Kyas Netanyahu adalah pria yang terkenal dengan sikap arogansinya, sudah pasti sulit untuk menerima teguran dari siapapun.Ketika mendengar seruan pria yang berniat untuk menghalangi kelakuan bejatnya, Netanyahu tidak hanya mengabaikan. Selama ini, pria berusia lima puluh tahunan itu tidak takut dengan siapa pun, maka dari itu, dia lanjut menyalurkan hasratnya yang sudah tidak bisa ditahan itu."Berhenti ... aku bilang berhenti!" Ikram berteriak sembari melangkah cepat.Pun dengan Ashley yang mengikuti dari belakang. Laporan dari salah satu anak buahnya yang membawa mereka ke tempat tersebut.Merasa tertolong, Noura segera membuka mata. "Lepaskan aku bajingan!" Dengan sekuat tenaga dan keberanian yang masih tersisa, dia mendorong Netanyahu.Pria yang sudah setengah telanjang itu sedikit tersungkur ke belakang. Namun, di bawah pengaruh alkohol, dia tidak merasakan apapun. Tidak ada rasa sakit, marah, apalagi malu. Semua itu sudah hilang sejak awal mendekati Noura. Netanyahu hanya ingi
Lelah selalu dibayang-bayangi oleh kehadiran Nader membuat Noura seperti orang yang kehilangan akal. Dia ingin segera meninggalkan club malam, tapi dia lupa jika baru beberapa hari menandatangani perjanjian kontrak."Aku tidak ingin bekerja di sini lagi, bisakah kamu membantuku?" Pada Moana, Noura memohon dengan serius.Moana paham ketakutan Noura adalah Nader, namun dia khawatir dengan keselamatan temannya itu. "Aku ingat kamu melakukan perjanjian kontrak dengan tuan Ashley, apa kamu tidak takut terkena masalah d kemudian hari?" "Apa tidak bisa dibatalkan?" Noura juga risau memikirkan hal itu. "Lagi pula aku juga belum mendapatkan uang yang dijanjikan tuan Ashley, tentu tidak masalah jika aku membatalkannya sejak dini."Sialnya, Noura juga baru menyadari bahwa Ashley telah sengaja mempersulitnya untuk dapat keluar dari tempat tersebut. Pikirannya yang polos dengan mudah mengiyakan syarat dari Ashley saat menawarkan kontrak kerja.Hanya Noura satu-satunya yang memiliki kontrak kerja
Saat Noura ingin menemui Ashley, dia tidak sengaja bertembung dengan Nader di depan pintu. Pertemuan itu tak dapat dielakkan lagi. Noura tidak punya alasan untuk berpaling. "Huhhh ... mau ke mana kamu?" tanya Nader dengan sinis. "Bukankah sekarang adalah jam kerja, apa yang ingin kamu lakukan di ruangan atasanmu? Apa kamu juga ingin menggoda Ashley agar pekerjaanmu mendapatkan keringanan?" Noura membenci Nader segenap jiwa dan raganya. Sembari mencengkram ponsel di tangannya, dia melotot pada pria itu. "Kenapa, Noura? Kenapa diam saja, apa kamu sudah tidak sabar ingin masuk ke dalam?" Nader menyindir lagi. "Aku sudah tahu bahwa kamu akan rela melakukan apapun untuk menebus panti asuhan yang sudah tergadaikan itu."Noura ingin sekali melakukan pembelaan. Amarahnya kian memuncak melihat sikap kesemena-menaan Nader terhadapnya. Namun, sebagai bawahan dan orang yang memiliki posisi terendah dalam klub itu, dia harus mampu mengontrol diri agar tidak terjebak dengan setiap ucapannya."Ak
"Apa yang akan dia lakukan di sini?" Pertanyaan itu muncul tatkala Nader melihat sosok Sukaesih memasuki klub malam. Kedatangan Sukaesih yang tiba-tiba pasti dipengaruhi oleh kejadian yang menimpa Noura dan Netanyahu. Apalagi wanita itu didampingi oleh dua orang bodyguard, Nader semakin yakin jika sesuatu hal yang buruk akan menimpa Noura."Ini tidak bisa dibiarkan." Nader segera mengeluarkan ponselnya. Dia yang tadinya sudah berniat untuk pulang malam itu, terpaksa urung karena ada perasaan khawatir terhadap keselamatan Noura.Seketika Nader menyesali perbuatannya yang menyalahkan Noura. Namun, untuk mengakui kesalahan itu mustahil akan dilakukan oleh pria pemilik kuasa itu.Orang pertama yang dihubungi Nader adalah Ashley. Hanya hitungan detik, panggilan itu sudah tersambung.Saat itu, Ashley juga ingin melaporkan tentang penolakannya terhadap permintaan Noura. Pria itu hendak menunjukkan pada Nader bahwa dia tidak akan membantu Noura dan lebih berpihak pada orang yang lebih berkua
