Rintihan minta tolong dari Oma begitu lirih dan akhirnya terdengar samar-samar. Oma tampak kepayahan dengan darah yang mengalir dari kepalanya dan pada akhirnya tidak sadarkan diri.Bodyguard yang biasanya setia mendampingi Oma, tampak panik saat melihat kejadian tersebut dan dengan sigap bertindak. Dia segera mengangkat sang majikan dengan hati-hati.Bodyguard bodyguard satunya dengan suara tegas memanggil Leo yang baru saja pulang kantor. "Tuan Leo, nyonya besar pingsan."Leo, yang mendengar teriakan bodyguard, dari balik pintu sejenak menatap Mona yang sedang membukakan jas nya."Ibu. Om. Ibu kenapa?" Mona terdengar panik.Leo. Segera keluar dari kamar finikuti sang istri. Untuk menemui sang ibu yang katanya pingsan.Di luar kamar sang bodyguard perempuan berwajah cemas. "Tuan. Nyonya besar cidera dan pingsan.""Ibu kenapa? Bawa ke rumah sakit!" Tegas Leo walau belum tahu pasti ibunya kenapa.Belum sempat lawan bicaranya menyahut. Leo setengah berlari memasuki lift tidak lupa menun
"Sayang, kita perlu bicara sebentar." Leo menarik tanga. Mona kembali keluar dari ruangan sang bunda. Leo merasakan kecemburuan yang melanda hatinya ketika melihat Mona saling pandang dengan Marfin. Dalam situasi yang mencekam, Leo merasa perlu menjauhkan Mona dari Marfin, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Mona kaget dengan tindakan Leo. "Om, kenapa? Kita mau kemana?""Aku tidak suka kamu mesra dengan Marfin," kata Leo setelah berada di luar ruangan.Mona merasa bingung dengan reaksi Leo yang tiba-tiba cemburu dan protektif. Namun, dia mencoba untuk memahami kekhawatiran suaminya.Mona dengan suara lembut. "Om, aku mesra sama Marfin? Mesra di mana nya? dia adalah putramu, dan aku tetap mencintaimu. Kita harus mengatasi rasa cemburu!" Mona membuka tangannya."Tatapan mu yang mesra." Jelas Leo.Mona menghela nafas dalam-dalam sembari menatap ke arah suaminya. Ia tahu kalau Leo cemburu. Lalu Mona menunduk mempertanyakan pada dirinya sendiri. Benarkah kalau tatapannya mesra?"
Wanita yang tengah hamil besar itu memasuki rumah Oma dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran dan kebahagiaan. Ia merasa lega melihat Oma pulang dari rumah sakit."Aku merasa senang, kau sudah pulang! itu berarti kamu dalam masa pemulihan dan biarkan aku merawatnya juga," ucap Laksmi yang berjongkok di dekat Oma.Oma bermonolog dalam hati. "Ini dia, wanita yang telah mencelakai saya. Melihatnya dihadapan saya sekarang membuat hati saya berdegup begitu cepat. Ingin rasanya ku tendang balik!"Wanita hamil itu memandang Oma dengan tatapan yang campur aduk, seolah-olah tidak ada rahasia yang tersimpan. Wajahnya sok sedih yang ia tunjukan pada semua orang. Maya dan Leo saling bertukar pandangan, melihatvekspresi Laksmi yang ketara di buat-buat."Oma, aku sangat sedih dengan kondisimu ini. Cepat sembuh ya! Oya Oma ... Marfin sudah pergi lagi ke luar Negeri. Dia titip salam buat Oma yang sangat disayangi." Seru Laksmi kembali menyentuh tangan Oma yang tidak berdaya, yang bisa dia lakukan
"Ya Tuhan ... istriku dalam bahaya." Gumam Leo terlihat shock.Leo sangat terkejut saat melihat rekaman CCTV di rumahnya, di mana Mona tampak sedang diganggu oleh Laksmi, orang yang hampir saja mencelakainya. Ketakutan dan kekhawatiran melanda hati Leo."Jangan sampai terjadi sesuatu." Leo menutup laptop.Lalu memasukannya ke dalam tas. Dengan cepat beranjak dari tempat tersebut.Leo segera bergerak cepat menuju pulang, di ruang matanya terus terbayang yang terjadi di rekaman CCTV. Dia tak dapat menahan kekhawatiran yang melanda dirinya, berharap bisa melindungi istrinya.Dengan suara tegas. Leo meminta supir untuk segera membawanya pulang."Antar saya pulang, cepat." Pinta Leo sambil mendudukan dirinya di jok mobil. Brugh! Suara pintu mobil.Sang supir tanpa banyak bicara. Langsung memutar kemudinya menuruti perintah sang majikan.Setibanya di rumah. Leo langsung gegas ke lantai tiga, namun di tempat yang tadi lihat itu kosong. Lalu Leo melihat Mona berada di dalam kamarnya sedang be
