"Sayang, mana bayi ku?" Mona bertanya setelah sadar disertai suara yang lemah."Baby kita ada sayang!" Leo mengecup kening sang istri.Selama di rumah sakit Leo melarang menerima ucapan dalam hal bentuk apapun, juga tamu siapapun. Ini benar-benar untuk privasi. Biar Mona dengan cepat pulih.Mona menggendong kanan dan kiri baby kembar nya yang diberi nama Leomardi dan Leomarda. Bayi kembar merah. Tampan dan menggemaskan. Pipi nya bulat ... hidungnya mancung,matanya bening dan rambutnya lebar."Makasih sayang." Leo tak dapat berkata-kata sambil memek kepala Mona yang menggendong bayinya yang membuka mata dan melet-melet lidahnya mencari asi.Senyuman Mona mengencang dengan tatapan penuh kasih sayang pada kedua putranya. "Akhirnya aku dapat melihat kalian berdua."Lalu Mona memberi asi keduanya dengan bantuan suster. Leo mesem-mesem melihatnya."Sayang. Sisakan buat aku nanti ya!" Leo berbisik pada Mona yang membuat Mona tertawa kecil dan suster pun yang sempat mendengar mesem-mesem send
"Sayang, kenapa sedih?" tanya Leo sambil mendekati Mona yang berdiri dekat cermin besar.Mona dengan tatapan sayu menjawab. "Om, kok aku jadi melar ya? Gak cantik lagi kan?"Leo duduk di tepi tempat tidur sambil mengedarkan pandangannya ke arah box bayi.Leo menjawab. "Gampang, olah raga."Mona merasa sedih. "Kan tidak segampang itu, butuh proses. Keburu kamu ilfil.""Jangan berpikir aneh-aneh," sambil berdiri maju dua langkah mendekat pada Mona dan memeluknya erat.Leo mencoba menghibur Mona. "Obat banyak, dokter kecantikan ada."Leo kemudian mengecup pucuk kepala Mona dengan lembut.Mona mengangguk pelan, menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya yang mengenakan kaos street putih.****Saat itu, Leo baru pulang kerja dan di pintu utama dia bertemu dengan Alexa, seorang wanita yang tersenyum manis."Kau baru pulang kerja?" sapa Alexa."Benar," jawab Leo singkat sembari terus membawa langkahnya memasuki istananya."Aduh, kepalaku, tolong, Leo," suara Alexa terdengar meminta bant
"Sayang!" Leo memeluk Mona yang terkejut, kebetulan kedua baby kembarnya sudah tidur kekenyangan minum asi.Pria itu merasa ingin belayan kasih sayang dari Mona. Dia marah pada Alexa yang menggodanya dengan sengaja."Om, kenapa sih?" Mona mendorong dada Leo yang merasakan nafasnya memburu."Aku kangen sayang." Leo memeluk dan menciumi sang istri.Mona kebingungan. Gimana caranya menolak pria yang tampak dipenuhi gelora asmara itu."Aku juga tahu batasan kok. Diam saja!" pinta Leo sambil mengungkung Mona yang akhirnya diam.Mona percaya kalau suaminya bukan orang yang berlaku sembarangan melainkan punya pertimbangan.Dada Mona mendadak sesak. Mengingat tadi Leo dan Alexa di kolam renang dengan pemandangan yang Alexa tunjukan. Mona mengerti dengan sikap Leo saat ini. Akhirnya Mona membelai rambut dan punggung suaminya dengan kasih sayang."Om." gumam Mona dengan sangat lembut."Apa sayang? Percaya, aku punya batasan." Bisik Leo sambil terus traveling ke tempat wisata yang yang ia sukai.
