segera menyelesaikan hal ini. Beldiq tidak mungkin selama nya akan bungkam. Kalau dia sampai buka suara maka semua nya akan hancur." Pikir Lian Wong."Apalagi aku dari gelagat nya Mr. Fred seperti tidak bertindak apapun saat ini. Sial! Seharus nya aku juga menutup rapat identitas ku seperti Mr. Fred. Sehingga di saat-saat seperti ini aku tidak perlu takut untuk di tangkap oleh polisi." Ucap nya penuh umpatan.Lian Wong jadi panik sendiri. Dia paling tidak suka dalam situasi yang penuh ketidak pastiaan seperti saat ini."Dari pa
"DUAAAAAAR!!!"Mobil Rery terpelanting cukup tinggi akibat ledakan bom yang ada di bagian bawah mobil nya.Rery langsung terkejut melihat hal itu. Jujur saja, tubuh nya saat ini terasa sangat lemas.***Ledakan yang dasyat itu membuat semua orang di kantor polisi berhamburan keluar. Begitu juga dengan Arnold. Dia spontan berlari lebih kencang tanpa mematikan handphone nya yang masih tersambung tadi.Arnold takut terjadi sesuatu pada Rery. Namun syukur nya ternyata Rery tidak kenapa-napa. Arnold melihat Rery saat ini berdiri di pintu masuk kantor polisi."Syukur lah kau tidak kenapa-napa Rery! Aku sangat khawatir!" Seru Arnold, menepuk pelan pundak Rery."Tidak hanya kau, aku pun khawatir. Bagaimana kalau aku tidak memiliki firasat buruk tadi maka sudah pasti saat ini aku melihat mu sambil aku terbang ke atas sana, terbang sambil dada dada menuju syurga." Jawab nya sambil berseloroh."Mendengar mu sudah bisa berkata seperti itu, ku yakin sudah baik-baik saja. Ayo kita masu dan mengobro
Jolie yang tidak bisa berkata-kata itu hanya bisa diam menerima ciuman yang Dom berikan. Wajah nya merona dan kedua pipi nya terasa panas.Mata Jolie berkedip berkali-kali. Jolie tidak menyangka kalau ciuman pertama nya akan di ambil oleh pria yang paling ingin dia hindari dalam hidup nya ini.Rencana nya untuk membuat Dom kesal malah berujung menjadi sebuah first kiss bagi nya."Itu hukuman untuk mu yang sengaja membuat ku menunggu mu seperti orang bodoh di dalam sana." Ucap Dom sembari mengusap lembut bibir Jolie dengan jari nya."Jangan ulang lagi. Karena hukuman ku biasa nya berdasarkan tingkat akumulatif poin kesalahan. Dan sekarang kau sudah memiliki 5 poin kesalahan kalau kau berbuat kesalahan lagi maka poin mu akan bertambah. Dengan demikian, hukuman mu sudah pasti akan berubah." Sambung Dom seenak dengkul nya."Kau bisa pikirkan kira-kira hukuman apa yang setingkat lebih tinggi dari pada sebuah ciuman." Ujar Dom sambil mengedipkan mata sebelah.Mendengar hal itu Jolie sontak
"Ayo masuk." Ajak Ethan ketika ia dan Adaline telah sampai di depan pintu kamar ibu nya Adaline."Sretttt.." Suara pintu yang terbuka dengan pelan."Tit... Tit...............Tit...............Tit............" Suara pertama yang Adaline dan Ethan dengar saat masuk ke dalam ruangan itu."Mommy masih belum sadar sayang?" tanya Adaline pada Ethan."Belum sayang. Mommy masih betah tidur dan masih belum mau membuka mata nya. Namun kau tidak perlu khawatir sayang, kondisi ibu hari ini jauh lebih baik dari kondisi Mommy sebelum nya." Papar Ethan."Kau lihat, mommy tidak perlu lagi menggunakan banyak alat seperti terakhir kali kita ke sini. Beberapa alat sudah tidak di pasang karena mommy memang sudah tidak memerlukan nya lagi." Jelas Ethan lagi."Syukur lah." Ucap Adaline lalu duduk di kursi yang berada di samping itbu nya.Adaline mengambil tangan sang ibu dan berkata,"moms, Adaline datang. Maaf Adaline tidak bisa menjenguk mommy sering-sering karena Adaline takut ada orang yang mengikuti Ad
Seperti apa yang di perkirakan oleh Ethan, Beldiq di periksa tidak hanya untuk kasus percobaan pembunuhan ibu nya Adaline tapi juga pembunuhan Tedi.Walaupun kedua orang yang dikira oleh Beldiq telah mati ternyata masih dalam keadaan hidup, Beldiq tetap diperiksa atas tuduhan penghilangan nyawa seseorang."Aku tidak akan bicara sampai pengacara ku datang." Ucap Beldiq dengan pongkah."Kau jangan membuat ku kehabisan kesabaran tuan Beldiq. Kau sudah menelpon lima orang untuk menjadi pengacara mu tapi kelima-lima nya mengundurkan diri. Tidak ada yang yang ingin menjadi pengacara mu. Dan kau sendiri pasti tahu kenapa hal ini bisa terjadi bukan?" Tekan Arnold.Beldiq tetap diam. Dia hanya menatap Arnold tanpa berkata apa-apa. Tapi ya begitu, tampang sombong nya tidak juga hilang."Aku akan bayar mahal untuk pergantian kamar sel ku. Aku ingin sel seperti yang ditempati oleh koruptor." Seru nya kemudian menyilang kan kaki nya di ruang pemeriksaan itu."Untuk calon terpidana mati seperti mu
Singkat cerita, Dom pun mengantarkan Jolie pulang. Setelah itu Dom tidak kembali lagi ke kediaman pribadi nya. Dia malah kembali ke tempat Ethan. Karena sejam lagi mereka akan melihat siaran langsung rumah Beldiq White di gerebek oleh polisi."Aku tidak boleh ketinggalan nonton bareng." seru nya sambil berlari menuju ke ruang tengah rumah Ethan dimana Ethan, Adaline dan Erlan sudah berada di sana menunggu detik-detik penggerebekan yang akan di siarkan secara langsung oleh Rery dari kediaman Beldiq."Aku belum terlambat kan?" Seru Dom sambil berlari dan begitu sampai di ruang tengah itu langsung mengambil posisi duduk di atas karpet padahal ketiga orang lain nya duduk di atas sofa."Loh? Kok duduk di bawah?" seru Adaline pada Dom."Sudah biarkan saja. Jiwa pembantu nya tidak akan bisa dirubah." Sarkas Ethan sambil tertawa."Terserah. Yang penting aku ingin melihat ini semua dari tempat ternyaman. Dan itu tidak lah di atas sofa." Jawab Dom asal."Kau dari mana Dom? Kenapa baru datang se