Bagian perlengkapan gedung menempatkan meja kerja Deasy di dekat meja kerja Leeray sesuai permintaan bos mereka itu.
Sebenarnya Deasy tidak menyangka dia akan bekerja seruangan dengan CEO perusahaan ini. Dengan jarak yang sangat dekat pula. Sungguh tidak nyaman tentunya, seolah dia berada dalam pengawasan khusus sepanjang hari. Namun, itu keinginan bos barunya, dia tidak boleh protes.
Deasy duduk di meja kerjanya lalu bertanya pada Leeray, "Apa yang harus aku kerjakan hari ini, Tuan CEO?"
Pria itu tersenyum geli mendengar panggilan baru Deasy untuknya. Dia pun menjawab, "Kau harus mulai mengerjakan detail desain bagian dalam gedung. Bukankah di dalam desainmu ada 12 lantai? Kita memiliki jadwal yang ketat untuk proyek ini."
"Oohh baiklah, aku akan mulai mengerjakan desain bangunan mulai lantai 1 hari ini. Apakah aku bisa meminta kertas gambar untuk menggambar sketsa desain, Pak?" balas Deasy seraya menatap Leeray.
"Sebentar ...," tukas Leeray.
Dia menekan interkomnya untuk memanggil sekretarisnya. "Andy, ke ruanganku sekarang."
Sekretarisnya menghadap dan bertanya, "Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Deasy, kamu bisa meminta barang yang kamu butuhkan pada Andy. Silakan saja ...," ujar Leeray bersandar di kursinya seraya menautkan jemarinya di depan dadanya sambil menatap gadis itu.
Tanpa basa-basi Deasy berbicara pada Andy untuk menyiapkan barang-barang yang dia butuhkan untuk bekerja. Sebenarnya hari ini dia tidak menyangka akan langsung bekerja setelah menandatangani surat kontrak kerja.
Setelah itu Andy pun berpamitan keluar ruangan Leeray untuk menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan oleh Deasy.
"Oya, Deasy. Jangan panggil aku 'Pak', aku tidak suka kau memanggilku begitu. Panggil aku dengan namaku saja, Cantik," ucap Leeray seraya mengerlingkan matanya pada Deasy.
Gadis itu mengangkat alisnya agak terkejut lalu menahan tawanya dengan telapak tangannya. Apakah Leeray mencoba merayunya? Di hari pertama dia bekerja? Ahh sepertinya dia terlalu kegeeran! Stop, Deasy! hardiknya dalam hati.
"Lee, berapa waktu yang tersedia untukku menyelesaikan desain superblock ini?" tanya Deasy dengan serius, dia butuh mengetahui dengan pasti berapa banyak waktu yang tersedia untuknya, proyek ini sangat membutuhkan banyak kreativitas dan tenaga.
Pria itu melihat kalender di ponselnya lalu berkata, "Aku ingin dua hari ini paling tidak, kau harus menyelesaikan desain indoor lantai 1. Banyak bahan bangunan yang harus aku pesan dan aku pun tidak ingin pekerja bangunanku menganggur terlalu lama."
Jawaban Leeray cukup membuat Deasy syok, dia merasa agak panik karena dua hari adalah waktu yang begitu singkat untuk desain lantai satu yang paling luas dan membutuhkan banyak impressions.
"Lee, desain lantai 1 tentu tidak akan selesai dalam 2 hari ...," protes Deasy dengan panik.
"Harus bisa, kau mungkin perlu lembur hingga desain lantai 1 selesai," ucap Leeray datar seraya menatap Deasy yang tampak putus asa.
Oohh tidak! batin Deasy dengan hati mencelos. Dia lupa bahwa bos barunya ini gila kerja.
Setelah Andy mengantarkan barang-barang yang dibutuhkan oleh Deasy untuk bekerja, gadis itu pun tidak membuang waktu. Segera dia menggambar sketsa desain untuk lantai 1 superblock.
Leeray sesekali mencuri pandang ke arah Deasy sembari memeriksa dokumen-dokumen yang membutuhkan persetujuannya. Ada setumpuk berkas yang harus dia tandatangani sesegera mungkin.
Gadis itu memiliki mata biru yang indah seperti Laura, istri James, adik iparnya karena mereka kakak beradik. Hidung yang mancung dan bibir mungil yang penuh berwarna merah muda dan tampak menawan hati. Rambut Deasy panjang bergelombang berwarna kecoklatan membingkai wajahnya yang rupawan.
