Seminggu setelah pernikahan James dan Laura, Leeray mengirim pesan W* kepada Deasy. Dia sedang rehat siang setelah menjalani rapat dengan tim bagian pemasaran perumahan Indrajaya Realty wilayah Jakarta Barat.
Belakangan ini penjualan unit perumahan perusahaan mereka sangat bagus, Leeray puas melihat laporan pemesanan unit perumahan hingga akhir tahun lalu. Dia berharap di tahun yang baru ini, perusahaan Indrajaya Realty akan mencapai hasil yang lebih baik lagi.
Dengan gelisah, Leeray menunggu balasan dari gadis itu. Seharusnya di Perth saat ini sudah sore, tentunya Deasy akan memiliki banyak waktu untuk membalas pesannya.
Ponselnya berbunyi!
Leeray segera mengecek W* nya. Ternyata benar itu pesan balasan dari Deasy. Dia pun membaca pesan itu lalu tersenyum sendiri. Segera dia membalas pesan itu lagi.
Deasy ternyata mengiriminya email berisi beberapa desain kaca patri. Leeray pun membuka Macbook-nya. Ada cukup banyak foto contoh desain yang bagus, bagus, dan sangat bagus ... tapi dia ingin Deasy yang menggambarnya sendiri untuknya. Semua foto contoh desain tadi karya yang sudah ada di publik.
Leeray : "Apa tidak ada koleksi gambar buatanmu sendiri, Deasy?"
Deasy : "Ada. Sebentar kukirim beberapa foto via email. Coba kau lihat."
Leeray : "Oke."
Leeray mengecek lagi emailnya. Gambar buatan Deasy tampak bagus dan unik, dia menyukai gambar merak dengan bulu terkembang dengan latar bunga-bunga warna-warni yang kontras dengan bulu merak yang hijau kebiruan seperti bentuk mata. Tapi dia tidak suka burung merak.
Leeray : "Gambarmu bagus, tapi aku tak suka burung merak. Bolehkah aku meneleponmu sekarang?"
Deasy : "Oke. Telepon saja."
Leeray pun memilih fitur video call karena dia ingin melihat wajah gadis itu. Pada deringan kedua panggilannya diterima.
Deasy : "Hallo, Lee." Deasy tersenyum sambil melambaikan tangannya ke Leeray.
Pria itu seolah tertular senyuman Deasy, dia pun tersenyum. Hatinya terasa hangat ketika melihat Deasy yang ceria.
Leeray : "Hallo, Deasy. Nggak ganggu, kan, kutelpon?"
Deasy : "Tidak Lee .... Gimana? Desain yang seperti apa yang kau inginkan? Dimana kaca patri itu rencananya akan ditaruh?"
Leeray : "Aku ingin memasang kaca patri itu di jendela yang mengarah ke taman samping rumahku."
Deasy : "Oke. Kira-kira berapa ukuran yang kamu inginkan untuk kaca patrinya?"
Leeray : "Sekitar panjang 2 meter dan tinggi 1 meter."
Deasy : "Sekarang aku ingin tahu, jenis model yang kamu inginkan? Benda artistik atau pemandangan alam seperti ombak laut, pegunungan, air terjun, hutan atau apa pun yang kamu inginkan."
Leeray tersenyum mendengar suara Deasy yang merdu dan jernih.
Leeray : "Maaf. Aku belum ada ide apa pun untuk desain kaca patri itu, Deasy."
Deasy : "Bagaimana kalau pemandangan pegunungan mungkin kita bisa memakai gradasi warna biru, hijau, dan kelabu. Atau kamu lebih suka warna yang ramai dan lebih hidup?"
Deasy merasa agak bingung karena Leeray tidak memberinya clue tentang apa yang dia sukai.
Leeray : "Aku lebih suka warna yang cerah dan ceria ...." ( seperti dirimu, batin Leeray)
Deasy : "Ohh oke. Tapi, kamu ingin gambar apa? Aku ingin permintaan yang lebih spesifik."
Leeray : "Ehmm ... aku tidak memiliki ide saat ini. Bisakah kamu menggambar apa yang ingin kamu gambar saja?"
Deasy terdiam. Kemudian dia berkata lagi.