Mona panik saat putranya tiba-tiba menangis. Dia segera menggendong Arda yang menangis keras, mencoba mencari tahu apa yang menyebabkannya menangis seperti itu."Kamu kenapa, Nak ... cup cup cup!" Mona menenangkan putranya.Alexa mencoba memberikan saran. "Mungkin ada semut yang membuat Arda menjerit."Suster yang ada di sekitar, dengan sigap membersihkan tempat tidur bayi.Mona dengan teliti memeriksa tubuh Arda, mencari tanda-tanda gigitan semut atau serangga lainnya."Apa ini? Apakah ini gigitan semut atau serangga?" Mona bertanya pada dirinya sendiri, saat melihat ada bintik merah di paha sebelah kanan Arda."Iya, itu pasti gigitan serangga. Coba balur saja dengan minyak telon," ucap Alexa.Ibu Salina yang cemas mendekat sambil menyentuh anak itu yang masih menangis histeris."Beri ASI, Mona, biar dia tenang. Telingaku sakit nih," kata ibu mertua dengan tatapan cemas dan ikut gugup juga.Mona yang mengoleskan minyak telon di paha Arda hanya mengangguk. Setelah itu, dia memberikan
Pesawat yang baru saja lepas landas melayang di udara, membawa Leo dan rekan-rekannya juga banyak penumpang lainnya.Lu memang sengaja menggunakan pesawat umum ketimbang pesawatnya pribadi."Semoga perjalanan ini lancar!" gumam Leo dalam hati sembari mengulas senyuman kepada rekan-rekannya.Di saat mereka berada di ketinggian yang cukup tinggi, tiba-tiba terdengar suara ledakan kecil yang membuat suasana menjadi tegang.Leo merasa hatinya berdebar-debar ketakutan, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan mengumpulkan keberanian. Penumpang lain juga terlihat cemas, mencari-cari tanda-tanda bahaya di sekitar mereka. Para awak kabin pun mencoba menenangkan dan juga arahan.Setelah beberapa waktu, si burung besi melayang di udara akhirnya bersiap untuk landing di tempat tujuan. Namun, tiba-tiba kembali terdengar ledakan yang lebih dahsyat.Duarrr!****Setelah kejadian itu, tubuh Arda terasa panas, dan Mona segera memanggil dokter untuk memeriksanya. Dokter mengatakan bahwa bayi Arda akan
Mendengar kabar yang mengejutkan, Leo mengalami kecelakaan yang tragis, Bu Salina terkena serangan jantung yang merenggut nyawanya."Oma, Oma bangun Oma. Sadar Oma?" Martin menggoyang-goyang tangan omannya yang kini sudahkah aku tak bernyawa.Mona menatap Nana ke arah Marfin dan sang ibu mertua yang sudah tidak bergerak lagi."Marfin, Ibu ke-na-pa?" Suara Mona terpatah-patah merasa terkejut ini nyata atau cuma ilusi semata.Salah satu bodyguard nya Ibu Salina mengecek urat nadi sang majikan yang memang sudah berhenti. Menempelkan punggung di depan hidung Ibu Salina tetap sama tak ada hembusan nafas yang terasa."Tuan muda, nyonya muda besar sudah tiada!" Ucap sang Bodyguard. Sementara Bodyguard satu lagi sedang menjemput dokter di depan.Marfin sangat shock, menatap wanita yang selama ini sangat menyayanginya dari hiasan masa kecil, dan ternyata kini telah tiada."I-Ibu sudah meninggal. Ya ampun!" Mona menutup mulutnya Yang menganga. Mona yang masih merasa terpukul dengan berita insid
Baby Arda menangis histeris, membuat Mona panik, dan akhirnya mereka membawanya ke rumah sakit. Di sana, mereka menemukan bahwa baby Arda harus dirawat karena mengalami pembengkakan di pahanya."Kenapa bisa seperti itu, Dok?" tanya Mona pada dokter yang menangani baby Arda."Kami memerlukan waktu untuk proses pemeriksaan lebih lanjut. Mohon untuk bersabar dan terus berdoa semoga bayi Anda tidak mengalami masalah serius," ucap dokter, memberikan harapan dan semangat.Sebenarnya, Mona merasa hancur saat ini. Suaminya dirawat di rumah sakit yang jauh dari sana, dan sekarang baby Arda juga harus dirawat. Semua ini sangat tidak menyenangkan bagi Mona. Di rumah, mereka juga masih berkabung atas meninggalnya ibu mertua.Dari kejauhan, terlihat Marfin berjalan mendekati tempat di mana Mona berdiri."Gimana keadaan baby Arda?" tanya Marfin sambil mendekati Mona dan mendengarkan cerita tentang kondisi baby Arda yang katanya harus dirawat."Katanya harus dirawat. Aku nggak tahu kenapa. Cobaan in