Berada di dekat Deasy membuat pikiran Leeray mengembara jauh. Dia ingin menyusurkan jemarinya di rambut tebal kecoklatan milik Deasy sembari mencicipi bibir yang sangat menggoda itu.
Ketika melemaskan otot lehernya, Deasy mendapati Leeray sedang melamun memandanginya. Wajahnya pun sontak merona.
Apakah pria itu menyukainya? Sekali lagi Deasy mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak berpikir macam-macam. Dia pun berdehem dan melanjutkan menggambar desainnya.
"Aku akan keluar sebentar untuk membelikanmu makan siang," ucap Leeray seraya memakai jasnya lalu meninggalkan Deasy sendiri di ruangannya.
Deasy pun menghela napas lega, dia merasa tegang dipandangi terus-menerus oleh Leeray. Bos barunya itu tampan, tapi mungkin usia mereka terlalu jauh. Dia masih ingin mengisi hidupnya dengan petualangan.
Sejam kemudian Leeray datang kembali membawakan makan siang untuk Deasy. Satu paket burger dan french fries serta soda. Deasy pun berterimakasih padanya lalu menikmati makan siangnya.
"Boleh kulihat desainmu, Deasy?" tanya Leeray.
"Silakan, tapi ini masih jauh dari selesai." jawab Deasy sembari mengunyah burgernya.
Leeray berjalan ke meja Deasy lalu berdiri di samping Deasy dan membungkuk melihat gambar sketsa desain Deasy.
"Emmm bagus, keep it up, Deasy!" ujar Leeray menepuk punggung Deasy lalu kembali duduk di meja CEO.
Sentuhan Leeray terasa seperti memiliki aliran listrik di tubuhnya. Deasy merasa lelah karena tubuhnya terasa tegang terus sedari tadi.
"Lee, bolehkah aku mengerjakan desain ini di rumah? Aku pasti akan menyelesaikannya secepatnya," pinta Deasy memelas.
Leeray bertopang dagu lalu menjawab, "Tidak, kau harus mengerjakannya di sini. Aku akan menemanimu lembur hari ini."
Gadis itu pun menepuk jidatnya sendiri. Sial sekali memiliki bos yang tak dapat diajak negosiasi!
Dia pun segera melanjutkan pekerjaannya dan tidak ingin membuang waktu.
Setelah beberapa jam berlalu, hari semakin petang. Pemandangan luar dari kaca ruangan CEO semakin gelap. Deasy pun melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul 18.15, haruskah dia lembur hingga tengah malam? batinnya.
Dia melirik ke arah Leeray yang masih asyik menekuri berkas-berkas di hadapannya. Pria itu memakai kacamata baca. Serius sekali! batin Deasy. Tapi dia nampak sangat tampan dan berwibawa.
Tok tok tok.
"Ya, masuk," sahut Leeray
Andy, sekretaris pribadi Leeray membawa sebuah bungkusan besar. "Ini mau di taruh di mana, Pak?"
"Sajikan di meja makan, Andy," balas Leeray seraya mencopot kacamata bacanya.
Dengan cekatan, Andy segera membongkar kotak-kotak tempat makanan buatan rumah itu di meja makan. Dia juga menyiapkan 2 piring, 2 gelas, dan 2 set alat makan di meja makan yang dia ambil dari pantry di pojok ruang CEO.
"Deasy, kita makan malam dulu ya. Juru masak di rumahku yang mengirimkan menu makan malam. Mungkin kau akan menyukai menunya karena juru masakku berasal dari Indonesia," ujar Leeray seraya berdiri lalu berjalan ke arah meja makan bersama Deasy
Gadis itu tampak bersemangat mendengar perkataan Leeray. "Wah aku jarang sekali makan menu makanan Indonesia di sini. Terimakasih, Lee."
Andy diam-diam keluar meninggalkan mereka berdua di ruangan CEO.
Leeray mendekatkan kursinya ke sebelah Deasy. Kemudian mulai menyendokkan menu makanan itu ke piring Deasy satu per satu.
"Terimakasih, Lee. Aku bisa mengambil makanannya sendiri, tidak perlu repot melayaniku," ucap Deasy malu-malu karena tidak enak hati, bosnya malah melayaninya makan malam.