Deasy : "Baiklah. Aku akan membuat satu desain untukmu. Besok akan kukirim via email. Bye, Lee." Deasy melambaikan tangannya pada Leeray.
Leeray : "Bye, Deasy." Leeray tersenyum menatap wajah Deasy.
Leeray sempat meng-capture layar ponselnya ketika menelepon Deasy via video call tadi. Dia menatap wajah Deasy di layar ponselnya. Gadis itu sama cantiknya dengan kakaknya, Laura. Hanya saja Deasy memiliki aura keceriaan dan kemudaan yang terpancar dengan jelas. Gigi putihnya sangat rapi dan bibir mungil menggemaskan yang mengundang ciuman.
Seandainya Deasy di Jakarta tentu Leeray akan mengejarnya dan mengajaknya berpacaran. Sayang sekali, gadis itu di Australia. Mereka tinggal berbeda benua. Baginya LDR itu hubungan yang membuang-buang waktu.
*****
Deasy merasa senang berbicara dengan Leeray melalui panggilan video call singkat tadi. Pria itu begitu menawan ketika tersenyum.
Dia pun mengambil buku sketsanya lalu menggoreskan pensilnya membentuk sebuah sketsa raut wajah pria dengan garis rahang dan hidung yang tajam, sepasang mata monolid khas Asia dan bibir yang penuh berwarna merah muda dalam versi real. Terakhir dia membuat arsiran model rambut bergelombang dengan potongan old fashion berbelah pinggir.
Gambar itu sangat mirip dengan wajah asli Leeray yang tadi tersenyum di video call. Deasy pun tersenyum menatap gambar karya tangannya.
Ahhh .... Ada apa sih dengan perasaan ini, pikir Deasy. Mana mungkin Leeray menyukainya, dia hanya bocah kemarin sore sementara Leeray CEO perusahaan besar berkelas nasional di Indonesia.
Oya, dia harus segera membuat desain kaca patri pesanan Leeray. Sebenarnya Deasy bingung apa yang Leeray mau, tapi dia mengatakan bahwa dia menyukai warna cerah dan ceria.
Deasy pun tertawa sendiri mengingat sifat Leeray yang serius dan sepertinya keras kepala. Bagaimana bisa pria itu menyukai warna yang cerah dan ceria seperti merah, pink, kuning, jingga, hijau seperti pelangi. Ataukah sebaiknya Deasy mendesain gambar negeri dongeng di atas awan dengan busur pelangi di atasnya?
Dia pun mencoba membuat gambar dengan pensil warna-warni. Deasy mengerjakan desain kaca patri itu hingga tengah malam, dia mencurahkan segala imajinasinya ke dalam gambar itu. Menurutnya desain itu seharusnya tidak akan ditolak oleh Leeray kali ini. Dia pun mengirimkan desain itu pada Leeray via email.
Setelah itu Deasy pun pergi tidur, rasanya lelah sekali membuat sebuah desain artistik dalam waktu yang relatif singkat.
*****
Pagi itu Leeray bangun kemudian berolahraga cardio, treadmill, sit up lalu angkat beban seperti biasanya. Michael masih di Yogyakarta, biasanya mereka berolahraga pagi berdua sebelum mandi dan sarapan.
Ketiga pangeran klan Indrajaya selalu menjaga kebugaran dan stamina mereka sejak muda. Semuanya bertubuh atletis, tinggi dengan otot-otot yang terpahat sempurna.
Ketika sarapan bersama papinya, Leeray membaca notifikasi email masuk. Ternyata semalam Deasy telah mengirimkan sebuah desain kaca patri untuknya. Leeray membuka desain itu melalui ponselnya.
Gambar itu sungguh indah dengan warna-warni cerah dan ceria. Sebuah negeri dongeng di atas awan. Sedikit kekanak-kanakan sebetulnya karena dia melihat Deasy membuat unicorn berbadan putih dengan surai berwarna pelangi di bagian pojok kanan bawah. Sepasang bayi malaikat bersayap terbang di atas kastil membawa kecapi dan seruling.
Kastil megah berwarna putih dengan aksen atap kuning keemasan dilengkapi gerbang berujung runcing berwarna perak, taman di bagian bawah kastil penuh bunga bermekaran berwarna merah, pink, dan ungu dengan daun-daun yang merambat. Di bagian atas kastil terdapat busur pelangi yang memanjang dari pojok sisi kiri ke kanan dengan background langit berwarna biru saphire.