Mona yang terburu-buru membawa langkahnya untuk memenuhi sang suami yang katanya sudah dipindahkan ke kota ini, sangat terkejut dengan pemandangan yang dia lihat."Om?" panggil Mona dengan suara bergetar saat melihat Leo dipeluk oleh Alexa."Mona, kau sudah datang," balasnya, menatap ke arah Mona.Rasanya dada Mona sesak, tak ada ruang untuk bernafas, melihat sang suami yang berapa lama di luar kota dan sekarang berada di sini. Malah berada dalam pelukan wanita lain.Dengan pandangan yang berkaca-kaca, Mona menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk ia hembuskan secara perlahan, mencoba memenangkan diri dan berpikir positif."Aku senang, Om, sudah ada di sini," ucap Mona, sembari mengayunkan langkahnya, mendekati sang suami.Alexa mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi Mona dan Leo."Om, sudah agak baikan kan? Apa yang sakit?" tanya Mona, setelah beberapa saat memeluk Leo."Sudah agak mendingan, sayang," jawab Leo dengan cepat."Syukurlah," ucap Mona, menatap sang suaminya sangat l
Laksmi menatap dengan rasa tidak percaya bahwa malam ini dia harus keluar dari rumah impian itu, bahkan tanpa mendapatkan penghormatan dan mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa. "Marfin, aku tidak selingkuh dan di mana buktinya aku selingkuh? Aku hanya ngobrol saja dengan dia. Dari mana buktinya aku selingkuh?" Laksmi berusaha membela diri. "Jangan banyak bicara! Bawa bajumu keluar dari sini! Semua barang-barang mu, get out!" ucap Marfin sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar. "Tapi kan tidak ada buktinya bahwa saya selingkuh. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk menceraikan saya!" teriak Laksmi dengan nada putus asa. "Sekarang, aku minta kamu segera merapikan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" sergah Marfin sambil melempar semua barang Laksmi keluar kamar. Bahkan bukan hanya barang-barangnya yang dilempar keluar kamar, Laksmi pun ditarik keluar kamar. Padahal, ia baru saja ingin menggendong Mandala yang terdiam, melihat kedua orang tuanya dengan kebingu
Brak!Marfin mengejutkan mereka dengan menggebrak meja mereka, tatapan tajam diarahkan langsung pada Laksmi dan prianya. "Oh, ini yang namanya males keluar, pengen barengan di rumah, secrol medsos. Rupanya di sini ya. Saya tidak menyangka, ternyata kamu seorang ibu yang jahat, seorang istri yang penghianat!"Laksmi, terkesiap, melonjak naik berdiri, tidak percaya dengan kedatangan Marfin di hadapannya yang tadi katanya bermain di taman dan membawa anak tiba-tiba berada di depannya."Mar-Marfin, kamu ngapain di-di di sini?" suara Laksmi belibet, saking kagetnya."Kenapa, Mama Laksmi kaget? Karena suami yang lebih muda ini berada di sini? Kamu ternyata wanita murahan! Dulu kamu menggodaku, sampai hancurnya hubunganku dengan Mona. Dan sekarang kamu telah menghancurkan hubungan kita," suara Marfin dengan tegas."Ini tidak ... Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku ... aku bisa jelaskan," sahut Laksmi dengan suara yang terbata-bata.Marfin mengangkat tangan memberi kode agar Laksmi tid