"My pleasure, Deasy. Jangan sungkan, makanlah yang banyak," balas Leeray seraya mengisi makanan ke piringnya sendiri. "Ngomong-ngomong, apa makanan favoritmu?"
Sembari mengunyah makanan di mulutnya, Deasy menjawab, "Aku suka sate ayam dan nasi Padang lauk rendang daging."
Leeray menaikkan alisnya sambil tersenyum. "Oohh oke, apa ada lagi menu yang kau sukai?"
"Aku bukan pemilih makanan, Lee. Masakan Indonesia seperti soto, gudeg, gado-gado, opor, gulai, tongseng, apa pun aku suka," jawab Deasy dengan ceria.
Leeray pun tersenyum melihat Deasy yang makan dengan lahap. Hal itu membuat selera makannya menjadi bagus. Belakangan ini dia malas makan sejak pindah ke Australia, rasanya hanya ingin terus bekerja. Mungkin dia harus sering-sering mengajak Deasy makan bersamanya.
Setelah makan malam, mereka berdua pun kembali bekerja.
Leeray mengirim pesan pada Andy untuk pulang terlebih dahulu karena dia akan menemani Deasy lembur mengerjakan desain lantai 1 superblock.
Malam semakin larut, bahkan sudah lewat tengah malam. Leeray masih membaca proposal-proposal kerjasama bisnis yang dikirim oleh berbagai vendor untuk superblock. Dia tidak menyadari Deasy tertidur dengan kepala terkulai di mejanya.
Akhirnya ketika Leeray menoleh ke meja Deasy, dia pun baru menyadarinya. Mungkin dia sudah keterlaluan memaksa Deasy lembur bersamanya. Bagi Leeray lembur itu hal biasa, dia CEO yang luar biasa performanya di usia yang masih relatif muda.
Kini dia bingung apakah harus membangunkan Deasy atau menidurkannya di ruang tidur CEO.
Setelah merasa bimbang beberapa saat, dia akhirnya memilih untuk menggendong Deasy ke ruang tidur CEO. Dia membaringkan Deasy yang tertidur lelap karena kelelahan bekerja di ranjang queen size di ruang tidur itu lalu menyelimuti tubuh gadis itu dengan bed cover. Dia menyalakan AC ruang tidur itu.
Malam ini sepertinya dia harus tidur di sofa karena tidak mungkin meninggalkan Deasy di kantornya sendirian. Tapi dia ingin mandi dulu karena sejak pagi dia belum sempat mandi lagi.
Seusai mandi, Leeray segera memakai Polo shirt dan celana panjang kainnya. Bagaimana pun dia masih berada di kantor, tidak layak rasanya memakai baju yang terlalu santai.Gadis itu masih tertidur pulas ketika Leeray mengeceknya di ranjang. Sekalipun dia bisa saja melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu. Namun, Leeray tidak ingin melakukannya. Baginya bercinta melibatkan 2 pihak yang sama-sama menginginkannya.Dia pun keluar dari ruang tidur CEO berjalan menuju ke sofa lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di sana. Saat ini masih pukul 01.35, Leeray masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat.Setelah tidur dengan nyaman selama berjam-jam, Deasy pun akhirnya terbangun. Dia terkejut karena sedang berada di atas ranjang entah di mana. Namun, dia melihat bajunya masih lengkap seperti sebelumnya, dia pun bernapas lega. Dia pun teringat tadi masih di ruangan CEO mengerjakan desain superblock lantai 1, sepertinya dia tadi ketiduran.Deasy pun b
Setelah bekerja beberapa hari di kantor Leeray, Deasy pun mulai terbiasa dengan ritme kerja bosnya itu. Dia harus mengerjakan segalanya dengan cekatan, semua daftar pekerjaan selalu memiliki deadline yang pendek. Dan satu hal yang kadang membuat Deasy merasa kesal, pria itu tidak bisa menerima kata 'tidak' dari mulut karyawannya.Mungkin semalam sudah kelima kalinya dalam 5 hari, tubuhnya kelelahan bekerja hingga tertidur di meja kerjanya lalu digendong oleh pria itu ke ruang tidur CEO. Untungnya pria itu tidak pernah macam-macam padanya. Deasy selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Leeray.Leeray sedang memandangi kertas sketsa desain milik Deasy dengan serius.Tok tok tok."Ya, masuk," ucap Leeray.Seorang pria bule masuk ke ruangan CEO kemudian duduk di hadapan Leeray.(Dialog dalam bahasa Inggris yang langsung diterjemahkan oleh author.)"Selamat pagi, Tuan Ferdinand Kinston," sapa Leeray seraya mengulurkan