Desain Deasy seperti sebuah masterpiece seniman kenamaan.
Leeray takjub melihat desain buatan Deasy. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan mewujudkan karya indah itu di rumah barunya nanti.
Dia mengirim sebuah pesan W* ke nomor Deasy. "Apa kamu bisa membuat sebuah desain lagi, selain yang sudah kamu kirim semalam? Aku ingin melihat desain kaca patri buatanmu yang lain."
Kuliah desain arsitektur modern berlangsung dengan serius, para mahasiswa S2 yang kuliah sekelas dengan Deasy rata-rata seniman tua yang memiliki jiwa seni tinggi. Nampaknya Deasy adalah mahasiswi termuda di kelas itu.
Ponsel Deasy tiba-tiba berbunyi di tengah kelas yang hening. Hal itu sontak mendapat tatapan teguran dari rekan-rekan sekelasnya. Deasy pun meringis meminta maaf. Dia lalu memilih mode silent di ponselnya.
Nomor Leeray yang mengiriminya pesan W*. Deasy pun segera membuka pesan tersebut. Dia langsung merasa kesal setelah membaca pesan Leeray.
Deasy sudah bekerja lembur semalam demi menyelesaikan desain kaca patri untuk Leeray. Dan pria itu memintanya membuat desain lainnya. JANGAN HARAP!
Sepertinya dia tidak akan menjawab panggilan Leeray lagi. Dia sangat kesal dengan pria perfeksionis itu. Bukankah kemarin dia mengatakan suka warna cerah dan ceria dengan tema bebas? Sekarang pria itu menginginkan desain yang lain. Dia lelah dan merutuk dalam hatinya. Go to hell, Man!
Pagi itu Leonard mengadakan meeting dengan beberapa rekanan perusahaan. Dia ingin mewujudkan obsesinya untuk merambah bisnis ke luar negeri. Pasar dalam negeri sudah tidak menantang baginya.Meeting itu dihadiri oleh Alfred Harper dan Donovan Harper, putera tunggalnya,pengusaha dari Australia yang memiliki usaha di bidang properti juga seperti Indrajaya Realty.Selain itu, Leonard mengundang Enrico Tanurie sahabat dekatnya yang bisnisnya bergerak di bidang department store, perhotelan, dan transportasi taksi."Baik, Mr. Alfred. Besok putera saya, Leeray akan berangkat ke Perth untuk memulai kerjasama bisnis kita. Dia akan menetap sementara waktu di sana untuk mengurus jalannya proyek pembangunan superblock ini," ujar Leonard dalam bahasa Inggris yang fasih kepada Tuan Alfred Harper yang tampak di layar LCD besar ruang meeting.Tuan Alfred Harper pun menjawab, "Itu ide yang baik, Tuan Leonard. Kami akan menunggu kedatangan Mr. Leeray Indrajaya untuk
Leeray membeli sebuah gedung perkantoran di CBD (Central Business District) di kota Perth, Australia. Gedung itu berlantai 8 dan ruang kerjanya terletak di lantai 8. Dia tidak pernah mau menempati lantai selain lantai tertinggi di setiap gedung kantornya dari dulu.Suatu sifat egosentrik yang mendarah daging untuk selalu berada di puncak kekuasaan, doktrin papinya sejak Leeray kecil.Sore ini, dia memimpin meeting kantor cabang klan Indrajaya di kota Perth. Mereka akan memutuskan pilihan desain untuk superblock yang akan dibangun di tengah kota Perth.Ada banyak desain bangunan yang menarik yang ditampilkan di layar LCD di ruang meeting.Sekretaris pribadinya, Andy mengoperasikan LCD dengan laptopnya menampilkan desain bangunan yang telah dikirim oleh para desainer ke surel kantor."No. No. Yes. No. Yes. No. Yes. No. No ...," ucap Leeray ketika melihat tampilan desain yang muncul bergantian di layar LCD.Andy pu
