Maaf buat teman-teman yang sudah baca cerita ini, ada kesalahan dalam publish bab yang tidak urut sebagaimana mestinya, untuk bab yang berjudul 'Teman Baru' seharusnya publish setelah bab 'Terlalu Sulit Dipercaya'. Mungkin nanti akan ada perubahan tetapi mengingat itu butuh waktu yang lumayan lama jadi saya bikin pemberitahuan di sini. Agar kalian semua bisa mengerti yang alur cerita ini yang sebenarnya.
Harap maklum ya teman-teman semuanya, saya ucapkan banyak terima kasih kepada kalian yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca karya receh saya ini. Jangan bosan untuk terus mengikuti kisah perjalan Nisya dan suaminya.
Terima kasih sekali saya ucapkan atas perhatian dan pengertian kalian semua. Happy reading.😘
"Lebih baik Mas pertimbangkan kembali keputusan Mas. Bukan apa, ini jangka panjang Mas, nggak hitungan minggu atau bulan lagi.""Sudahlah Sayang, lagian kita masih bisa kok merawatnya bersama walau tidak tinggal serumah. Mungkin kamu bisa mencoba berhubungan baik dengan Sarah mulai sekarang." "Jangankan berhubungan baik, selama ini Nisya diam saja sudah membuat mantan istri Mas itu sangat membenci Nisya. Padahal Nisya sama sekali nggak pernah berbuat yang macam-macam sama dia." Sampai kapanpun aku tidak akan bisa cocok dengan Mbak Sarah, terlalu jauh perbedaan diantara kami berdua, dan itu saling bertolak belakang. Tepat enam bulan batas waktu yang disepakati antara Mas Ryan dan Mbak Sarah dulu ketika meminta hak asuh anaknya. Dan pada akhirnya anak itu akan tetap tinggal bersama Mbak Sarah, aku yang tahu fakta sebenarnya tentu saja tidak terima dengan keputusan yang diambil mereka berdua.Akan jadi apa Alshad nantinya jika terus tinggal bareng
Belum pernah terjadi sebelumnya aku terlalu masuk lebih dalam mencampuri urusan orang lain, termasuk sahabat terdekatku sendiri Sena, juga Yasa. Kami memang dekat tapi untuk mencampuri urusan pribadi masing-masing kami tidak pernah melakukan itu, kecuali jika salah satu diantaranya meminta pendapat baru kami akan berdiskusi semata-mata untuk mencari jalan keluar dari masalah itu sendiri.Beda halnya dengan yang kulakukan saat ini, aku menjadi lebih berani buat masuk lebih dalam lagi kesetiap urusan Mas Ryan. Terutama menyangkut anaknya yang masih berada dinaungan mantan istrinya yang tidak tahu diri. Mungkin kata-kataku terdengar kasar, tapi apa boleh buat memang begitulah kenyataannya.Mas Ryan, paling tidak suka melihatku berbicara kasar, ada saja aksi yang dilakukannya demi untuk mencegahku mengatakan kata-kata kasar yang akan kuucapkan. Selain tidak tahu diri, agaknya Mbak Sarah juga semakin tidak tahu malu, asli aku baru menjumpai orang sepertinya. Adab so
"Mungkin saya bisa membantu permasalahan yang Ibu alami sekarang!" ucapnya membuatku terdiam memikirkan maksud dari perkataannya."Masalah apa?" Aku mengernyit bingung, karena masih belum mengerti arah pembicaraan Arka."Masalah yang sedang ibu alami saat ini, saya bisa membantu jika ibu bersedia," tegasnya."Yang bermasalah di sini itu kamu, Arka!" seruku.Sedangkan anak itu terlihat tengah serius menatapku, yang sedang dilanda kebingungan akibat ungkapannya yang seolah tahu jika benar aku sedang ada masalah sekarang ini."Maaf Bu, bukan maksud saya lancang hanya saja saya memang tahu kalau ibu menerima teror dari seseorang yang tak dikenal. Benar begitu, Bu Nisya?""Arka! apa kamu meretas data pribadi ibu juga?""Tidak Bu, Ibu jangan salah paham dulu saya tidak melakukan itu kepada Ibu, sumpah," ucapnya meyakinkanku."Lantas, kenapa kamu bisa tahu apa yang ibu alami?"Arka betul-betul membua
"Mas!" teriaku dari arah dapur."Ada apa sih, Sayang! teriak-teriak?" sahutnya."Itu ponsel Mas, dari tadi berbunyi apa tidak dengar?""Tolong kamu aja yang jawab ya, mas lagi seru ini!" sahutnya kembali tanpa beranjak dari posisinya.Menghentikan kegiatan memasakku dengan terpaksa demi melihat siapa gerangan yang sudah tak henti-hentinya menghubungi Mas Ryan. Satu nama yang paling kuhindari muncul di layar utama sedang melakukan panggilan telepon, dan aku tidak berminat sama sekali untuk menerima panggilannya itu.Kuambil ponsel tersebut yang berada di atas meja makan untuk kuberikan kepada sang empunya."Mas jawab sendiri saja," sambil kuulurkan ponsel itu dan diterimanya.Setelah melihatnya Mas Ryan tidak langsung menjawab panggilan itu, aku yang sadar jika dia pasti butuh ruang untuk berbicara dengan mantan istrinya, lekas kembali untuk melanjutkan acara memasakku yang sempat tertunda. Namun Mas Ryan mencegahku dan menariku duduk di
