"Tolong ingatkan Mas, untuk berterima kasih kepada papa, juga mama."
"Untuk apa?" tanyaku bingung."Untuk mengucapkan rasa terima kasih mas yang tak terhingga, karena telah menghadirkan kamu di dunia ini, juga sudah memilih mas sebagai pasanganmu," sepasang matanya menatap netraku dalam dengan tautan jemari kami yang tak kunjung dilepas sejak awal aku memulai pembicaraan ini."Mas sangat beruntung mendapatkan kamu sebagai pendamping hidup mas, kecerdasan serta ketegasan yang kamu miliki seakan menjadi pelengkap diri mas yang banyak kurangnya.""Mas, terlalu berlebihan. Nisya juga masih banyak kurangnya selama jadi istri Mas, apalagi Nisya sering banget cuekin Mas.""Wajar kamu cuekin mas, karena memang mas yang terlalu sering membuatmu kesal dan marah dengan tindakan mas yang tidak bisa seberani kamu dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah. Mas lebih memilih cara instan, yang sifatnya sementara. Sedangkan kamu apapun masalahnya selaKurang lebih sudah satu jam aku berada di sini, diacara yang begitu tidak kusukai. Dan ini semua permintaan Mas Ryan, yang memaksaku ikut serta menemaninya menghadiri pesta pertunangan dari anak salah satu rekan kerjanya. Apalagi melihat tatapan dari beberapa orang yang memandangku sinis, aku semakin tidak betah berlama-lama berada disatu ruangan bersama mereka yang menurutku sangat menggelikan. Bagaimana tidak! mereka seolah-olah menilaiku hanya dari penampilan saja, bagi yang belum tahu tentangku mereka dengan jelas menunjukkan sifat aslinya yang cenderung menolak keberadaanku di lingkaran pertemanan mereka hanya karena penampilanku yang cenderung biasa saja dan tidak seimbang dengan mereka semua. Berbeda dengan beberapa orang yang sudah tahu mengenai asal usulku, mereka berlomba-lomba menunjukkan kedekatannya terhadapku. Bahkan ada yang terang-terangan ingin menjadi temanku dan mengaku-ngaku jika kami adalah teman dekat. Dekat dari mananya, orang ketemu juga nggak
Maaf buat teman-teman yang sudah baca cerita ini, ada kesalahan dalam publish bab yang tidak urut sebagaimana mestinya, untuk bab yang berjudul 'Teman Baru' seharusnya publish setelah bab 'Terlalu Sulit Dipercaya'. Mungkin nanti akan ada perubahan tetapi mengingat itu butuh waktu yang lumayan lama jadi saya bikin pemberitahuan di sini. Agar kalian semua bisa mengerti yang alur cerita ini yang sebenarnya. Harap maklum ya teman-teman semuanya, saya ucapkan banyak terima kasih kepada kalian yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca karya receh saya ini. Jangan bosan untuk terus mengikuti kisah perjalan Nisya dan suaminya. Terima kasih sekali saya ucapkan atas perhatian dan pengertian kalian semua. Happy reading.😘
"Lebih baik Mas pertimbangkan kembali keputusan Mas. Bukan apa, ini jangka panjang Mas, nggak hitungan minggu atau bulan lagi.""Sudahlah Sayang, lagian kita masih bisa kok merawatnya bersama walau tidak tinggal serumah. Mungkin kamu bisa mencoba berhubungan baik dengan Sarah mulai sekarang." "Jangankan berhubungan baik, selama ini Nisya diam saja sudah membuat mantan istri Mas itu sangat membenci Nisya. Padahal Nisya sama sekali nggak pernah berbuat yang macam-macam sama dia." Sampai kapanpun aku tidak akan bisa cocok dengan Mbak Sarah, terlalu jauh perbedaan diantara kami berdua, dan itu saling bertolak belakang. Tepat enam bulan batas waktu yang disepakati antara Mas Ryan dan Mbak Sarah dulu ketika meminta hak asuh anaknya. Dan pada akhirnya anak itu akan tetap tinggal bersama Mbak Sarah, aku yang tahu fakta sebenarnya tentu saja tidak terima dengan keputusan yang diambil mereka berdua.Akan jadi apa Alshad nantinya jika terus tinggal bareng
Belum pernah terjadi sebelumnya aku terlalu masuk lebih dalam mencampuri urusan orang lain, termasuk sahabat terdekatku sendiri Sena, juga Yasa. Kami memang dekat tapi untuk mencampuri urusan pribadi masing-masing kami tidak pernah melakukan itu, kecuali jika salah satu diantaranya meminta pendapat baru kami akan berdiskusi semata-mata untuk mencari jalan keluar dari masalah itu sendiri.Beda halnya dengan yang kulakukan saat ini, aku menjadi lebih berani buat masuk lebih dalam lagi kesetiap urusan Mas Ryan. Terutama menyangkut anaknya yang masih berada dinaungan mantan istrinya yang tidak tahu diri. Mungkin kata-kataku terdengar kasar, tapi apa boleh buat memang begitulah kenyataannya.Mas Ryan, paling tidak suka melihatku berbicara kasar, ada saja aksi yang dilakukannya demi untuk mencegahku mengatakan kata-kata kasar yang akan kuucapkan. Selain tidak tahu diri, agaknya Mbak Sarah juga semakin tidak tahu malu, asli aku baru menjumpai orang sepertinya. Adab so