Bagian perlengkapan gedung menempatkan meja kerja Deasy di dekat meja kerja Leeray sesuai permintaan bos mereka itu.Sebenarnya Deasy tidak menyangka dia akan bekerja seruangan dengan CEO perusahaan ini. Dengan jarak yang sangat dekat pula. Sungguh tidak nyaman tentunya, seolah dia berada dalam pengawasan khusus sepanjang hari. Namun, itu keinginan bos barunya, dia tidak boleh protes.Deasy duduk di meja kerjanya lalu bertanya pada Leeray, "Apa yang harus aku kerjakan hari ini, Tuan CEO?"Pria itu tersenyum geli mendengar panggilan baru Deasy untuknya. Dia pun menjawab, "Kau harus mulai mengerjakan detail desain bagian dalam gedung. Bukankah di dalam desainmu ada 12 lantai? Kita memiliki jadwal yang ketat untuk proyek ini.""Oohh baiklah, aku akan mulai mengerjakan desain bangunan mulai lantai 1 hari ini. Apakah aku bisa meminta kertas gambar untuk menggambar sketsa desain, Pak?" balas Deasy seraya menatap Leeray."Sebentar ...," tukas Leeray
Seusai mandi, Leeray segera memakai Polo shirt dan celana panjang kainnya. Bagaimana pun dia masih berada di kantor, tidak layak rasanya memakai baju yang terlalu santai.Gadis itu masih tertidur pulas ketika Leeray mengeceknya di ranjang. Sekalipun dia bisa saja melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu. Namun, Leeray tidak ingin melakukannya. Baginya bercinta melibatkan 2 pihak yang sama-sama menginginkannya.Dia pun keluar dari ruang tidur CEO berjalan menuju ke sofa lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di sana. Saat ini masih pukul 01.35, Leeray masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat.Setelah tidur dengan nyaman selama berjam-jam, Deasy pun akhirnya terbangun. Dia terkejut karena sedang berada di atas ranjang entah di mana. Namun, dia melihat bajunya masih lengkap seperti sebelumnya, dia pun bernapas lega. Dia pun teringat tadi masih di ruangan CEO mengerjakan desain superblock lantai 1, sepertinya dia tadi ketiduran.Deasy pun b
Setelah bekerja beberapa hari di kantor Leeray, Deasy pun mulai terbiasa dengan ritme kerja bosnya itu. Dia harus mengerjakan segalanya dengan cekatan, semua daftar pekerjaan selalu memiliki deadline yang pendek. Dan satu hal yang kadang membuat Deasy merasa kesal, pria itu tidak bisa menerima kata 'tidak' dari mulut karyawannya.Mungkin semalam sudah kelima kalinya dalam 5 hari, tubuhnya kelelahan bekerja hingga tertidur di meja kerjanya lalu digendong oleh pria itu ke ruang tidur CEO. Untungnya pria itu tidak pernah macam-macam padanya. Deasy selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Leeray.Leeray sedang memandangi kertas sketsa desain milik Deasy dengan serius.Tok tok tok."Ya, masuk," ucap Leeray.Seorang pria bule masuk ke ruangan CEO kemudian duduk di hadapan Leeray.(Dialog dalam bahasa Inggris yang langsung diterjemahkan oleh author.)"Selamat pagi, Tuan Ferdinand Kinston," sapa Leeray seraya mengulurkan
Sejak kemarin Leeray berusaha melarang Deasy untuk ikut terjun paralayang atau skydive istilah bule-nya. Di Australia memang banyak provider yang menyediakan fasilitas skydiving.Deasy kali ini memesan tempat di Rottness Island yang berada di Perth bersama provider Geronimo Skydive. Dia sudah beberapa kali melakukan skydiving bersama kru Geronimo Skydive dan segalanya berjalan dengan lancar tanpa ada kecelakaan. Bahkan, terakhir kali dia melakukan skydiving sendirian saja tanpa didampingi instruktur. Biasanya pemula terjun secara tandem bersama instruktur untuk mencegah kecelakaan yang tidak diharapkan."Deasy, batalkan saja rencanamu untuk terjun paralayang! Aku akan mengganti uang pemesanannya padamu. Ini sangat berbahaya!" sergah Leeray ketika mereka sampai di Rottness Island, dia mengantar Deasy ke tempat itu karena dia tidak dapat mengubah pendirian Deasy sejak kemarin siang ketika Deasy bercerita kepadanya.Gadis itu cemberut menatap Leeray. "Aku tid