Sejak kemarin Leeray berusaha melarang Deasy untuk ikut terjun paralayang atau skydive istilah bule-nya. Di Australia memang banyak provider yang menyediakan fasilitas skydiving.Deasy kali ini memesan tempat di Rottness Island yang berada di Perth bersama provider Geronimo Skydive. Dia sudah beberapa kali melakukan skydiving bersama kru Geronimo Skydive dan segalanya berjalan dengan lancar tanpa ada kecelakaan. Bahkan, terakhir kali dia melakukan skydiving sendirian saja tanpa didampingi instruktur. Biasanya pemula terjun secara tandem bersama instruktur untuk mencegah kecelakaan yang tidak diharapkan."Deasy, batalkan saja rencanamu untuk terjun paralayang! Aku akan mengganti uang pemesanannya padamu. Ini sangat berbahaya!" sergah Leeray ketika mereka sampai di Rottness Island, dia mengantar Deasy ke tempat itu karena dia tidak dapat mengubah pendirian Deasy sejak kemarin siang ketika Deasy bercerita kepadanya.Gadis itu cemberut menatap Leeray. "Aku tid
Dengan wajah kebingungan, Deasy termangu-mangu mencerna perkataan bosnya itu. 'Apa aku tidak bermimpi? Leeray menembakku?' ucapnya dalam hati.Leeray menunggu jawaban Deasy dengan tak sabar. Dia kuatir gadis itu akan menolaknya mentah-mentah. Ego-nya tidak dapat dilawan oleh siapa pun selama ini. Tidak ada jawaban 'tidak' di kamusnya."Deasy?""Ehh ohhh iya, Lee? Ada apa?""Jawab pertanyaanku tadi? Apa kau mau jadi pacarku?" ulang Leeray dengan kata-kata yang jelas, dia memastikan Deasy mendengar setiap patah katanya dengan benar.Gadis itu menatap Leeray dengan sepasang bola mata birunya. Dia pun menjawab, "A--aa--aku bingung, Lee. Bolehkah aku memikirkannya dulu?"Leeray melepaskan pegangan tangannya di lengan Deasy lalu menyugar rambutnya. "Bingung kenapa, Deasy?" tanyanya."Kita baru bersama sekitar seminggu. Ini terlalu cepat, bukan?" balas Deasy seraya bersedekap menatap bosnya itu."Tidak, ini tidak cepat. Ak
Setelah insiden di dalam mobil tadi, Deasy dan Leeray menjadi canggung. Mereka berjalan bersisian di taman mansion milik Leeray sore itu. Menikmati pemandangan matahari terbenam dari taman yang penuh tumbuhan bunga yang mekar beraneka ragam.Leeray memetik sekuntum bunga mawar putih dan menyelipkan itu di atas telinga Deasy."Kau cantik sekali seperti ini, Sayangku," ucap Leeray seraya membelai pipi Deasy yang halus.Netra Deasy yang berwarna biru seperti warna langit senja itu selalu berhasil membuat Leeray terpesona ketika menatapnya.Gadis itu melingkarkan lengannya di pinggang Leeray yang ramping dan berotot lalu menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Entah kenapa rasanya begitu nyaman dan tanpa ada kekuatiran ketika dia bersama Leeray. Deasy membatin dalam hatinya.Leeray membelai kepala Deasy dengan lembut ketika gadis itu bersandar di tubuhnya yang kokoh. Dia pun mengecup kening gadis itu. Rasanya begitu bahagia di dalam hatinya.&nbs
Malam itu sesampainya di apartmentnya St. Catherine's on Park, Deasy mandi lalu membersihkan wajahnya dengan skin care. Dia menatap bayangannya di cermin dan tersenyum."Apa aku cocok menjadi pacar seorang CEO seperti Leeray?" ucapnya pada cermin di hadapannya. "Tapi aku bahagia sekali hari ini, dia begitu tampan dan kaya, aku sangat beruntung ...."Setelah selesai membersihkan wajahnya, Deasy pun berbaring di ranjang queen size-nya. Tak lama kemudian dia terlelap. Sepertinya Leeray terlalu memenuhi pikirannya hingga terbawa ke dalam mimpinya. "Lee ...," bisiknya ketika dia mengigau dalam tidurnya.Hari pun berganti pagi, Deasy terbangun dengan badan yang segar bugar. Dia merenggangkan otot-ototnya dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Aahhh ....Deasy membuka kaca jendela apartmentnya untuk menghirup udara pagi kota Perth yang masih segar belum tercemar polusi asap kemdaraan bermotor. Fajar baru saja merekah, dia menyukai warna langit fajar sa