Noura segera berpindah tempat. Wanita yang menggunakan pakaian serba hitam itu bersembunyi di balik pintu untuk menghindari kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Ponsel yang digunakan Noura sehari-hari adalah pemberian Ashley secara cuma-cuma. Jika pria itu mengetahui kekakuan Noura yang mencoba menghubungi pria lain secara diam-diam, maka dia harus bersiap untuk menghadapi masalah baru. Hanya bisa berdoa, Noura pasrah setelah mendengar bunyi dobrakan pintu yang begitu keras. Brakkk."Cepat geledah tempat ini!" teriak Sukaesih dengan semangat yang berapi-api. "Wanita itu harus mati di tanganku. Beraninya dia berhadapan dengan keluarga Netanyahu.""Baik, Nyonya." Dua orang bodyguard dan satu pengawal lainnya langsung masuk serempak ke dalam gudang."Ya Tuhan, jadi mereka adalah orang suruhan si pria mesum itu!" tebak Noura dalam hati. "Matilah aku malam ini."Setelah mendengar suara perempuan dari balik pintu, tubuh Noura bergetar hebat. Ketakutannya kian bertambah. Jika sampai tert
'Apa dia benar-benar akan membantuku?' bisik Noura dalam hati sembari mengamati keseriusan di wajah Ashley. Masih ada keraguan, namun dia sangat butuh bantuan dari seseorang yang berpengaruh."Apa yang kamu pikirkan?" Ashley segera menegur. "Dari ekspresimu itu saja aku sudah dapat menyimpulkan jika kamu dan tuan muda Nader memiliki hubungan yang cukup rumit."Selain penasaran, Ashley juga menginginkan hal lain tentang Nader. Tentu menarik jika dia mengetahui rahasia pria itu. Sangat jarang bagi orang lain untuk mendapatkan kelemahan Nader.Noura mencengkram kain lap di tangannya. Ya, mungkin dia harus berkata jujur pada Ashley."Ayo katakan, aku akan membantu sebisa mungkin!" desak Ashley tidak sabaran.Dalam waktu singkat, sebuah keberanian muncul di benak Noura. Namun, sebelum bercerita, dia ingin memberikan penawaran. "Aku akan bercerita, tapi ada syaratnya!""Wah ... licik juga cara mainmu, Noura. Berani sekali kamu melakukan tawar menawar dengan seorang bos!" Jika tidak memilik
"Kenapa harus ke dalam mobil Nader?" Membayangkannya saja sulit bagi Noura. Bagaimana mungkin dia melakukan hal itu dengan sukarela."Jangan banyak pikir lagi!" Ashley segera menarik tangan Noura agar ikut keluar dengannya.Pada saat berjalan menuju lift, Noura bertanya lagi. "Apa kami hanya akan berdua saja di dalam mobilnya?""Menurutmu mau bersama siapa lagi?" Ashley memperlakukan Noura seperti anak kecil, menyeretnya sesuka hati ke dalam lift. "Apa kamu pikir aku harus ikut mendampingimu seperti seorang ayah yang sedang menjaga anak gadisnya?"Tiba di dalam lift, Noura menelan ludah dengan kasar. Dia ketakutan jika harus berduaan dengan Nader. "Ashley, tidak bisakah kamu membawaku bersembunyi ke tempat lain saja?" Ashley menekan tombol lift. Mereka akan menuju lantai satu. "Aku bisa saja melakukan itu, tapi setelah itu kamu bisa bayangkan sendiri apa yang akan terjadi denganku?" Nader bisa saja tidak akan memaafkan Ashley jika itu terjadi. Noura paham jika berhadapan dengan Nad
"Duduklah dulu!" suruh Ashley setelah mereka tiba di sebuah ruangan. "Kamu tunggu di sini, aku akan menemui salah satu temanku."Sembari memasang wajah merengut, Noura mematuhi perintah atasannya itu. Semua dia lakukan dengan terpaksa."Lebih baik tadi aku bersama dengan Nader saja," kata Noura menyesali keputusannya. Dia ingin lari, tapi bingung cara dan tujuannya mau ke mana."Tapi bersama Nader juga aku hanya akan tertekan." Noura serba salah. Dia menggerutu sendiri. 'Oh Tuhan, sampai kapan nasib buruk ini akan berakhir?'Selang lima menit, Ashley sudah keluar lagi. Dia tidak sendiri, tapi ditemani oleh seorang wanita cantik yang hanya menggunakan pakaian dalam saja. "Siapa wanita ini?" pikir Noura dengan cemas. "Kenapa Ashley membawanya padaku?"Tapi setidaknya, Noura bisa tenang karena malam itu yang dikenalkan padanya adalah seorang wanita, bukan pria mesum seperti yang sempat terlintas di benaknya.Paham dengan ekspresi Noura, Ashley segera memperkenalkan temannya pada Noura.