Bertambah lagi kebiasaanku mulai sekarang, aku jadi lebih berani untuk menjelajahi ponsel Mas Ryan, dengan atau tidaknya izin dari sang pemilik. Semenjak insiden keributanku dengan mantan istrinya kemarin, bahkan aku tidak pernah melewatkan kegiatan ini saat melihat ponsel Mas Ryan tergeletak di atas nakas. Sementara pemiliknya memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaannya, selalu seperti itu setiap harinya. Lagian Mas Ryan sepertinya tidak pernah mempermasalahkan hal ini, dia lebih memilih sibuk dengan pekerjaan dari pada menatap layar ponselnya berlama-lama.Saturoompercakapan yangmembuatku cukup tercengang dengan semua isi di dalamnya. Bagaimana tidak di sini aku menemukan bukan hanya satu, melainkan banyak sekali foto-fotoku yang memperlihatkan kegiatanku selama di luar rumah.Mungkinkah Mas Ryan menyuruh seseorang untuk memata-mataiku? Lalu apa tujuan Mas Ryan melakukan ini semua? Apa dia mulai curiga tentangku. Ini tidak bisa dibia
"Ada urusan apa kamu sama Arka? Dia ada buat masalah?""Tidak, kamu seperti tidak tahu kebiasaanku Sen, sama seperti apa yang kulakukan pada Kakaknya dulu, paham maksudku kan?""Berburu siswa pintar, hemm." Sambil menganggukkan kepalanya, "apa dia sepintar itu?" tanyanya dengan raut wajah ragu."Jika kubilang lebih, apa kamu percaya?""Memang ada kata yang lebih tinggi dari pintar?""Tentu saja, masih ada kata 'jenius' Arsena!""Jelaskan secara detail sejenius apa Arka ini, karena jika kulihat seperti ada sesuatu yang lain yang akan kamu lakukan bareng Arka."Mengalirlah cerita tentang kejadian yang lalu, aku juga meminta Sena, untuk tutup mulut atas tindakan Arka, yang sempat mencuri data sekolah untuk keperluan pribadinya. Bukan bermaksud untuk menutupi kejahatannya, namun lebih ke janjinya kepadaku yang berkata untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya. Dan memang terbukti jika Arka benar-benar menu
"Pokoknya aku gak mau tau ya, Nisya! bisa nggak bisa, mau nggak mau, kamu harus datang saat ini juga. Jika tidak jangan harap aku akan sudi menghubungimu lagi, baik itu menyangkut pekerjaan ataupun dalam konteks pertemanan!"Setelah meluapkan kekesalannya padaku, Yasa memutus sambungan teleponnya secara sepihak. Mungkin dia sudah benar-benar pada batas kesabarannya, dari tiga hari yang lalu, Yasa, sudah memintaku untuk mengambil salah satu proyek yang sedang ditanganinya. Namun aku sengaja mengabaikan permintaannya karena aku masih ingin fokus dengan masalahku sendiri.Untukpertama kali aku mendapat ancaman darinya, dan tidak tanggung-tanggung pula ancaman yang Yasa berikan. Dia benar-benar ingin membuatku tambah pusing, belum selesai masalah yang aku hadapi, kini ditambah lagi dengan urusan pekerjaan yang nantinya akan sangat menyita waktu, tenaga, juga isi kepalaku.Menjadi seorang arsitek, tidaklah semudah yang kalian bayangkan. Aku bahkan hamp
"Gimana perasaanmu, Al, sehabis melihat adegan live show mereka?" goda Yasa melihat Alina yang sedari tadi hanya diam dan terus menunduk.Alina mendongak dan meringis sambil menggelengkan kepalanya, "Live show gundulmu!" balasku tak terima.Yasa, dia belum juga puas menggodaku, juga Alina."Tuh buktinya, Alina, sampai malu sendiri pasti kalian sudah buat Alina melihat apa yang seharusnya belum boleh dia lihat, kan?" tudingnya."Pancen angel ngomong ro awakmu, Sa, piktor melulu yang ada di kepalamu.""Coba jelaskan Al, apa yang kamu lihat tadi?"Lagi! Yasa masih terus mendesak Alina, sementara sang empunya nama wajahnya sudah merah padam. Bukan karena malu melihat adegan yang dituduhkan oleh Yasa, melainkan karena digoda terus-menerus oleh Yasa, yang mulutnya tidak bisa berhenti mengoceh.Dan Mas Ryan hanya senyum-senyum sendiri melihat perdebatanku dengan Yasa. Setelah insiden Alina yang menerobos masuk ke ruanganku juga disusul oleh Yasa tidak lama kemudian seketika ruangan 5x6 yang s