Seusai kembali dari toilet, Deasy mengerjakan kembali sketsa desainnya sementara Donovan memperhatikannya dalam diam. Pria itu sepertinya memiliki perasaan tertarik pada Deasy.Leeray memandangi Donovan dan Deasy dari kursi CEO. Dia merasa tidak nyaman, tetapi dia masih membiarkan Donovan memandangi kekasih kecilnya itu. Selama pria itu menjauhkan tubuhnya dari Deasy, dia tidak akan marah. Lagipula bila mereka berdua ribut karena wanita, tentunya tidak akan baik bagi hubungan kerjasama kedua grup."Ehmm Donovan, apa kau tidak ada agenda pekerjaan lainnya hari ini?" tanya Leeray mengusir secara halus.Donovan menoleh ke arah Leeray sembari berkata, "Aku ada meeting di gedung Harper group satu jam lagi.""Deasy, apa nanti malam kau sudah ada acara? Aku ingin mengajakmu hang out ke kelab, apa kau mau?" tanya Donovan pada Deasy yang serius menggambar sketsa desain dan mengacuhkannya dari tadi."Maaf, Sir. Aku masih harus lembur mengerjakan sketsa desai
Sekalipun Leeray terkadang bossy dan suka memaksa bila menginginkan sesuatu, tapi Deasy sangat senang ketika menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu. Pria itu memiliki aura pelindung yang membuat Deasy merasa tenang dan nyaman seolah segalanya terkendali. Hanya saja dia mulai merindukan aktivitas outdoor yang memacu adrenalin.Pagi ini ketika mereka berbincang-bincang di ruang kantor CEO, Deasy memberitahu rencananya untuk weekend pada Leeray."Lee Sayang, aku akan ikut panjat tebing dengan kelompok pecinta alam kampusku besok Sabtu," ujar Deasy sambil duduk di meja kerjanya sehabis mengerjakan sketsa desain sebagian lantai 7 superblock.Pria itu mengerutkan alisnya, dia selalu tidak setuju dengan aktivitas petualangan Deasy yang selalu bersinggungan dengan maut. Di dalam benaknya, olahraga panjat tebing itu berbahaya sekali. Ada terlalu banyak hal yang dapat menyebabkan kecelakaan."Seandainya aku melarangmu, apa kau akan membatalkan rencanamu it
Elena tinggal setengah tahun di rumah Leeray sebelum akhirnya kembali tinggal di Jakarta. Dia memiliki keterikatan yang sangat erat pada Leon secara batin, jadi sulit baginya untuk melepas Leon jauh darinya. Namun, di sisi lain Elena juga memikirkan Leo-nya yang tidak muda lagi dan masih harus bolak-balik Jakarta-Perth naik helikopter demi bisa bersama dengannya.Dalam pikiran Leon yang memang lebih dewasa dibanding bocah seumurnya, diapun memikirkan papinya sehingga meminta Elena untuk kembali ke Jakarta. Dia berjanji akan sekolah dengan rajin dan lulus secepat mungkin.Pada tahun kedua sekolahnya di Applecross Primary School, Leon mendapat tawaran akselerasi pendidikan sebanyak 2 tingkat. Jadi dia langsung naik ke kelas 6 primary school. Ketika Leeray dipanggil oleh kepala sekolah Mr. Thomas Banks dan diberitahu mengenai kabar ini, dia sangat senang sekaligus terkejut."Leon, apa kamu siap bila harus belajar lebih banyak dan lebih cepat dibanding murid yang la