Dengan wajah kebingungan, Deasy termangu-mangu mencerna perkataan bosnya itu. 'Apa aku tidak bermimpi? Leeray menembakku?' ucapnya dalam hati.Leeray menunggu jawaban Deasy dengan tak sabar. Dia kuatir gadis itu akan menolaknya mentah-mentah. Ego-nya tidak dapat dilawan oleh siapa pun selama ini. Tidak ada jawaban 'tidak' di kamusnya."Deasy?""Ehh ohhh iya, Lee? Ada apa?""Jawab pertanyaanku tadi? Apa kau mau jadi pacarku?" ulang Leeray dengan kata-kata yang jelas, dia memastikan Deasy mendengar setiap patah katanya dengan benar.Gadis itu menatap Leeray dengan sepasang bola mata birunya. Dia pun menjawab, "A--aa--aku bingung, Lee. Bolehkah aku memikirkannya dulu?"Leeray melepaskan pegangan tangannya di lengan Deasy lalu menyugar rambutnya. "Bingung kenapa, Deasy?" tanyanya."Kita baru bersama sekitar seminggu. Ini terlalu cepat, bukan?" balas Deasy seraya bersedekap menatap bosnya itu."Tidak, ini tidak cepat. Ak
Setelah insiden di dalam mobil tadi, Deasy dan Leeray menjadi canggung. Mereka berjalan bersisian di taman mansion milik Leeray sore itu. Menikmati pemandangan matahari terbenam dari taman yang penuh tumbuhan bunga yang mekar beraneka ragam.Leeray memetik sekuntum bunga mawar putih dan menyelipkan itu di atas telinga Deasy."Kau cantik sekali seperti ini, Sayangku," ucap Leeray seraya membelai pipi Deasy yang halus.Netra Deasy yang berwarna biru seperti warna langit senja itu selalu berhasil membuat Leeray terpesona ketika menatapnya.Gadis itu melingkarkan lengannya di pinggang Leeray yang ramping dan berotot lalu menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Entah kenapa rasanya begitu nyaman dan tanpa ada kekuatiran ketika dia bersama Leeray. Deasy membatin dalam hatinya.Leeray membelai kepala Deasy dengan lembut ketika gadis itu bersandar di tubuhnya yang kokoh. Dia pun mengecup kening gadis itu. Rasanya begitu bahagia di dalam hatinya.&nbs
Elena tinggal setengah tahun di rumah Leeray sebelum akhirnya kembali tinggal di Jakarta. Dia memiliki keterikatan yang sangat erat pada Leon secara batin, jadi sulit baginya untuk melepas Leon jauh darinya. Namun, di sisi lain Elena juga memikirkan Leo-nya yang tidak muda lagi dan masih harus bolak-balik Jakarta-Perth naik helikopter demi bisa bersama dengannya.Dalam pikiran Leon yang memang lebih dewasa dibanding bocah seumurnya, diapun memikirkan papinya sehingga meminta Elena untuk kembali ke Jakarta. Dia berjanji akan sekolah dengan rajin dan lulus secepat mungkin.Pada tahun kedua sekolahnya di Applecross Primary School, Leon mendapat tawaran akselerasi pendidikan sebanyak 2 tingkat. Jadi dia langsung naik ke kelas 6 primary school. Ketika Leeray dipanggil oleh kepala sekolah Mr. Thomas Banks dan diberitahu mengenai kabar ini, dia sangat senang sekaligus terkejut."Leon, apa kamu siap bila harus belajar lebih banyak dan lebih cepat dibanding murid yang la
Chef yang dipekerjakan oleh Leeray di resort itu sangat ahli memasak. Menu-menu yang dipesan oleh keluarga Indrajaya memang sengaja dipilih begitu variatif dan sulit. Namun, eksekusi setiap hidangannya terasa lezat dan tampilannya begitu menggugah selera. Tamu yang makan di restoran resort bisa dipastikan tidak akan kecewa."Masakannya enak sekali, Bang. Bolehlah diadu sama masakan Bibi Rina," puji Leon sambil mengambil desert."Aku setuju denganmu, Leon," sahut Midori yang masih mengunyah makanannya.Anak-anak itu sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi orang tuanya. Tahun ini mereka berusia 7 tahun menuju ke 8 tahun."Bang, apa ada live entertainment untuk pengunjung resort nantinya?" tanya Leon penasaran karena saat mereka di resort itu memang tidak ada hiburan selain keindahan alam.Pertanyaan yang mengejutkan dari Leon, memang dia belum mempersiapkannya mengenai live entertainment itu. Namun, sepertinya perlu dirancang konsepnya dengan se