"Mungkin saya bisa membantu permasalahan yang Ibu alami sekarang!" ucapnya membuatku terdiam memikirkan maksud dari perkataannya."Masalah apa?" Aku mengernyit bingung, karena masih belum mengerti arah pembicaraan Arka."Masalah yang sedang ibu alami saat ini, saya bisa membantu jika ibu bersedia," tegasnya."Yang bermasalah di sini itu kamu, Arka!" seruku.Sedangkan anak itu terlihat tengah serius menatapku, yang sedang dilanda kebingungan akibat ungkapannya yang seolah tahu jika benar aku sedang ada masalah sekarang ini."Maaf Bu, bukan maksud saya lancang hanya saja saya memang tahu kalau ibu menerima teror dari seseorang yang tak dikenal. Benar begitu, Bu Nisya?""Arka! apa kamu meretas data pribadi ibu juga?""Tidak Bu, Ibu jangan salah paham dulu saya tidak melakukan itu kepada Ibu, sumpah," ucapnya meyakinkanku."Lantas, kenapa kamu bisa tahu apa yang ibu alami?"Arka betul-betul membua
"Mas!" teriaku dari arah dapur."Ada apa sih, Sayang! teriak-teriak?" sahutnya."Itu ponsel Mas, dari tadi berbunyi apa tidak dengar?""Tolong kamu aja yang jawab ya, mas lagi seru ini!" sahutnya kembali tanpa beranjak dari posisinya.Menghentikan kegiatan memasakku dengan terpaksa demi melihat siapa gerangan yang sudah tak henti-hentinya menghubungi Mas Ryan. Satu nama yang paling kuhindari muncul di layar utama sedang melakukan panggilan telepon, dan aku tidak berminat sama sekali untuk menerima panggilannya itu.Kuambil ponsel tersebut yang berada di atas meja makan untuk kuberikan kepada sang empunya."Mas jawab sendiri saja," sambil kuulurkan ponsel itu dan diterimanya.Setelah melihatnya Mas Ryan tidak langsung menjawab panggilan itu, aku yang sadar jika dia pasti butuh ruang untuk berbicara dengan mantan istrinya, lekas kembali untuk melanjutkan acara memasakku yang sempat tertunda. Namun Mas Ryan mencegahku dan menariku duduk di
Bertambah lagi kebiasaanku mulai sekarang, aku jadi lebih berani untuk menjelajahi ponsel Mas Ryan, dengan atau tidaknya izin dari sang pemilik. Semenjak insiden keributanku dengan mantan istrinya kemarin, bahkan aku tidak pernah melewatkan kegiatan ini saat melihat ponsel Mas Ryan tergeletak di atas nakas. Sementara pemiliknya memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaannya, selalu seperti itu setiap harinya. Lagian Mas Ryan sepertinya tidak pernah mempermasalahkan hal ini, dia lebih memilih sibuk dengan pekerjaan dari pada menatap layar ponselnya berlama-lama.Saturoompercakapan yangmembuatku cukup tercengang dengan semua isi di dalamnya. Bagaimana tidak di sini aku menemukan bukan hanya satu, melainkan banyak sekali foto-fotoku yang memperlihatkan kegiatanku selama di luar rumah.Mungkinkah Mas Ryan menyuruh seseorang untuk memata-mataiku? Lalu apa tujuan Mas Ryan melakukan ini semua? Apa dia mulai curiga tentangku. Ini tidak bisa dibia
"Ada urusan apa kamu sama Arka? Dia ada buat masalah?""Tidak, kamu seperti tidak tahu kebiasaanku Sen, sama seperti apa yang kulakukan pada Kakaknya dulu, paham maksudku kan?""Berburu siswa pintar, hemm." Sambil menganggukkan kepalanya, "apa dia sepintar itu?" tanyanya dengan raut wajah ragu."Jika kubilang lebih, apa kamu percaya?""Memang ada kata yang lebih tinggi dari pintar?""Tentu saja, masih ada kata 'jenius' Arsena!""Jelaskan secara detail sejenius apa Arka ini, karena jika kulihat seperti ada sesuatu yang lain yang akan kamu lakukan bareng Arka."Mengalirlah cerita tentang kejadian yang lalu, aku juga meminta Sena, untuk tutup mulut atas tindakan Arka, yang sempat mencuri data sekolah untuk keperluan pribadinya. Bukan bermaksud untuk menutupi kejahatannya, namun lebih ke janjinya kepadaku yang berkata untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya. Dan memang terbukti jika Arka benar-benar menu