Chef yang dipekerjakan oleh Leeray di resort itu sangat ahli memasak. Menu-menu yang dipesan oleh keluarga Indrajaya memang sengaja dipilih begitu variatif dan sulit. Namun, eksekusi setiap hidangannya terasa lezat dan tampilannya begitu menggugah selera. Tamu yang makan di restoran resort bisa dipastikan tidak akan kecewa."Masakannya enak sekali, Bang. Bolehlah diadu sama masakan Bibi Rina," puji Leon sambil mengambil desert."Aku setuju denganmu, Leon," sahut Midori yang masih mengunyah makanannya.Anak-anak itu sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi orang tuanya. Tahun ini mereka berusia 7 tahun menuju ke 8 tahun."Bang, apa ada live entertainment untuk pengunjung resort nantinya?" tanya Leon penasaran karena saat mereka di resort itu memang tidak ada hiburan selain keindahan alam.Pertanyaan yang mengejutkan dari Leon, memang dia belum mempersiapkannya mengenai live entertainment itu. Namun, sepertinya perlu dirancang konsepnya dengan se
Sepanjang sore itu, Leeray dan Deasy tidak keluar dari kamar yang mereka tempati di resort pulau pribadi milik mereka. Lengan Leeray tak ingin melepaskan dekapannya di tubuh Deasy seolah tidak dapat berpisah jauh dari istrinya.Setelah meminta berulang kali untuk melepaskannya, Deasy pun malah ketiduran di pelukan suaminya dan berhenti protes. Memang tidak ada yang bisa menandingi ego Mr. CEO. Sepertinya sepanjang pernikahan mereka, Deasy hampir selalu berkompromi bila berhadapan dengan Leeray. Suaminya itu terlalu persuasif bila menginginkan sesuatu.Leeray tidak mengantuk, dia memandangi wajah Deasy sambil membelai rambut panjang Deasy, wanita yang dia cintai dengan segenap jiwanya.Perlahan mata Deasy membuka, bulu matanya bergetar seperti sayap kupu-kupu. Dia pun menatap Leeray yang berhadapan dengannya."Apa kau tidak tidur, Lee? Sejak kapan kau memandangiku?" tanya Deasy jengah.Leeray pun tersenyum dan menjawab, "Aku tidak
Sepanjang sore mereka semua bermain-main di kolam renang dan menikmati snacks and beverages yang disediakan di pool bar oleh chef yang dipekerjakan di sana. Head manager resort itu memang ingin memberikan demo untuk service resort itu sesuai permintaan Leeray.Rencananya bila segalanya sudah siap, mereka akan melakukan launching resort pulau pribadi itu. Hanya saja memang mereka belum menemukan nama yang cocok untuk pulau pribadi itu.Leeray berbicara pada Deasy, "Baby Girl, apa kamu ada ide untuk nama pulau ini? Aku masih belum menemukan nama yang cocok hingga sekarang.""Mungkin kita harus memikirkannya lagi, Lee. Rasanya begitu sulit karena ada perasaan emosional di dalamnya dan nama yang terlalu biasa akan membuat kita kecewa nanti," jawab Deasy dengan bijak.Mereka berdua berendam di dalam kolam renang yang airnya hangat tertimpa sinar matahari siang tadi. Sementara ketiga bocah itu bermain bola di air bersama Leonard dan Elena."T
Setelah bocah-bocah itu pulang dari sekolah, rombongan keluarga Indrajaya bertolak ke pulau pribadi yang masih belum diberi nama itu dengan 2 helikopter. Leon ikut bersama papi maminya, sedangkan Midori dan Poseidon ikut bersama Leeray dan Deasy di helikopter lainnya.Mereka memang berencana untuk menginap semalam di resort yang sudah jadi di pulau pribadi itu, jadi mereka membawa koper berisi pakaian ganti.Perjalanan dengan helikopter memakan waktu sekitar 3 jam lebih sedikit dari helipad samping rumah Leeray ke pulau pribadi itu. Mereka pun sempat tertidur di perjalanan karena mengantuk dan bosan. Akhirnya, mereka pun berhasil mendarat di landasan pesawat yang dibangun di sisi barat pulau itu. Leeray sengaja membuat bandara kecil agar jet pribadi atau pesawat komersil yang tidak terlalu besar dapat mendarat di pulau itu untuk tujuan menarik customer berkantong tebal.Leonard membantu Elena dan Leon turun dari helikopter. Brian, pengawal pribadinya memba