Sepanjang sore itu, Leeray dan Deasy tidak keluar dari kamar yang mereka tempati di resort pulau pribadi milik mereka. Lengan Leeray tak ingin melepaskan dekapannya di tubuh Deasy seolah tidak dapat berpisah jauh dari istrinya.Setelah meminta berulang kali untuk melepaskannya, Deasy pun malah ketiduran di pelukan suaminya dan berhenti protes. Memang tidak ada yang bisa menandingi ego Mr. CEO. Sepertinya sepanjang pernikahan mereka, Deasy hampir selalu berkompromi bila berhadapan dengan Leeray. Suaminya itu terlalu persuasif bila menginginkan sesuatu.Leeray tidak mengantuk, dia memandangi wajah Deasy sambil membelai rambut panjang Deasy, wanita yang dia cintai dengan segenap jiwanya.Perlahan mata Deasy membuka, bulu matanya bergetar seperti sayap kupu-kupu. Dia pun menatap Leeray yang berhadapan dengannya."Apa kau tidak tidur, Lee? Sejak kapan kau memandangiku?" tanya Deasy jengah.Leeray pun tersenyum dan menjawab, "Aku tidak
Sepanjang sore mereka semua bermain-main di kolam renang dan menikmati snacks and beverages yang disediakan di pool bar oleh chef yang dipekerjakan di sana. Head manager resort itu memang ingin memberikan demo untuk service resort itu sesuai permintaan Leeray.Rencananya bila segalanya sudah siap, mereka akan melakukan launching resort pulau pribadi itu. Hanya saja memang mereka belum menemukan nama yang cocok untuk pulau pribadi itu.Leeray berbicara pada Deasy, "Baby Girl, apa kamu ada ide untuk nama pulau ini? Aku masih belum menemukan nama yang cocok hingga sekarang.""Mungkin kita harus memikirkannya lagi, Lee. Rasanya begitu sulit karena ada perasaan emosional di dalamnya dan nama yang terlalu biasa akan membuat kita kecewa nanti," jawab Deasy dengan bijak.Mereka berdua berendam di dalam kolam renang yang airnya hangat tertimpa sinar matahari siang tadi. Sementara ketiga bocah itu bermain bola di air bersama Leonard dan Elena."T
Setelah bocah-bocah itu pulang dari sekolah, rombongan keluarga Indrajaya bertolak ke pulau pribadi yang masih belum diberi nama itu dengan 2 helikopter. Leon ikut bersama papi maminya, sedangkan Midori dan Poseidon ikut bersama Leeray dan Deasy di helikopter lainnya.Mereka memang berencana untuk menginap semalam di resort yang sudah jadi di pulau pribadi itu, jadi mereka membawa koper berisi pakaian ganti.Perjalanan dengan helikopter memakan waktu sekitar 3 jam lebih sedikit dari helipad samping rumah Leeray ke pulau pribadi itu. Mereka pun sempat tertidur di perjalanan karena mengantuk dan bosan. Akhirnya, mereka pun berhasil mendarat di landasan pesawat yang dibangun di sisi barat pulau itu. Leeray sengaja membuat bandara kecil agar jet pribadi atau pesawat komersil yang tidak terlalu besar dapat mendarat di pulau itu untuk tujuan menarik customer berkantong tebal.Leonard membantu Elena dan Leon turun dari helikopter. Brian, pengawal pribadinya memba