Setelah beberapa saat muter-muter membawa Mandala jalan-jalan akhirnya Martin hendak menuju pulang namun sebelum masuk ke area perumahannya melihat mobil sang istri keluar membuat dia tertarik untuk mengikutinya dan mencoba untuk menanyakan keberadaannya sekarang di mana.(Kamu di mana? bisa datangin aku nggak, di taman sedang mengajak Mandala bermain) kirim.Beberapa saat kemudian terdengar notif masuk. Ting ....(Aku sedang berada di rumah lah. Malas untuk keluar!) jawab Laksmi.Kemarin merasa kebingungan apa ya di rumah tapi yakin kok itu mobilnya. Sehingga Ia terus mengikuti mobil tersebut memperhatikannya dari kejauhan."Aku jadi penasaran, aku yakin kok mobilnya istriku, apa mobilnya dipinjamkan sama orang lain? Tapi sama siapa? Nggak mungkin juga," gumam Marfin sambil terus mengawasi mobil yang berjarak beberapa meter di depannya.Sementara itu, Mandala tertidur di jok samping, sesekali Marfin memperhatikan anaknya dan jalan bergantian. "Rasanya sangat tidak mungkin mobilnya d
Marfin melanjutkan perjalanannya, mengendarai mobil kesayangannya menuju pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, ia disambut oleh putranya, Mandala, yang berusia kurang lebih satu tahun. Mandala sudah mulai bisa bicara dan bertanya kepada Marfin tentang oleh-oleh yang terlupa Marfin beli."Aduh lupa! Ayah lupa sayang!" Kata Marfin dengan senyuman."Mmm, Ayah! Kok lupa sih ... beli oleh-oleh buat Mandala?" tanya Mandala dengan suara polos dan penuh harap.Marfin merasa bersalah karena lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. "Maaf, Sayang. Ayah lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. Tapi Ayah akan memberikannya nanti, ya."Mandala mengangguk dengan wajah kecewa yang segera berubah menjadi ceria. "Baik, Ayah. Mandala tunggu. Jangan lupa lagi ya! Janji"Marfin merasa berat hati karena lupa membawa oleh-oleh, namun janji lain kali akan membawanya. Sesuatu yang spesial untuk Mandala. Dia menuntun Mandala masuk ke dalam rumah.Namun, saat mereka masuk, Marfin mendapati istrinya, Laksmi, sedang asi
Suasana rumah begitu ramai menyambut kedatangan baby kembar Arda dan Ardi. sekian waktu kemarin menghilang. Kini datang kembali Mambawa kebahagiaan untuk Leo dan keluarga.Saat itu datang dua orang polisi dengan tegaknya dan begitu hormat kepada Leo. "Silakan duduk!" Leo menyilakan duduk kepada tamunya."Terima kasih!" Keduanya duduk di sofa berhadapan dengan tuan rumah.Polisi memberikan laporan yang mengungkapkan bahwa dalang di balik penculikan anaknya adalah Alexa, dan bahkan terbukti bahwa Alexa juga terlibat dalam penggelapan uang perusahaan Leo. Leo sangat terkejut dan jatuh dalam rasa nyesek yang mendalam, bertanya-tanya apa maksud dari semua ini."Apa? Alexa? Apa maksud dari semua ini?" Leo tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia melakukan penculikan dan menggelapkan uang perusahaannya."Iya, Pak Leo. Setelah melakukan penyelidikan yang mendalam, kami menemukan bukti yang mengarah kepada Alexa. Dia memiliki motif di sebalik ini, melakukan penculikan demi satu tujuan dan mengge
Mona kembali melihat ke arah sang suami yang menikmati makan bakso nya dengan sangat lahap. "Sebaiknya kita pulang," ajak Leo setelah menghabiskan makannya, berdiri dan menyimpan lembaran uang di bawah mangkok. Mona, menganggukkan kepala, lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Saya sudah melihat kedua baby yang sekarang dirawat oleh Abang tukang bakso, wah lucu-lucu kembar lagi," suara pria yang berada di belakang Mona menarik perhatian mereka berdua. "Apa Pak, Abang tukang bakso merawat kedua baby kembar? Dan baby siapa itu?" Mona menjadi penasaran. "Entah, yang jelas di bawa sama orang gila dan sekarang dirawat sama istrinya tukang bakso," kata si bapak tadi. Leo segera merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu dia menunjukkan foto baby Arda dan baby Ardi. "Apakah kedua baby ini?" tanya Leo penasaran, kepalanya menoleh banyak orang-orang yang berada di sana. Orang yang tadi mengobrol sama bapak yang barusan saling pandang, entah apa yang berada dalam pikiran mereka. "Kam