Sore itu sekitar pukul 16.00 saat matahari sudah tidak terlalu terik, Deasy dan Leeray memakai baju berkuda mereka. Mereka sudah berjanji untuk mengajari anak-anak berkuda.Leonard dan Elena juga ikut berjalan kaki ke istal untuk melihat-lihat kuda koleksi Leeray. Awalnya hanya ada 2 ekor ketika Leeray membelikan kuda itu untuk ulang tahun Deasy 6 tahun lalu saat anak-anaknya masih bayi. Tetapi, kemudian Leeray memutuskan untuk melakukan breeding kuda Thoroughbred itu. Terkadang ada kolektor kuda ras bagus yang membeli keturunan kuda miliknya dengan harga fantastis.Leeray terkadang meminta James, adik nomor tiganya yang berprofesi sebagai dokter hewan untuk mengecek kesehatan kuda-kudanya sekaligus mengajak Jacob dan Joshua, putera kembarnya mengunjungi Midori dan Poseidon, sepupu mereka."Kudanya total ada berapa ekor, Lee?" tanya Leonard sembari merangkul pinggang Elena memasuki istal yang bagus dan bersih itu."Sekarang total ada 10 ekor kuda, Pi. Aku
Setelah mengurus keperluan administrasi pindah sekolah baru untuk Leon, Leeray menunggu Midori dan Poseidon pulang sekolah. Dia sengaja cuti kerja sehari untuk menyelesaikan berbagai hal terkait sekolah Leon. Dia menemani Leon berkeliling sekolah barunya, Applecross Primary School."Bang, apa tidak masalah hari ini Abang tidak masuk kantor?" tanya Leon sambil berjalan di sebelah Leeray mengelilingi sekolah barunya yang sangat luas.Leeray menoleh ke arah Leon yang lebih pendek darinya. "Nggakpapa, sehari saja. Abang nggak ada janji di kantor kok hari ini," jawabnya sembari tersenyum tipis. Mereka berdua lebih mirip seperti ayah dan anak dibanding seperti kakak beradik.Bel tanda usai pelajaran sekolah hari itu berbunyi nyaring. Para siswa Applecross Primary School berhamburan keluar dari ruang kelas mereka masing-masing.Midori dan Poseidon keluar dari ruang kelasnya dan melihat papi mereka berjalan di koridor sekolah bersama Leon."Pap
Seusai makan malam, anak-anak kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat karena Midori dan Poseidon besok harus masuk sekolah. Leon pun lelah setelah melakukan perjalanan jauh Jakarta-Perth. Kamarnya ada di sudut berbeda satu kamar dengan Poseidon, dia sendiri yang memilih kamar itu. Di mansion house Leeray ada sekitar 10 kamar yang sebagian besar berukuran sedang yang cocok untuk anak-anak hingga remaja.Kamar yang dulu ditempati oleh Papi Leo dan Elena ketika mengandung Leon masih dirawat dalam kondisi kosong. Leeray memang menyediakannya kalau sewaktu-waktu papinya ingin berkunjung ke rumahnya.Sementara itu di Jakarta, papinya sedang berusaha keras mengalihkan pikiran Elena yang mengkuatirkan putera tunggalnya yang tadi pagi berangkat ke Perth. Leonard sadar betul bahwa Elena memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan Leon.Tangan Leonard membelai pipi Elena sembari berkata, "El Sayang, jangan menguatirkan Leon lagi ya. Leeray sudah mengirimkan fot
Pukul 15.00 waktu Perth. Kedua anak kembar dan papi mami mereka sudah menunggu Leon di ruang tunggu gerbang kedatangan penumpang pesawat dari Indonesia.Bocah 7 tahun yang tampan itu menyeret sendiri kopernya yang tampak agak terlalu besar untuknya. Keluarga Leeray tertawa melihatnya.Dengan segera, Leeray membantu Leon membawakan kopernya. Mereka berpelukan sebentar. Sebenarnya status mereka kakak beradik hanya saja berbeda 36 tahun usia dan berbeda ibu."Penerbangannya lancar 'kan, Leon?" tanya Leeray."Lancar, Bang. Pilotnya bagus," jawab Leon."Leeoooonnn!" seru Midori seraya berlari menubruk tubuh Leon memeluknya erat.Leon pun menyeringai memeluk keponakan yang seusianya itu. Kemudian Poseidon juga memeluknya sekalipun tidak seheboh Midori."Welcome to Perth, Leon!" ucap Poseidon lalu mengacak-acak rambut Leon dengan iseng sambil menyengir bandel mirip kebiasaan maminya.Midori pun melepaskan pelukannya pada Leon. Kemudia