Sore itu sekitar pukul 16.00 saat matahari sudah tidak terlalu terik, Deasy dan Leeray memakai baju berkuda mereka. Mereka sudah berjanji untuk mengajari anak-anak berkuda.Leonard dan Elena juga ikut berjalan kaki ke istal untuk melihat-lihat kuda koleksi Leeray. Awalnya hanya ada 2 ekor ketika Leeray membelikan kuda itu untuk ulang tahun Deasy 6 tahun lalu saat anak-anaknya masih bayi. Tetapi, kemudian Leeray memutuskan untuk melakukan breeding kuda Thoroughbred itu. Terkadang ada kolektor kuda ras bagus yang membeli keturunan kuda miliknya dengan harga fantastis.Leeray terkadang meminta James, adik nomor tiganya yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk mengecek kesehatan kuda-kudanya sekaligus mengajak Jacob dan Joshua, putera kembarnya mengunjungi Midori dan Poseidon, sepupu mereka."Kudanya total ada berapa ekor, Lee?" tanya Leonard sembari merangkul pinggang Elena memasuki istal yang bagus dan bersih itu."Sekarang total ada 10 ekor kuda, Pi. Aku
Setelah mengurus keperluan administrasi pindah sekolah baru untuk Leon, Leeray menunggu Midori dan Poseidon pulang sekolah. Dia sengaja cuti kerja sehari untuk menyelesaikan berbagai hal terkait sekolah Leon. Dia menemani Leon berkeliling sekolah barunya, Applecross Primary School."Bang, apa tidak masalah hari ini Abang tidak masuk kantor?" tanya Leon sambil berjalan di sebelah Leeray mengelilingi sekolah barunya yang sangat luas.Leeray menoleh ke arah Leon yang lebih pendek darinya. "Nggakpapa, sehari saja. Abang nggak ada janji di kantor kok hari ini," jawabnya sembari tersenyum tipis. Mereka berdua lebih mirip seperti ayah dan anak dibanding seperti kakak beradik.Bel tanda usai pelajaran sekolah hari itu berbunyi nyaring. Para siswa Applecross Primary School berhamburan keluar dari ruang kelas mereka masing-masing.Midori dan Poseidon keluar dari ruang kelasnya dan melihat papi mereka berjalan di koridor sekolah bersama Leon."Pap
Seusai makan malam, anak-anak kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena Midori dan Poseidon besok harus masuk sekolah. Leon pun lelah setelah melakukan perjalanan jauh Jakarta-Perth. Kamarnya ada di sudut berbeda satu kamar dengan Poseidon, dia sendiri yang memilih kamar itu. Di mansion house Leeray ada sekitar 10 kamar yang sebagian besar berukuran sedang yang cocok untuk anak-anak hingga remaja.Kamar yang dulu ditempati oleh Papi Leo dan Elena ketika mengandung Leon masih dirawat dalam kondisi kosong. Leeray memang menyediakannya kalau sewaktu-waktu papinya ingin berkunjung ke rumahnya.Sementara itu di Jakarta, papinya sedang berusaha keras mengalihkan pikiran Elena yang mengkuatirkan putera tunggalnya yang tadi pagi berangkat ke Perth. Leonard sadar betul bahwa Elena memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan Leon.Tangan Leonard membelai pipi Elena sembari berkata, "El Sayang, jangan menguatirkan Leon lagi ya. Leeray sudah mengirimkan fot
Pukul 15.00 waktu Perth. Kedua anak kembar dan papi mami mereka sudah menunggu Leon di ruang tunggu gerbang kedatangan penumpang pesawat dari Indonesia.Bocah 7 tahun yang tampan itu menyeret sendiri kopernya yang tampak agak terlalu besar untuknya. Keluarga Leeray tertawa melihatnya.Dengan segera, Leeray membantu Leon membawakan kopernya. Mereka berpelukan sebentar. Sebenarnya status mereka kakak beradik hanya saja berbeda 36 tahun usia dan berbeda ibu."Penerbangannya lancar 'kan, Leon?" tanya Leeray."Lancar, Bang. Pilotnya bagus," jawab Leon."Leeoooonnn!" seru Midori seraya berlari menubruk tubuh Leon memeluknya erat.Leon pun menyeringai memeluk keponakan yang seusianya itu. Kemudian Poseidon juga memeluknya sekalipun tidak seheboh Midori."Welcome to Perth, Leon!" ucap Poseidon lalu mengacak-acak rambut Leon dengan iseng sambil menyengir bandel mirip kebiasaan maminya.Midori pun melepaskan pelukannya pada Leon. Kemudia