Mona akhirnya mau makan, setelah Marfin berhasil membujuknya dan memberinya makan dari tangannya. Leo merasa cemburu dan mengambil alih posisi Marfin."Sini, biar Papa saja," kata Leo sambil menyuapi Mona. "Sayang, makan yang banyak," ucap Leo pada Mona yang membuka mulutnya."Aku ingin bertemu bayi. Aku takut dia-" Mona terhenti saat Leo menempelkan jari di bibirnya.Marfin menatap Mona dan Leo yang terlihat mesra. Hati Marfin juga merasa cemburu melihat Mona yang begitu dekat dengan Leo. *****Hati Mona penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Dia tidak dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi pada kedua putrinya yang hilang. Berbagai pertanyaan bergejolak di dalam pikiran mereka."Di mana bayi-bayi kita? Kapan kita akan menemukan mereka?" Kata Mona sambil menatap keluar jendela."Aku tidak tahu. Kita akan terus mencarinya," balas Leo sambil memandang ke jalan yang terlewati saat ia mengemudi.Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, mencari tanda-tanda keberadaan mereka. Mona berharap
Sementara itu, polisi sedang mengintai tempat yang dicurigai sebagai tempat bersembunyinya orang yang membawa bayi kembar, Arda dan Ardi.Dengan tegas, suara polisi memperingatkan. "Jangan bergerak! Serahkan dirimu, kalau tidak mau terjadi sesuatu padamu!" Polisi menodongkan senjata api ke arah wanita yang sedang memunggungi, sementara beberapa polisi lain berada di sekitar.Wanita itu, dengan rasa kaget, masih menghubungi pihak polisi dan perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya. Kemudian, polisi segera meringkusnya, mengamankan tangannya ke belakang.Tanpa ada perlawanan, wanita tersebut digelandang ke kantor polisi. Selama di perjalanan, polisi terus menanyai di mana bayi kembar tersebut, namun wanita itu masih bungkam. Saat digeledah, tempat itu tidak ditemukan bayinya, hanya ada barang bukti berupa pakaian bayi.Berita mengenai kejadian ini langsung sampai ke telinga Leo dan Mona. Keduanya mendatangi polisi segera setelah mendengar kabar tersebut.Plak.Tidak dapat mengendalikan
Mona masuk ke kamar bayinya dengan hati yang panik dan terpukul. Dia melihat tempat tidur kosong dan bayinya sudah tidak ada di situ. Keadaan ini membuatnya kehilangan kendali dan dia langsung berteriak."Arda. Ardi, tolong ... bayiku hilang! Dia tidak ada di sini!" seru Mona dengan suara lantang.Mendengar teriakan Mona, semua orang di rumah berhamburan menuju kamarnya. Mereka melihat wajahnya yang panik dan hancur, dan situasi menjadi semakin kacau."Apa yang terjadi? Dimana bayimu?" tanya Wati yang lebih dulu sampai di lokasi dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Baby aku hilang, Wati! Dia tidak ada di tempat tidurnya," kata Mona dengan suara yang penuh keputusasaan, sementara susternya pun yang baru selesai makan datang ke sana.Mona mencari ke kolong tempat tidur. Ke balik gorden. Balik sofa ... Dan asisten lain pun ikut mencari. suster pengasuh baby Arda dan Ardi pun kebingungan tadi kan waktu dia tinggalkan bersama Mona, terus kenapa sekarang tidak ada."Sabar, sayang," kata L