Sebuah gelas melayang dan hampir mengenai wajah Mona. Untungnya dengan cepat di tepis oleh tangan Leo sehingga tangan Leo yang terluka. Suasana semakin tegang. Mona pun panik melihat tangan Leo terluka.Leo menatap tajam pada Laksmi, yang sudah berniat mencelakai Mona tetapi malah mengenai tangan nya. Tangan Leo bergetar dalam menahan rasa sakit.Dengan suara tegas. "Laksmi, apa yang kamu lakukan?" Leo benar-benar kecewa pada Laksmi yang sudah berusaha mencelakai Mona. Nyata di depan matanya.Laksmi memohon dengan suara bergetar. "Maaf. Aku tidak bermaksud menyakiti siapa pun. Aku minta maaf!""Percuma kau meminta maaf!" Tegas Leo karena tidak akan mengubah apa pun. Yang sudah dilakukan Laksmi sungguh melampaui batas."Tolong! Aku minta maaf! Aku tidak akan mengganggu kamu dan Mona lagi. Beri aku kesempatan untuk memperbaikinya!" Sorot mata laki sangat ketakutan."Pergi sekarang juga!" Tanganmu yang mending ke arah belakang meminta maaf untuk pergi dari hadapannya.Kemarahan yang sa
Mona melihat ke arah sumber suara, di mana seorang pria bertubuh tambun sedang memegang berkas dan mendekati mereka."Ada beberapa kesalahan yang Nyonya Laksmi lakukan, termasuk kejahatan yang sudah dia perbuat," ucap pria tersebut dengan serius.Mona, dengan nada tegas, mengungkapkan kekhawatirannya. "Tapi dia sedang hamil, kasihan bagaimana jika hal yang sama terjadi padaku? Aku tidak ingin Laksmi berakhir di penjara."Namun, pria tambun tersebut menjelaskan bahwa Laksmi sudah dipenjara dan keputusan tersebut tidak akan berubah meskipun dia dikeluarkan.Mona menoleh ke arah Leo, mencari dukungan dari suaminya. Leo mengangguk-anggukkan kepala, menunjukkan pemahaman dan persetujuannya.Mona memohon kepada Leo. "Om, tolong pikirkan lagi. Laksmi sedang mengandung cucu kamu, putra Marfin. Aku harap kamu bisa mempertimbangkan situasi ini."Namun, Leo tetap teguh dengan keputusannya dan menggelengkan kepalanya. Baginya, meskipun Laksmi sedang mengandung, dia tetap merasa bahwa Laksmi harus
"Kenapa Alexa harus datang setiap hari? Aku bisa merasakan bahwa dia masih berharap pada Leo, dan itu membuatku cemas." Batin Mona saat melihat kedatangan Alexa untuk mengurus cucunya.Semenjak ada bayi nya Marfin dan Laksmi di rumah leo. Alexa sering datang dan menginap untuk ikut mengurus bayinya, Marfin. Kehadiran Alexa mengusik ketenangan Mona dan Leo. Yang jelas-jelas Alexa masih berharap pada Leo, sebagai mantan suaminya itu."Hi ... cucu ku yang ganteng. Aku kangen sama kamu emmm, wangi" Alexa menggendong dan menciumi cucunya.Oma yang sudah bisa bicara lagi, tersenyum bahagia melihat Alexa dan cucunya. "Apakah hari ini kau akan menginap?" tanya pada Alexa.Alexa menoleh pada sang ibu mertua Seraya mengangguk dan berkata. "Sepertinya seperti itu, Bu.""Oh ... Baguslah biar cucumu ada yang mengurus!" Ibu Salina menganggukkan kepalanya."Oh ya, Bu ... Ini saya bawakan makanan kesukaanmu dan saya sengaja pesan dari luar negeri!" Alexa sejenak mendudukan dirinya membuka paper bag y
"Sayang, mana bayi ku?" Mona bertanya setelah sadar disertai suara yang lemah."Baby kita ada sayang!" Leo mengecup kening sang istri.Selama di rumah sakit Leo melarang menerima ucapan dalam hal bentuk apapun, juga tamu siapapun. Ini benar-benar untuk privasi. Biar Mona dengan cepat pulih.Mona menggendong kanan dan kiri baby kembar nya yang diberi nama Leomardi dan Leomarda. Bayi kembar merah. Tampan dan menggemaskan. Pipi nya bulat ... hidungnya mancung,matanya bening dan rambutnya lebar."Makasih sayang." Leo tak dapat berkata-kata sambil memek kepala Mona yang menggendong bayinya yang membuka mata dan melet-melet lidahnya mencari asi.Senyuman Mona mengencang dengan tatapan penuh kasih sayang pada kedua putranya. "Akhirnya aku dapat melihat kalian berdua."Lalu Mona memberi asi keduanya dengan bantuan suster. Leo mesem-mesem melihatnya."Sayang. Sisakan buat aku nanti ya!" Leo berbisik pada Mona yang membuat Mona tertawa kecil dan suster pun yang sempat mendengar mesem-mesem send